Oleh: Yuli Ummu Raihan
Tarif pesawat melangit, beginilah realita saat ini yang harus dihadapi masyarakat Indonesia yang secara geografis adalah negara maritim maka pesawat menjadi moda transportasi andalan karna akan lebih mudah dijangkau, efisien dari segi waktu dan biaya.
Tapi sekarang banyak bandara sepi, pesawat hanya parkir di landasan terbang, sopir taksi bandara, pengangkut troli serta penjual makanan dan oleh-oleh di bandarapun terdampak kondisi ini.
Naiknya tarif tiket pesawat penerbangan domestik rupanya juga dialami oleh maskapai penerbangan, dan Lion Air Group menjadi salah satu diantara maskapai yang menelan kerugian karna sepi penumpang.
Informasi yang didapat banyak pesawat Lion Air yang mangkrak dan hanya terparkir di apron Terminal 1 dan 2 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang karna sepi penumpang bahkan sejumlah maskapai hanya mengangkut jumlah yang minim dan banyak kursi kosong bahkan Lion Air terbang ke Padang hanya mengangkut tiga orang penumpang,(Banjarmasinpost.co.id).
Ini adalah dampak kenaikan harga tiket dan bagasi untuk penerbangan domestik, meski mendapat banyak penolakan tapi pemerintah seolah menutup mata dan telinga dari semua fakta ini, ini tak ubahnya seperti pemalakan secara halus, negara kehilangan fungsi sebagai pelayan rakyat.
Kenaikan harga tiket dan bagasi pesawat juga berimbas pada kenaikan ongkir bagi pedagang online yang mau tak mau membuat kenaikan harga jual produk dan melemahkan daya beli masyarakat.
Sistem Kapitalis membuat negara hanya menjadi regulator, tidak ada pelayanan murah, dan mudah bagi rakyat. Semua menjadi lahan bisnis dan berstandarkan untung rugi bukan pelayanan. Penguasa merangkap menjadi pengusaha yang melakukan jual beli dengan rakyatnya.
Saat ini pengelolaan infrastruktur penerbangan bergantung pada hutang yang berbasia ribawi, seolah terjadi pembangunan padahal menumpuk masalah, kelihatan wah padahal berbahaya. Bisa jadi kebijakan menaikkan tiket dan bagasi pesawat adalah cara untuk menambal hutang dalam pengelolaan maskapai terkait.
Sekali lagi rakyat menjadi korban atas kebijakan dholim penguasa saat ini.
Saatnya berubah dari sistem yang bukannya memberi kemashlahatan tapi kemudhorotan, kita bisa belajar dari sejarah dimana dahulu dimasa khilafah pengelolaan transportasi sudah sangat baik. Meski pada masa kekhilafahan dulu belum ada pesawat tapi ide dan teknologi strukturnya bermula dari ilmuan Muslim yaitu Abbas Ibnu Firnas (810-887 M) yang berasal dari Spanyol yang pernah melakukan serangkaian percobaan untuk terbang. Bahkan ia seribu tahun lebih awal dari Wright bersaudara, sampai Sejarawan Philip K. Hitti menulia dalam History of the Arabs, " Ibnu Firnas was the first man in history to make a scientific attempt at flying". Artinya Wright bersaudara dan pembuat pesawat selanjutnya hanya meneruskan apa yang dilakukan Ibnu Firnas dan menemukan teknologi sesuai zamannya.
Saat Khilafah diambang kehancuran karena konspirasi Eropa dan para pengkhianat daulah, Barat baru menguci coba pembuatan pesawat tempur(1910), yang kemudian digunakan Jerman pada PD 1 (1911-1935) untuk mengintai musuh, 1924 Khilafah hampir dikuasai Inggris dan sekutunya melalui deklarasi Negara Sekulee berbentuk Republik Turki. ( Wikipedia)
Artinya apa? Bahwa khilafah saat itu belum sempat mengembangkan teknologi pesawat tersebut, khalifah Abdul Hamid II baru mampu maksimal mengelola transportasi darat yaitu rel kereta api hijaz atau Hejaz railway yang menghubungkan Istanbul hingga Madinah yang memudahkan perjalan haji dan perekonomian.
Pembangunannya menelan biaya 16 juta USD yang semua ditanggung kaum muslimin tanpa hutang pada asing apalagi berbasis riba. Pekerjanya juga dari kaum muslimin, arsiteknya pun dirancang sendiri oleh pihak Khilafah tanpa campur tangan pihak luar (asing) dan selesai pada tahun 1908 dan lansung beroperasi fan memudahkan perjalan haji yang awalnya ditempuh waktu 2-3 bulan menjadi 3 hari perjalanan saja sangat efisien sekali, karna biayanya yang murah dibanding biaya perjalanan sebelumnya.
Begitulah seharusnya penguasa berusaha semaksimal mungkin memberi pelayanan terbaik, mudah, dan murah pada rakyatnya, andai masa khilafah sudah ada pesawat maka kita dan dunia hari ini akan menyaksikan betapa bermanfaatnya pesawat bagi masyarakat apalagi untuk negara maritim seperti Indonesia yang lebih efektif jika menggunakan pesawat. Khilafah akan mengusahakan infrastruktur apapun demi kepentingan rakyatnya dengan tujuan pelayanan bukan lahan bisnis, karna tujuan semua itu adalah meraih ridho Allah bukan keuntungan dunia, bukankah Allah menjanjikan siapa yang memudahkan urusan saudaranya di dunia maka Allah mudahkan urusannya di akhirat, apalagi sebagai pemimpin ini adalah kewajibannya memberi pelayanan terbaik bagi rakyatnya.
"Imam adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang diurusnya" (HR al Bukhari).
Maka andai khilafah tegak kita tidak akan lagi menjerit karna harga tiket makin melangit, kebutuhan hidup lainnya mudah didapat dan kesejahtraan akan meningkat karna penguasa mengurusi semua urusan rakyatnya bukan hanya transportasi, bahkan kebutuhan pokok seperti pangan, sandang dan papan, semua dimudahkan wallahu a'lam.