Tipu Daya Unicorn


Oleh: Erna Marlina Amd.Keb

(Pemerhati ekonomi ummat)


Beberapa hari ini telinga kita akrab mendengar istilah Unicorn. Pasca debat capres kedua, dimana Joko Widodo menanyakan strategi Prabowo membangun infrastuktur untuk mendorong unicorn Indonesia.

Unicorn adalah sebutan bagi start up atau perusahaan rintisan yang memiliki nilai valuasi lebih dari US$ 1 miliar hingga US$ 10 miliar (setara Rp 14 triliun hingga 140 triliun). Di Asia Tenggara sudah ada 7 perusahaan unicorn dan Indonesia memiliki jumlah terbanyak yaitu 4 unicorn. Go-jek, Tokopedia, Traveloka dan Bukalapak. Belum lama ini Go-jek menerima kucuran dana dari Google sebesar USD 1,2 miliar. Menjadikan valuasi (nilai ekonomi dari sebuah bisnis) Go-jek saat ini ditaksir mencapai USD 4 miliar atau lebih dari 53 triliun (sindonews.com) 

Kucuran dana besar-besaran dari berbagai investor raksasa mancanegara membuat kepemilikan empat perusahaan rintisan atau start up Indonesia sudah tidak bisa dibanggakan. Dibalik valuasi yang besar, belum tentu perusahaan tersebut menciptakan profit (keuntungan). Bisa jadi masih merugi. Bahkan capres Prabowo Subianto menyatakan keberadaan start up unicorn bisa mempercepat keluarnya uang Indonesia ke luar negeri.

Executive Director Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menjelaskan investor asing bisa mengakses data dan mereka bisa mengolahnya menjadi berbagai hal bahkan untuk menjadikan Indonesia sebagai pasar dan konsumen dari produk milik investor asing (cnbcindonesia.com)


Nah, sampai disini mulai terang kan?

Bahwa ujung-ujungnya unicorn adalah salah satu bentuk lain dari produk kapitalis dimana hanya akan menghasilkan keuntungan bagi para pemilik modal (investor) saja. Pemikiran pemerintah bahwa investasi asing bisa menumbuhkan ekonomi Indonesia merupakan pemikiran salah, karena prinsipnya pemodal (investor) tidak akan memodali suatu usaha jika usaha itu tidak menguntungkan. Dalam kapitalis, nilai-nilai moral, kemanusiaan apalagi agama tidak dijadikan perhitungan.

Bahkan pemilik usaha bisa ditekan sedemikian rupa agar keuntungan bisa bertambah. Semuanya hanya tentang kemanfaatan dan keuntungan saja.

Begitupun dengan unicorn, para investor asing mau mengucurkan dana investasi sedemikian besar pasti dengan tujuan mengeruk keuntungan dari Indonesia, yang ujungnya adalah untuk mendominasi perekonomian Indonesia. Anehnya pemerintah malah bangga dengan hal ini.

Padahal, sebagai negara kaya yang berdaulat, Indonesia harusnya mulai mandiri dalam perekonomiannya dan tidak lagi mengandalkan para investor asing. Sudah bukan saatnya mengemis investasi dari para investor kapitalis. Karena jangankan dilihat dari sudut pandang agama Islam yang jelas mengharamkan investasi modal asing, dari sisi untung rugi pun sudah jelas Indonesia hanya akan dirugikan. Pada akhirnya kita hanya akan menjadi konsumen dan penonton saja. Karena yang mendapatkan keuntungan adalah para pemodal.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak