Oleh: Resti Lestari (Mahasiswa Universitas Islam Bandung)
Tahun 2019 menjadi ajang perpolitikan, karena di tahun ini akan dilaksanakannya suatu momment yang biasa terjadi dalam jangka waktu lima tahun sekali, yaitu Pemilihan Umum (Pemilu) Capres dan Cawapres. Menuju pemilu, para capres dan cawapres melaksanakan debat antar poslon satu dan dua. Dalam debat ini juga, para paslon saling menuangkan rencana-rencana apa yang akan dilakukan ketika terpilih menjadi pemenang. Di acara debat kedua, yang dilaksanakan di Hotel Sultan, Jakarta (17/02/2019) sinar harapan. Co salah satu paslon mengatakan bahwa tidak ada yang saya takuti kecuali Allah Swt.Hakikatnya, untuk menjadi pemimpin yang takut pada Allah dan taat syari’at akan menerapkan secara menyeluruh apa yang telah diperintakan dan dilarang oleh Allah Swt. Bukan akhirnya mengkriminalisasikan syari’at. Mulai kriminalisasi para ulama, menganggap teroris ketika seorang muslim menerapkan Islam dalam hidupnya, intel disebarkan di masjid-masjid, bahkan sampai pembubaran ormas Islam pun mereka lakukan. Bukankah itu sebagai salah satu bukti nyata kebencian terhadap Syari’at Islam? Takut kepada Allah Swt adalah mereka yang takut akan melanggar hukum syara’ dan tidak mampu berlaku adil terhadap rakyatnya.
Taat memiliki arti menjalankan perintahNya dan menjauhi segala laranganNya, dengan meyakini adanya Allah Swt tanpa adanya keraguan sedikitpun. Pada saat ini, untuk menjadi pemimpin saling memperebutkan kursi kekuasaan, mereka berbondong-bondong untuk mendapatinya. Segala cara mereka lakukan untuk meraih hak suara rakyat. Hal ini terjadi hanya pada sistem yang ada, yaitu Kapitalisme-sekularisme. Meskipun mayoritas beragama Islam, akan tetapi senantiasa menjauhkan aspek agama dari kehidupan.Ketika takut pada Allah sekedar ucapan semata tanpa adanya pelaksanaan dalam kehidupan, maka hal itu akan Allah mintai pertanggung jawaban atas apa yang telah diucapkan.
Berbeda dengan para pemimpin pada masa Rasulullah dan sahabat Rasulullah, mereka selalu menepati janji-janjinya, melindungi umat, mengartur dan mengurusinya. Bahkan salah satu pemimpin terdahulu seperti kekhalifahan Umar Bin Khattab, ketika ada seekor keledai atau binatang lainnya yang terperosok pun,beliau langsung bergegas untuk menyelamatkannya. Terlebih kepada manusia, perlindungan dan penjagaan terhadap umat sangat diutamakan. Oleh karena itu, inilah saatnya kita berjuang di jalan Allah, dengan menyeru pada kebaikan dan mencegah dari yang munkar untuk melanjutkan kehidupan Islam secara menyeluruh dibawah naungan Khilafah ‘ala Minhaj An-Nubuwwah.
Wallahu’alam Bi Shawwab.