Oleh : Radhiatur Rasyidah, SPd.I (Anggota Akademi Menulis Kreatif Kalsel)
"Kita ingin negara ini semakin baik dan saya akan pergunakan seluruh tenaga yang saya miliki, kewenangan yang saya miliki. Tidak ada yang saya takuti untuk kepentingan nasional, rakyat, bangsa negara. Tidak ada yang saya takuti kecuali Allah SWT untuk Indonesia maju," kata Jokowi di panggung debat di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019) malam.
Namun, pada kesempatan yang sama, beliau melakukan kebohongan-kebohongan dalam mengungkapkan fakta dan data selama perdebatan.
Mulai dari mengatakan selama tiga tahun terakhir tidak pernah terjadi kebakaran hutan, faktanya sejak 2015 sampai sekarang, karhutla masih saja terjadi.
Takut kepada Allah Swt, itu konsekuensi dari ketakwaan kepada Allah.
Dalam hal ini, takwa merupakan prestasi tertinggi yang dicapai oleh seorang mukmin dalam penghambaannya kepada Allah SWT. Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu". (QS Al-Hujurat ayat 13).
Jaminan bagi orang yang bertakwa adalah kehidupan di surga yang dipenuhi oleh berbagai kenikmatan. Allah Swt berfirman, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali Imran: 133).
Namun apa jadinya kalau itu hanya sebatas ucapan ?
Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, “Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat” (Hadits Shahih Bukhari ke-33)
-Bila berbicara selalu bohong. Orang seperti ini tidak bisa dipercayai dalam setiap perkataan yang diucapkannya. Bisa jadi apa yang dibicarakan tidak sesuai dengan hatinya.
-Bila berjanji, tidak ditepati. Orang munafik sulit untuk dipercayai perkataan dan perbuatannya.
-Bila diberi kepercayaan selalu berkhianat. Orang munafik sulit diberikan kepercayaan. Setiap kali kepercayaan yang diberikan tidak dapat dia jaga dengan baik.
Seseorang yang takut kepada Allah, pasti akan senantiasa melakukan apa yang diperintahkan Nya dan menjauhi apa-apa yang dilarang Nya.
Tak ada terlintas dalam benak untuk melakukan janji-janji manis namun selalu dibarengi dengan kebohongan-kebohongan.
Pemimpin yg takut pada Allah Swt adalah yang takut melanggar hukum syara dan takut tidak berlaku adil pada rakyatnya.
Takut pada Allah bukan sekedar ucapan tetapi kesesuaian dengan perbuatan. Kriminalisasi khilafah ajaran Islam, salah satu bukti bahwa rezim saat ini tidak takut pada Allah swt.
Ucapan takut pada Allah bila sekedar lips service untuk meraih suara, maka siap-siaplah menunggu perhitungan dari Allah Swt.
Kriminalisasi ulama juga merupakan tindakan tidak takut pada Allah swt. Begitu juga halnya ketika melakukan kebohongan dalam rangka ingin membebaskan ustaz Abu Bakar Ba'asyir, ternyata hanya PHP. Apalagi mengatakan dengan embel-embel "karena mencintai ulama" sehingga mau dibebaskan tanpa syarat. Faktanya zonk, dusta lagi, lagi-lagi dusta.
Pembubaran ormas Islam, juga sebagai bukti ketidakadilan, ini jelas bukan makna takut pada Allah swt yang sebenarnya.
Dari sini, umat seharusnya segera menyadari kewajiban dan urgensi mewujudkan kepemimpinan Islam yang tegak di atas landasan iman dan siap menegakkan hukum-hukum Allah swt karena ketakwaannya. Hukum Allah inilah yg akan menjamin kemuliaan dan kesejahteraan seluruh umat manusia.
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS.Al-A'raf : 96).
Wallahua'lam