Oleh: Yani Saptari
(Ibu Rumah Tangga)
Menanggapi hasil Debat Capres yang diselenggarakan hari minggu kemarin, nampaknya semakin terlihat perdebatan diantara kedua kandidat, semakin memanas saja, janji-janji dalam visi misi pun mulai diucapkan, dari mulai pro rakyat miskin hingga rasa peduli akan kekayaan alam yang ada di Indonesia. Semua dilontarkan dalam ucapan janji manis kedua capres, bahkan demi menarik simpati rakyat Indonesiapun mereka tak segan untuk saling menjatuhkan lawan mereka.
Dari perdebatan tersebut terbukti bahwa sistem demokrasi adalah sistem yang rusak karna demokrasi bisa menghalalkan segala cara demi memperoleh kekuasaan dan jabatan, dengan sistem ini mereka tak ragu untuk membohongi rakyat agar mendapatkan rasa simpati dari rakyat. Jangan heran jika persaingan diantara kedua capres semakin hari semakin memanas saja. Setelah gagal meyakinkan rakyatnya dalam mengelola negara, salah satu capres berani memberi pernyataan bahwa tidak ada yang harus ditakuti kecuali Allah SWT.
Salah satu capres menegaskan butuh keberanian dan ketegasan dalam mengelola negara Indonesia. Capres tersebut menegaskan tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah SWT, "Kita ingin negara ini semakin baik dan saya akan pergunakan seluruh tenaga yang saya miliki,kewenangan yang saya miliki,tidak ada yang saya takuti untuk kepentingan nasional, rakyat bangsa ini, tidak ada yang saya takuti kecuali Allah SWT untuk Indonesia maju", kata salah satu capres di panggung debat di Hotel Sultan, Jakarta,Minggu malam (17/2/2019). (sinarharapan.com)
Pernyataan salah satu capres diatas sebenarnya hanyalah pembelaan semata atas tudingan bahwa capres tersebut takut pada Antek Asing sehingga tercetuslah pernyataan bahwa tidak ada yang dia takuti kecuali Allah SWT saja. Namun pada kenyataannya, jika memang hanya takut kepada Allah SWT, mengapa sekarang masih memimpin negeri ini, namun tidak mampu memakmurkan dan mensejahterakan rakyatnya? Jika memang takut pada Allah SWT mengapa masih terus menerapkan sistem demokrasi yang sudah jelas kebobrokannya?
Makna dari takut kepada Allah SWT tidak bisa dilihat dari ucapan saja, namun dilihat juga dari pembuktian dan perbuatannya. Jika memang benar-benar takut kepada Allah SWT, seharusnya bisa mengesampingkan kepentingan politik praktis dan bisa menomor satukan syari'at Allah SWT dengan menerapkannya dalam berbagai aspek kehidupan.
Dari segi hukum, pemimpin harus mampu menerapkan hukum-hukum Allah swt, dari segi ekonomi harus bisa terlepas dari jeratan hutang riba dan banyak lagi aturan yang lain yang telah Allah SWT tetapkan untuk manusia.
Jadi jika dilihat dari pembuktian dan perbuatannya tentunya saya masih ragu apakah pernyataan takut kepada Allah SWT itu benar dari hati, ataukah hanya sebatas ucapan saja demi meraih suara umat? Karena dari fakta diatas tidak mencerminkan adanya ketakutan kepada Allah SWT, ditambah dengan keputusan membubarkannya salah satu organisasi Islam yang mengusung ide kepemimpinan Islam.
Hal itu semakin memperjelas ketidaktakutannya kepada Allah SWT, padahal jika memang benar takut kepada Allah SWT, tentu akan merasa berdosa jika Aturan Allah SWT dicampakkan. Dan jika benar takut kepada Allah SWT akan mengetahui bahwa kepemimpinannya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
Allaahu a'lam bi ash-shawab.