Oleh : Rosmita (Aktivis Muslimah Peduli Umat)
"Kita ingin negara ini semakin baik dan saya akan pergunakan seluruh tenaga yang saya miliki, kewenangan yang saya miliki. Tidak ada yang saya takuti untuk kepentingan nasional, rakyat, bangsa negara. Tidak ada yang saya takuti kecuali Allah SWT untuk Indonesia maju," dia menambahkan. (Sinarharapan.co)
Pernyataan Jokowi yang mengatakan bahwa dirinya hanya takut kepada Allah perlu dibuktikan, bukan hanya dengan kata-kata tapi dengan perbuatan yang nyata.
Karena implementasi keimanan seseorang akan terlihat dari perilakunya. Pemimpin yang takut kepada Allah maka bisa dilihat dari caranya menjalankan amanah yang diberikan. Dalam memimpin dia akan menerapkan hukum-hukum Allah bukan hukum buatan manusia. Dalam mengurus rakyat dia akan berlaku adil dan bijak tidak semena-mena.
Pemimpin yang takut kepada Allah tidak akan ingkar janji, dia akan berusaha memenuhi janji-janjinya. Karena sejatinya janji yang diucap bukan hanya kepada rakyat tapi juga kepada Allah dan kelak akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat.
Pemimpin yang takut kepada Allah tidak akan mengkriminalisasi ulama, tidak akan mendikriminasi ajaran Islam, dan tidak akan membubarkan ormas yang berjuang mendakwahkan syari'at Islam.
Pemimpin yang takut kepada Allah tidak akan berbuat zholim, tidak akan curang, tidak akan berbohong dan menipu rakyatnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيُّمَا رَاعٍ غَشَّ رَعِيَّتَهُ فَهُوَ فِي النَّارِ
“Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka.” (HR. Ahmad)
Jangan jadikan ucapan takut kepada Allah hanya sebatas pemanis bibir untuk meraih suara, karena jika ucapan tidak sesuai dengan perbuatan maka disaat itulah seseorang dikatakan sebagai orang munafik. Ciri-ciri orang munafik ada 3 : Apabila berkata dia berdusta, apabila berjanji dia mengingkari, dan apabila dipercaya dia khianat.
Ada lagi ciri-ciri munafik lainnya, yang termasuk munafik akbar yaitu, loyalitas kepada orang kafir dan enggan menerapkan syari'at Islam.
Orang munafik tempatnya di neraka dan dia kekal di dalamnya.
Sebagaimana firman Allah swt :
بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (Yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. An Nisa ayat 138-139).
Lalu bagaimana gambaran pemimpin yang takut kepada Allah?
Yaitu pemimpin yang berani menerapkan syari'at Islam, wala'kepada orang-orang beriman dan baro' kepada orang-orang kafir, serta takut berbuat zholim kepada rakyatnya.
Contoh pemimpin yang takut kepada Allah adalah Umar bin Khottob ra dimana beliau sangat takut kalau sampai menzholimi rakyatnya, beliau keliling di malam hari untuk memeriksa kalau ada rakyatnya yang kelaparan. Saat menemukan seorang ibu yang sedang memasak batu karena anaknya menangis kelaparan, Umar langsung pergi mengambil sekarung gandum bahkan beliau sendiri yang memanggul karung gandum untuk ibu tersebut. Dan ketika beliau mendengar ada satu jalan yang rusak maka beliau langsung menyuruh orang untuk memperbaikinya karena beliau takut kalau ada unta yang terperosok dan mati di jalan itu.
Jika seorang pemimpin benar-benar takut kepada Allah, niscaya Allah limpahkan keberkahan dari langit dan bumi dan negeri ini akan menjadi negeri yang baldatun thoyibatun wa Robbun Ghofur.
Tags
Opini