Oleh : Endah Sri Purwaningsih
Ketika sudah memasuki bulan Februari, kita akan dihadapkan dengan fenomena yang mana tiap tahun pasti akan ada perayaan yang namanya Valentine Day. Dan tak dipungkiri virus ini akan sangat cepat menyerang para remaja. Bahkan remaja muslim pun tak kalah hebohnya. Valentine day dirayakan sebagai simbol kasih sayang, dimana hari itu bisa bebas mengungkapkan rasa sayang kepada pasangan yang belum halal, tukar kado, bunga, pesta, bahkan sampai berujung pada perzinahan.
Setiap tahun, tidak menutup kemungkinan bahwa banyak orang melakukan seks bebas dengan pasangan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perayaan valentine day perlu diperhatian khusus karena sering dijadikan sebagai ajang melakukan seks bebas.
Efek negatif sebenarnya tidak hanya didapat dari hari valentine saja, tapi juga dari hampir semua budaya barat. Namun efek negatif dari valentine lebih banyak terjadi, terutama freesex. Hal itu seolah-olah didukung dengan banyaknya pembagian kondom gratis oleh beberapa organisasi, menjelang hari valentine. Pembagian kondom dianggap sebagai aksi dukungan terhadap kelegalan seks bebas di kalangan para remaja. Naudzubillah.. Sungguh luar biasa dampak dari perayaan ini.
Valentine’s Day menurut literatur ilmiyah dan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya berasal dari
upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day. The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul: Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk
menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998).
Jika melihat sejarahnya dan sadar bahwa itu bukanlah budaya Islam seharusnya paham bahwa haram ikut merayakannya. Namun mengapa sampai sekarang masih juga dirayakan? Hal ini tak lepas dari kurang nya pemahaman tentang Islam dalam jiwa-jiwa remaja. Karena mereka sudah disibukkan dengan berbagai macam aktivitas yang menjauhkan diri dari nilai-nilai Islami.
Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis (penyembah berhala) dari Romawi kuno. Katakanlah, “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6)
Sebagai remaja muslim harus pandai dalam bersikap dan beramal agar tidak menjadi orang-orang yang merugi. Allah sudah menjelaskan bahwa setiap manusia akan dimintai pertanggung jawaban atas segala yang dilakukan selama di dunia. "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan & hati semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS. Al Isra': 36)
Dan balasan yang disediakan oleh Allah Ta’ala di akhirat kelak sesuai dgn amalnya di dunia. Firman Allah Ta’ala, “Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi & (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk & tempat kediaman mereka ialah Jahanam & itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (QS. Ar-Ra’du:18)
Jadi mari kita bersama-sama bangkit dan menyiapkan para remaja untuk berada di garda depan dalam rangka menyelamatkan generasi pejuang Islam dan taat pada syariat Islam secara kaffah.