Ulama Alat Legitimasi Penguasa Dalam Demokrasi


Oleh : Kamila Amiluddin (Guru dan Pemerhati Anak, Member Akademi Menulis Kreatif) 


Sistem demokrasi adalah sistem yang muncul di Eropa dengan landasan pemisahan agama dari kehidupan, rakyat memegang penuh atas pengaturan kehidupannya sehingga terkenal dengan istilah _dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat_. Sehingga dalam sistem ini rakyat memegang penuh baik kedaulatan maupun Sistem demokrasi adalah sistem yang muncul di Eropa dengan landasan pemisahan agama dari kehidupan, rakyat memegang penuh atas pengaturan kehidupannya sehingga terkenal dengan istilah _dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat_. Sehingga dalam sistem ini rakyat memegang penuh baik kedaulatan maupun kekuasaan. 


Seperti penjelasannya diawal ialah fashluddin 'anil hayah (pemisahan agama dari kehidupan), berarti segala hal yang dilakukan tidak boleh ada hubungannya dengan agama. Namun ditahun 2019 ini yakni tahun politik dimana nantinya akan ada perhelatan besar dalam menentukan calon pemimpin negeri, tidak hanya membutuhkan suara rakyat tetapi ulama pun dimanfaatkan dalam perkara pemenangan capres-cawapres tersebut.

Demokrasi meniscayakan perolehan suara thoriqoh mencapai kekuasaan, rentan menghalalkan segala cara.


Dilansir dari merdeka.com

"Ini menunjukkan ada sesuatu di tim TKN melakukan ini berarti mereka menyadari tidak kuat-kuat amat sebagai incumben. Kalau kuat mereka tidak lakukan itu," ucap Miftah Nur Sabri juru bicara BPN Prabowo-Sandi. (Sabtu/22-01-2019)


Penjelasan Miftah diartikan bahwa dengan adanya klarifikasi terkait doa dari Maimoen Zubair yang jelas terlantun dalam doanya menyebut nama Prabowo untuk dijadikan Presiden. Terlihat dari kubu no. 01 tersebut sangat panik sehingga segera meminta Maimoen untuk merevisi doanya.


Terlepas dari itu masyarakat juga banyak yang tidak menyetujui atas sikap Rommy terhadap Maimoen Zubair yang secara paksa menarik microphone dari tangan ulama tersebut, inilah yang dikatakan su'ul adab kepada ulama. Benar-Benar tidak ada santunnya, ulama dalam demokrasi rentan alat legitimasi kekuasaan menjelang pemilu dan mengeluarkan kebijakan.


Su'ul Adab yaitu perangai yang buruk, yang membuat seorang ketua PPP bersikap kurang hanif kepada ulama yang usianya separuh abad. 


Rasulullah SAW bersabda:

_“Tidak termasuk golongan kita orang yang tidak memuliakan yang tua, menyayangi yang muda, dan menunaikan hak para ulama.”_


Hadits tersebut salah satu yang ditekankan kepada kita untuk senantiasa memuliakan ulama, sekalipun ia penguasa yang harusnya memberi contoh kepada rakyatnya.


Kita patut bersyukur bila penguasa dekat dengan ulama, banyak mengambil kebaikan darinya, mempelajari sikap kepemimpinan yang baik dari seorang ulama. Namun, ada apa dibalik ini semua? secara tiba-tiba menjelang pemilu 2019 mendatangi ulama. Mengapa bukan dari dulu?  Kita justru teringat dengan kasus pembubaran kajian diberbagai daerah, pembubaran salah satu ormas Islam, aksi bela islam 411, 212 dllnya dimana penguasa? Kasus terakhir seorang ulama yang bertahun-tahun dipenjara kemudian dinyatakan bebas lalu dikaji ulang pembebasannya. Jangan jadikan ulama sebagai alat permainan politik kalian. Kalian mempermainkan nasib para ulama didunia maka Allah akan menentukan nasib kalian diakhirat.


Lantas apakah kita hanya bisa berdiam dengan kondisi pemimpin yang seperti ini? tentu tidak, Allah mewajibkan kita didalam Alqur'an untuk mengingatkan penguasa ketika ia lalai. 


Adapun perintah Allah kepada Nabi Musa dan Harun untuk mendatangi Fir’aun secara langsung dan menasehatinya sebagaimana yang tercantum dalam Qur’an surat Thoha ayat 43 : 

_"Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun karena ia telah benar-benar melampaui batas"_


Lalu bagaimana dengan ulama? Peran ulama justru lebih utama disini, karena sebagai orang yang pengaplikasian ilmunya jauh lebih tinggi maka nasihatnya wajib didengarkan sebab peran ulama dalam islam sebagai pihak yang terdepan melakukan muhasabah terhadap penguasa.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak