By Ika Suci W. (Mahasiswa)
Siapa yang tidak suka musik? Tua-muda, anak-dewasa suka sama yang namanya musik. Malah sudah jadi kebiasaan "Tiada Hari tanpa Musik". Bagaimana tidak, dalam rutinitas sehari-hari musik selalu mendampingi. Belajar sambil dengerin musik, nonton TV channelnya Musik, nongkrong ngegosipin penyanyi, berpergian bawa walkman, bersosmed pun kepoin musik, tidak ketinggalan juga nyanyi di kamar mandi. Wahh, dunia serasa hampa tanpa musik. Benar tidak?
*Hukum Musik*
Katanya musik itu memang enak dinikmati. Mulai lagu dangdut sampai klasik, asyik semua. Jangan heran kalau pada suka. Termasuk kaum hawa. Malahan kita-kita ini digarda terdepan segmen utama industri musik. Bagaimana tidak, kalau sudah jatuh _cintrong_, biasanya cewek paling tidak tahan buat ngeluarin isi dompet untuk beli kaset, MP3, paketan unlimited buat dengerin dan kepoin dunia musik. Tiap hari nonstop musik. Betul tidak?
Nah, di zaman modern yang serba canggih, jenis musik dan lagu beranekaragam. Tentu, tidak semua ada di masa Rasulullah dulu. Makanya banyak ulama yang pro-kontra soal hukum bermusik. Sebagian ulama salaf mengharamkan, didasarkan pada riwayat Imron Hushain, bahwa ia berkata, Rasulullah saw. bersabda,
_"Akan terjadi pada umatku, lemparan batu, perubahan bentuk, dan tenggelam ke dalam bumi." Dikatakan, " Ya Rasulullah, kapan itu terjadi?" Beliau menjawab, "Jika telah tampak alat-alat musik, banyaknya penyanyi wanita, dan diminumnya khamr-khamr."_*(Dikeluarkan oleh Tirmidzi, Ibnu Abiddunya, dan lain-lain, lihat Tahrim 'alath Tharb halaman 63-64)*
Namun, sebagian lagi menghalalkan musik dan nyanyian. Diantaranya adalah Abdullah bin Ja'far, Abdullah bin Zubair, Al-Mughirah bin Syu'bah, Usamah bin Zaid, Umran bin Hushain, Muawiyah bin Abi Sufyan, Atha bin Abi Ribah, Abu Bakar Al-Khallal, Abu Bakar Abdul Aziz, Al-Gazali dan lain-lain. Imam Asy-Syaukani dalam kitabnya _Nailul Authar_ menuliskan bahwa ulama Dzahiri dan jama'ah ahlu Sufi memberikan kemudahan pada nyanyian walaupun dengan gitar dan biola.
Juga diriwayatkan oleh Abu Manshur Al-Baghdadi As-Syafi'i dalam kitabnya bahwa Abdullah bin Ja'far menganggap menyanyi tidak apa-apa, bahkan membolehkan budak-budak wanita untuk menyanyi dan beliau sendiri mendengarkan alunan suaranya. Hal itu terjadi di masa Khalifah Amirul Mukminin Ali ra.. Begitu juga Abu Manshur meriwayatkan hal serupa pada Qodhi Syuraikh, Said bin Al Musayyib, Atho bin Abi Ribah, Az-Zuhri, dan Asy-Sya'bi.
Nyanyian yang dibolehkan, seperti yang sering kita lakukan dalam rutinitas sehari-hari. Misal saat dalam perjalanan, saat memikul beban berat lalu menghibur diri dengan bernyanyi untuk menambah gairah, menghilangkan bosan dan rasa hampa. Atau mendengarkan lagu dari kaset, radio, walkman, youtube. Yang pasti, harus lihat-lihat syair lagunya, situasi saat diperdengarkan lagu dan efeknya.
Jumhur ulama menghalalkan mendengarkan nyanyian, tetapi menjadi haram tatkala disertai kemungkaran, seperti sambil minum khamr, berjudi, dll. Atau bila dikhawatirkan menimbulkan fitnah seperti menumbuhkan cinta birahi pada wanita atau sebaliknya dan menyebabkan lalai atau meninggalkan kewajiban, seperti meninggalkan shalat, dll.
*Hipnotis Musik*
Terlepas dari hukum musik dalam islam, yang pasti pengaruh musik memang fantastik banget. Bisa menghanyutkan siapa saja pendengarnya. Tidak heran kalau acara-acara musik digemari. Apalagi sekarang, channel-channel TV menayangkan ajang pencarian bakat lewat industri musik. D'academy dangdut, KDI, Rising Star, Indonesian Idol. Ratusan orang berlomba-lomba mendaftarkan diri. Malahan ada yang hanya jadi penonton setia. Bela-belain nonton sampai malam, khusyuk mantengin jagoannya. Ada yang jingkrak-jingkrak saking senengnya atau bahkan menangis saat salah satu jagoannya dieliminasi diujung acara.
Yup, salah satu efek musik adalah mempengaruhi emosi penyanyi dan pendengarnya. Coba aja dengarkan lagu _Pupus_-nya Dewa 19 atau _Perpisahan Termanis_-nya Lovarian, pasti kamunya ikutan sedih kan? Sebaliknya, kalau dengerin lagu _Kroncong Protol_-nya Bondan ft Two Black, kamu akan semangat. Beda lagi, kalau dengerin lagu _Doaku Untukmu Sayang_-nya Wali band bakal _klepek-klepek_. Apalagi kaum hawa, baperan. Nah loh!!
Maka dari itu, kalau mau dengerin lagu harus bisa mengontrol emosi. Jangan sampai hal itu mengganggu rutinitas kamu. Sebab, bisa jadi gara-gara terlalu mendramatisir lagu kamunya cengeng, mager (males gerak) pula. Itu artinya musik yang kontraproduktif.
Bukan hanya itu, musik juga membuat kita berimajinasi bebas. Walhasil, disibukkan dengan angan-angan entah dari syairnya, penyanyinya. Apalagi kalau sudah ngefans pasti dibela-belain buat ketemu sekedar dapat tandatangan, selfie bareng, berpelukan, cipika-cipiki. Bahkan tidak ketinggalan nonton konsernya. Ingatkan ceremony penutupan Asian Games 2018 dengan mendatangkan boyband asal Korea Super Junior? Wahh pisan euy. Sontak fans Super Junior (Elf) berduyung-duyung ke GBK sekedar mantengin itu konser. Kebanyakan kaum hawa lagi, iya kan? Boro-boro bisa ketemu lagi, sayang bukan kalau dilewatkan? Idiihh!!
Ada lagi yang paling gawat bin darurat. Musik bisa mempengaruhi gaya hidup. Gaya pakaian, dandanan idola jadi rujukan sampai-sampai wajib diikuti. Atau bahkan jadi _trendsetter_ penggemarnya. Sudah tidak peduli mengumbar aurat, apalagi mikirin aturan islam yang penting trendy. Duhh!!
Non, hati-hati kalau mau dengerin musik. Suka sah-sah saja, asal jangan kebablasan. Yah, buat refresing oke, tetapi harus ekstra pilah-pilah. Dan yang terpenting, tidak harus kiblatin gaya hidup para idola kan?
*Enjoy Musik with Syar'i*
Memang, tidak semua musik bikin efek buruk bagi penggemarnya. Ada yang justru dengan musik jadi lebih semangat belajar, semangat kerja, semangat dakwah, dll. Tergantung bagaimana kamu menyeleksi musik dan cara menikmatinya. So, cicipi dululah. Pertimbangkan baik-buruknya buat kamu. Jangan asal semua musik dilahap, dikunyah dan ditelan. Setuju kan?
Nah, untuk menyeleksi jenis musik oke belum ada referensinya namun ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan.
_Pertama_, jenis musiknya. Saat ini jenis musik bejibun non. Mulai klasik, pop, rock, R&B, jazz, dangdut, keroncong, seriosa, qasidah dan nasyid. Dari berbagai jenis, musik mempunyai identik yang berbeda-beda.
Misal, dangdut identik dengan jingkrak-jingkrak, R&B identik dengan disko-diskoan, dll. Dengan begitu, maka pilihlah jenis musik yang pantas buat kalangan muslimah. Yang dapat mengontrol kamu tidak melakukan aktifitas yang malu-maluin. Tidak lucu bukan kalau kamu berhijab pakai walkman dijalan eh sambil berjoget karena dengerin lagu _Suket Teki_-nya Didi Kempot.
_Kedua_, syairnya. Ingat lagu _Despacito_-nya Luis Fonsi? Konon itu syairnya berbau seksual. Padahal masyarakat sedunia asyik menyanyikannya karena musiknya enak didengar. Maka dari itu, kamu harus cermatin juga lirik-lirik lagu. Jangan sampai isinya melanggar syariat. Misalnya, menyekutukan Allah, mengajak pacaran, berzina. Walau musiknya oke kalau mengandung begituan tidak boleh dinikmati. Sebaliknya, dianjurkan bila mendorong giat beramal, menumbuhkan kebaikan, dakwah, jihad, dll. Jenis musik qasidah dan nasyid adalah jaminan syair-syairnya terjaga dan syar'i.
_Ketiga_, penyanyinya. Kalau dengarin musik di radio tidak lihat langsung penyanyinya. Lain halnya kalau lihat langsung. So, perhatiin juga penyanyinya menutup aurat apa tidak. Sebab, memandang aurat itu haram. Sekalipun lagunya enak didengar dan dinikmati.
_Keempat_, eventnya. Maksudnya dimana dan dalam situasi apa kamu dengerin musik. Kalau di event macam konser yang terjadi campur baur laki dan perempuan. Meski lagunya bagus ya tidak boleh. Atau kamu nyanyi sendiri lagu nasyid di kamar mandi, itu makruh hukumnya.
_Kelima_, efeknya. Meski sesuatu itu mubah bila diduga kuat menerjang hal-hal yang diharamkan seperti melalaikan shalat, kekerasan, perzinaan maka musik terlarang juga non. So, pilihlah musik yang memberikan efek positif bagi kamu. Dan tentunya tidak melanggar syariat. Wallahu 'alam.