Skenario Di Balik Pemberian Gelar Indonesia Negara Paling Santai Di Dunia


Oleh: Yanyan Supiyanti A.Md

(Member Akademi Menulis Kreatif)


Indonesia, negeri kita tercinta ini, dinobatkan menjadi negara yang paling santai di dunia. Mengalahkan Australia, Islandia, dan 12 negara lain di dunia.


Hal ini terungkap lewat studi terbaru _Lastminute_ penyedia jasa perjalanan Eropa. Ada sejumlah faktor  yang dianalisis para peneliti untuk menyusun daftar negara-negara paling santai. Termasuk di dalamnya hak-hak pribadi warga negara, polusi suara dan cahaya, suhu, jumlah hari libur, serta jumlah spa di negara tersebut.


Hasilnya, Indonesia lah negara paling santai di dunia. Peringkat kedua diduduki Australia, diikuti Islandia diperingkat ketiga. Sementara Selandia Baru dan Sri Lanka yang terpilih sebagai destinasi terbaik 2019, berturut-turut menempati peringkat keempat dan kelima.


Penelitian ini menemukan, Indonesia memiliki garis pantai yang panjang lebih dari 88 ribu kilometer. Tak heran jika Indonesia terpilih sebagai negara yang memiliki pantai terbaik untuk bersantai. Negeri ini juga tergolong hijau karena punya lebih dari 186 ruang hijau. Suhu rata-rata 25 derajat celsius membuat Indonesia menjadi tempat tinggal yang nyaman. Tidak kelewat dingin, juga tidak terlalu panas.


Indonesia yang berjuluk surga tropis juga punya 66 spa, dan retret kesehatan. Semuanya menawarkan pengalaman bersantai terbaik. Untuk menikmati itu semua, para pekerja di Indonesia punya keleluasaan menikmati rata-rata 30 hari libur per tahun(Beritatagar.id,23/1/2019).


Indonesia adalah negeri Muslim terbesar yang potensial menjadi benih awal kebangkitan. Ada skenario global untuk memandulkan potensi tersebut dengan mempropagandakan Indonesia sebagai negara destinasi pariwisata terbaik yang berdampak masifnya proses liberalisasi dan sekularisasi melalui pariwisata.


Perlu kita ketahui bahwa, pariwisata yang dikembangkan di Indonesia adalah pariwisata yang bernafaskan liberal. Sedangkan liberal adalah ruh kapitalisme. Selain dorongan ekonomi yang tak pernah puas mengeksploitasi alam dan manusia, perilaku liberal membuat manusia hanya menjadikan dunia sebagai tempat bersenang-senang.


Dan untuk memuaskan keinginan bersenang-senang itu, maka dibuatlah berbagai macam fasilitas yang memanjakan para wisatawan. Misalnya saja menyediakan minuman keras, hotel bintang lima, makanan ala western yang sarat bumbu-bumbu haram, eksploitasi perempuan dan anak-anak untuk dijadikan sebagai pemuas syahwat wisatawan, dan banyak lagi yang lainnya.


Begitu banyak mudharatnya, tak hanya dari aspek ekonomi, tetapi juga kerusakan sosial budaya yang amat mengerikan. Selain itu juga mencerabut kedaulatan politik sebagai bangsa bermartabat.


Liberalisasi sosial budaya yang dicanangkan kapitalis global hanya akan melahirkan sosok Muslim moderat, yang amat ramah dengan agenda liberalisasi, dan kian menjauhkan dari pembentukan karakter Muslim sejati.


Umat harus waspada dan berupaya membangun kesadaran ideologis umat atas upaya penjajahan negara barat, melakukan kasyful khuthath (aktivitas membongkar strategi penjajah), dan berjuang menegakkan institusi yang mampu melawan setiap upaya penjajahan, yakni menegakkan kembali Daulah Khilafah Islamiyah ala minhaj an-nubuwah. Yang merupakan janji Allah Ta'ala dan bisyarah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Wallahu a'lam bi ash shawab.[]

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak