Oleh : Yuni Wahyu Untari
Akhir-akhir ini hoax sangat banyak dijumpai. Hingga rakyat kadang resah dan bingung mana berita yang benar dan bohong. Karena terlalu banyak berita bohong yang sulit didapatkan kebenaran atau kenyataanya. Tidak ada tempat resmi dan terpercaya. Hoax atau berita bohong ini sangat berbahya karena sudah direncanakan sebelumnya untuk mengarahkan orang ke arah yang tidak benar, hal ini seperti yang dijelaskan Profesor Muhammad Alwi Dahlan, Ahli Komunikasi dari Universitas Indonesia (Antaranews.com, 11 Januari 2017). Lantas kemana rakyat harus mendapatkan informasi yang valid dan mudah? Inilah salah satu ironi di negeri demokrasi yang bebas menyatakan apapun pendapat dan pemikirannya.
Dalam sistem demokrasi dengan sekulernya, yang memisahkan urusan kehidupan dunia dengan urusan agama meniscayakan segala cara untuk bisa menjamin kenikmatan hidupnya . Kedudukan, kekayaan, kemudahan segala akses akan enggan mereka letakkan karena itu semua menjadi dambaan bagi para penganut sekuler. Menuruti keinginanan nafsu dunianya. Maka berbohong akan menjadi tabiat dalam sistem sekuler.
Untuk bisa membuat berita bohong yang hebat dibutuhkan sepaket fasilitas. Karena itu hanya seseorang dengan segala fasilitasnya yang mampu membuat hoax atau berita bohong terbesar. Seseorang yang mampu mengendalikan media-media penyiar berita, membuat situasi dan kondisi yang bisa disesuaikan dengan kepentingannya. Semua itu membutuhkan kekuasaan yang besar dan itu adalah penguasa. Sumber-sumber berita yang ada akan dibawah kendali penguasa. Dengan kewenangan membuat regulasi atau peraturan akan disesuaikan dengan kepentingan penguasa. Sehingga penguasa mampu mengintervensi berita yang akan diberitakan oleh media. Maka semua akan menjadi halal dalam meraih dan melanggengkan kekuasaan dan kepentingannya.
Akan sangat berbahaya dan berakibat fatal jika yang membuat berita bohong yang disengaja (hoax) adalah penguasa dalam pemerintahan karena mereka adalah orang-orang yang dipercaya menjadi pemimpin rakyat suatu negara. Rakyat umum akan mudah percaya dan mengiyakan berita yang disampaikan selama tidak ada yang berani mengecek atau mempelajari berita tersebut. Dan penguasa dengan segala fasilitasnya akan dengan mudah menekan agar berita bohong itu tetap tersebar. Bahkan orang yang menyampaikan berita sebaliknya padahal itu yang benar bisa dilabeli hoax oleh penguasa pemerintah. Sungguh miris jika hal ini terjadi.
Hoax atau berita bohong dalam pandangan Islam
Dalam Islam, kebohongan (al kadzib) secara umum adalah haram. Berbohong termasuk didalamnya membuat berita bohong, merupakan perbuatan dosa dan haram hukumnya. Begitupun yang menyebarkannya.
Dalam hadits disebutkan :
Sungguh kebohongan itu mengantarkan pada kejahatan dan kejahatan itu akan menghantarkan ke neraka. Sungguh seorang laki-laki benar-benar berbohong sampai dia ditulis disisi Allah sebagai pembohong. (HR al-Bukhori dan Muslim)
Rasul saw. Memerintahkan kita untuk menjauhi ucapan atau tindakan bohong :
....Tinggalkanlah kebohongan karena sungguh kebohongan itu bersama kekejian dan keduanya di neraka .... (HR Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan ath-Thabarani)
Berbicara bohong merupakan salah satu ciri-ciri orang munafik. Maka hal ini merupakan dosa besar. Sebagai muslim tentu tidak akan melakukan perbuatan ini dan akan menjauhinya. Adapun dalam Islam beebohong hanya dibolehkan dalam tiga keadaan.
saw. Bersabda :
...Semua kebohongan ditulis atas anak Adam kecuali tiga macam : laki-laki yang berbohong kepada istrinya untuk menyenangkannya, laki-laki berbohong sebagai tipudaya dalam perang atau laki-laki yang berbohong kepada dua orang Muslim untuk mendamaikan keduanya. (HR Ahmad)
Membuat berita bohong atau hoax dan menyebarkannya adalah dosa besar yang termasuk tindakan jarimah (kriminal) dalam pandangan islam. Tapi tidak ada sangsi secara spesifik, artinya jenis dan kadar hukumannya ditentukan dari seberapa besar dharar atau kerugian yang ditimbulkannya. Dan yang menetukan adalah khalifah (pemimpin umat islam) atau qadhi.
Dalam menyikapi berita atau informasi untuk kehati-hatian, Islam mengajarkan untuk melakukan tabayyun. Mencari kebenaran dari suatu berita sebelum menyebarkannya (klarifikasi). Syaikh al-Jazairi mengatakan, tabayyun berarti, “Telitilah kembali sebelum kalian berkata, berbuat atau memvonis.”
Allah berfirman dalam QS Al Hujurat : 6 ,
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (TQS Al-Hujurat 49:6)
Rosul saw mengingatkan kita :
Cukuplah orang dinilai pendusta jika dia biasa menceritakan semua yang dia dengar (HR Musim)
Telah jelas bagaimana Islam menyikapi hoax atau berita bohong. Dan ini semua bisa diterapkan hanya dalam kehidupan Islam.
WalLah a’lam bi ash-shawab