Tak Berjodoh dengan 'Dilan 1991'

Oleh: Erni Yuwana

(Pemerhati Remaja)


Di penghujung februari masih menyisakan pesona kasih sayang.  Romansa berbalut cinta masih mendapatkan tempat. Romansa kasih mendorong banyak pihak untuk berpartisipasi dalam meraup materi. Tidak hanya rangkaian bunga dan cokelat berjajar memenuhi rak toko. Industri musik dan perfilman juga menggila dengan bintang muda yang penuh dengan hasrat cinta yang menggebu.

"Rindu itu berat. Kau tak akan kuat. Biar aku saja!" Masih ingat quotes tersebut? That right, rayuan maut si Dilan. Kini Dilan memunculkan pesonanya lagi. Film  berjudul Dilan 1991 menghiasi layar bioskop  Indonesia. Begitu kuat karakter Dilan menembus kalbu dan hati generasi muda. Remaja mulai mengalihkan perhatian, pandangan dan hatinya pada sosok Dilan.

Siapakah Dilan? Dilan adalah tokoh utama dalam sebuah film yang diangkat dari novel yang booming dikalangan remaja. Film Dilan yang pertama berjudul "Dia adalah Dilanku tahun 1990" meraup sebanyak lebih dari enam juta penonton. Film tersebut menceritakan kisah kasih dua pelajar SMA di Bandung, Dilan dan Milea. Kini, film Dilan 1990 akan mengeluarkan sekuel keduanya, Dilan 1991.

Sosok Dilan begitu memikat. Sungguh mempesona. Apa yang membuat Dilan begitu istimewa? Kualitas Dilan sebagai "bad boy" yang tampan, panglima tempur gank motor, cenderung brutal dan anarkis, namun di balik itu, dia cerdas, pintar, selalu menjadi juara di kelasnya, terpilih menjadi peserta cerdas cermat di sekolahnya, suka baca buku dan senang mengisi TTS. Selain itu semua, Dilan juga dikenal humoris dan romantis, kata-katanya mampu membius para remaja melalui rayuan mautnya.

Seperti yang tertulis di novel Dilan bagian kedua, Dia adalah Dilanku tahun 1991, pada halaman 24: "Asal kamu tetap ada di bumi. Udah cukup, udah bikin aku senang, "katanya lagi. (Kata Dilan kepada Milea)

Kata-katanya selalu akan bisa membuat perasaanku melambung. Kau bisa saja menganggap itu gombal, tetapi bagiku, hal semacam ini perlu diungkapkan. Karena kalau benar bagimu kata-kata itu tidak penting, lalu kenapa engkau sakit hati ketika mendapat kata-kata makian? Lalu, mengapa engkau tersinggung, ketika mendapat kata-kata hinaan? Bukankah makian dan hinaan itu juga sama, cuma sekedar kata-kata? Mengapa tidak juga kau anggap omong kosong? (Tanggapan Milea terhadap kata-kata Dilan)

Tanggapan Milea ini rupanya menjadi kesepakatan tidak tertulis mayoritas kawula muda, terutama remaja putri. Mereka tersihir oleh rayuan maut dan kata-kata manis pria. 

Boomingnya film Dilan bukan tidak mungkin menjadikan sosok Dilan sebagai panutan remaja yang menginspirasi. Sangat mungkin jika Dilan dianggap trand setter dan idola yang diimpikan. Sangat lumrah jika sosok Dilan pun terus menguat dalam romantika Februari. Sangat wajar jika bayangan Dilan terus mengejar sebagai sosok idola. Dilan pun pada akhirnya menjelma sosok nyata. Bukan hanya di film atau novel. Tapi di dunia keseharian yang nyata. Tidak heran jika kemudian Dilan-Dilan baru bermunculan. Padahal karakter dan sikap Dilan sungguh kombinasi yang begitu kacau, liar, berantakan, emosional yang tidak layak menjadi tokoh yang menginspirasi dan panutan generasi muda.

Wahai Dilan atau remaja yang kini sedang mengidolakan sosok seorang Dilan, sungguh aku ingin kau mendengarkan aku. Sungguh, ingin aku katakan padamu tentang cinta. Cinta memang fitrah manusia. Cinta hadir karena Sang Khaliq menghadirkannya. Tidak salah. Tidak terlarang. Namun, terlalu dangkal jika cinta hanya sebatas kata manis. Terlalu sempit jika cinta hanya berisi rayuan gombal. Cinta juga bukan urusan fisik semata, bukan pula bermakna pacaran. 

Tahu kah kau Dilan, bahwa cinta sejati adalah cinta yang mampu menghadirkan Rabb kita. Menghadirkan sang Maha Cinta. Bukan kah itu menakjubkan, jika Rabb kita menjadi saksi atas hubungan cinta kita? Ya, mungkin itu lah yang dinamakan cinta kelas langit. Al Qur'an sendiri menyebut ikatan cinta itu dengan kata Mitsaqan ghalizhah. 

Mitsaqan ghalizhah adalah perjanjian yang teramat kuat, teramat kokoh dan teramat berat di hadapan Allah SWT. Perjanjian itu dilakukan oleh orang hebat, orang tangguh, pecinta sejati. Mitsaq itu juga dilakukan oleh para nabi yang mendapat gelar Ulul Azmi. Dan engkau pun bisa melakukan mitsaqan ghalizhah atas nama cinta. Bukankah engkau hebat, Dilan? Bukan kah engkau kuat?

Ya, mitsaqan ghalizhah itu berwujud akad atas nama pernikahan. Di situlah majelis cinta yang sesungguhnya. Allah menjadi saksi atas cinta yang agung nan suci. Malaikat mengamini setiap doa baik nan mulia kala itu. Bukan kah hal ini jauh menenangkan dan menenteramkan? Engkau bisa bersama dengan wanita yang engkau cinta dengan pahala yang terus mengalir dalam kedamaian dan kebahagiaan nyata.

Dilan, engkau memilih jalan lain. Membumbung tinggi kata manismu di benak wanita,dan akhirnya engkau tak bisa membersamainya. Engkau bukan jodoh Milea. Ada luka dan siksa karena kenangan indah tanpa pernah memilikinya. Sad ending itu menyakitkan.

Wahai remaja, aku katakan dengan penuh cinta bahwa cinta ala Dilan tidak menembus kebahagiaan hakiki. Engkau harus sadar. Dilan hanya memberikan angan-angan kosong. Bersandarlah kembali atas nama cinta Rabbmu. Itulah pilihan terbaik. Cinta kelas langit. Mitsaqan ghalizhah adalah persaksian agung bukti cinta hakiki. Tentu, cinta yang tidak berbatas Februari. Cinta yang tidak berbatas hari kasih sayang. Cinta yang tidak hanya berbatas pada dunia. Tapi cinta yang berbatas jannah (surga). Wallahu a'lam bisshawab. Opi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak