Oleh: Sumiati (Praktisi Pendidikan dan Member AMK )
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankankedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan nasional, dan nasionalisme juga rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun eksternal.
Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik" (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas budaya", debat liberalisme yang menanggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.
Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan ini pun tampak pula dalam dunia hewan saat ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu negeri. Namun, bila suasananya aman dari serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini.
Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti naziisme, pengasingan dan sebagainya.
Belum lama ini warganet mendapati kabar, ungkapan dari Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman yang mendukung pembangunan kamp konsentrasi untuk Muslim Uighur. Dia mengatakan bahwa tindakan Cina itu dibenarkan. Karena dianggap Cina memiliki hak untuk melakukan pekerjaan anti-terorisme dan ekstremisme untuk keamanan nasionalnya, kata Bin Salman yang berada di Cina untuk menandatangani banyak kesepakatan. Presiden Cina Xi Jinping mengatakan kepada Putra Mahkota bahwa kedua Negara harus memperkuat kerja sama internasional tentang deradikalisasi untuk mencegah penyebaran pemikiran ekstrem. Cina telah menahan sekitar satu juta Muslim Uighur di kamp konsentrasi, tempat mereka menjalani program pendidikan ulang yang diklaim sebagai perang melawan ekstremisme. Uighur adalah kelompok etnis Turki yang mempraktikkan Islam dan tinggal di Cina Barat dan sebagian Asia Tengah. Beijing menuduh minoritas di wilayah Xinjiang Barat mendukung terorisme yang harus diawasi ketat. Kelompok-kelompok Uighur telah meminta kepada Pangeran Muda Saudi yang kuat untuk mengangkat perjuangan mereka. Karena ultrakonservatif secara tradisional menjadi pembela hak-hak Muslim di seluruh dunia. Namun para pemimpin Muslim dunia tidak membahas krisis Uighur dengan Cina yang beberapa tahun ini menjadi mitra dagang dengan Timur Tengah. Bulan lalu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam tindakan Cina dan menggambarkan perlakuan terhadap penduduk Uighur mempermalukan rasa kemanusiaan. Erdogan juga menyerukan penutupan kamp konsentrasi. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pernah menuduh Cina melakukan genosida, tetapi sejak itu menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi yang lebih dekat dengan Beijing.
Ini menunjukkan bahwa para pemimpin negeri Islam tidak berempati kepada Muslim dunia. Mereka membatasi diri mereka sendiri dengan sekup Nasionalisme. Inipun semakin jelas kepada siapa mereka berpihak. Walaupun mereka adalah Muslim, namun sikap dan perkataan tidak menunjukkan sebagai seorang Muslim. Betapa sekat Nasionalisme ini telah merusak aqidah umat Muslim.
Padahal Islam mengajarkan kepada kita, bahwa Islam itu bagaikan satu tubuh, jika satu bagian ada yang sakit, maka seluruh tubuh merasakan sakitnya. Jika Muslim dunia tertindas teraniaya dan lain-lain yang sifatnya menyakitkan, maka kitapun diseluruh dunia wajib merasakan sakitnya hingga berupaya membantu dengan berbagai perjuangan. Namun jika kita masih dalam kungkungan Nasionalisme hal itu tidak akan pernah terwujud. Dengan berbagai kejahatan yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam, semestinya umat Islam bangkit, dan kembali berjuang untuk menegakkan hukum Allaah SWT, hingga keadilan dapat dirasakan oleh seluruh penduduk bumi.
Wallaahu a'lam bishawab.