Menulis dari Hati


Oleh : Lilik Yani


Aktivitas yang menyenangkan itu jika kita menjalaninya tanpa beban dan bisa menikmati dengan hati riang. Termasuk dalam menulis. Jalanilah aktivitas ini dengan senang hati dan keikhlasan.


********


Pekan lalu, saat ada kelas “Belajar Menulis“, kami mendapat materi tentang “Menulis dari Hati“. Apa maksudnya? Ada yang menjawab, menulis apa yang kita pikirkan dan apa yang dirasakan. Ada yang menjawab menulis dengan sepenuh hati, tidak setengah-setengah atau asal-asalan. 


Ada juga yang menjawab menulis dari hati artinya menulis dengan niat karena Allah, untuk berdakwah di jalan Allah. Dan masih banyak jawaban dari teman-teman yang lain. Alhamdulillah, semua bersemangat untuk belajar, karena ingin bisa menulis dengan baik.


Kemudian ustadzahnya melanjutkan, jika ada calon penulis yang punya ambisi untuk bisa jadi penulis seperti si A, si B, si C yang tulisannya bagus, enak dibaca, dan selalu bisa tayang ke berbagai media. Sehingga, dia bekerja keras meniru, baik gaya penulisan maupun tema selalu mengikuti trend yang ditulis penulis pakar itu. Nah, ini namanya memaksakan diri, bukan menulis dengan hati.


Menulis dari hati itu maksudnya, ketika kita menulis, ya menulis saja dengan senang hati, apa yang kita sukai, apa yang kita rasakan, apa yang kita pikirkan. Kita menulis tanpa ada beban, apakah tulisan kita nanti akan dibaca orang apa tidak, apa tulisan kita nanti disukai orang ataukah tidak, apakah tulisan kita layak tayang apa tidak, sehingga kita enjoy dalam menulis.

Menulis tanpa ada kecemasan. Mengalir tanpa beban.


Menulis dari hati bisa lebih nyaman, karena motivasinya karena memang kita senang menulis. Kita ingin menuangkan ide yang ada dalam pikiran atau uneg-uneg yang dirasakan, sehingga akan plong jika sudah dituangkan dalam tulisan.


Ingat dulu, saat kita masih remaja, suka menulis di buku harian. Kita tulis apa saja dengan bebas dan hati senang, tentang kisah yang kita alami hari itu. Cuma bedanya, sekarang kita sudah mengenal Islam. Tentunya ada rambu-rambu yang harus kita perhatikan.


Kita boleh menulis tentang apa saja, tapi yang harus kita ingat, setiap apa yang kita tulis akan dimintai pertanggungjawaban. Kemudian ada yang bilang, “Lho,kalau gitu gak usah nulis aja, takut dimintai pertanggungjawaban”. Wah, jangan salah paham, kawan. Bukankah tidak menulis pun kita juga akan dimintai pertanggungjawaban. Apapun yang kita lakukan, baik itu kita sedang belajar, bekerja, makan, bermain, membaca, dan semua aktivitas apapun itu akan dimintai pertanggungjawaban.


"Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi RabbNya, hingga dia ditanya tentang lima perkara yaitu 

*tentang umurnya, untuk apa dia habiskan 

*tentang masa mudanya, untuk apa dia gunakan 

*tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan kemana dia belanjakan

*tentang ilmunya, apa saja yang telah diamalkan dengan ilmunya". 

(HR Tirmidzi No 2416)


Jadi maksudnya disini, kita menulis hendaklah ada niat yang baik, untuk menyampaikan Islam. Apapun bentuk tulisan kita, apapun tema tulisan kita, jika dikaitkan dengan Islam akan terasa indah. Apapun tulisan kita jika dilihat dari sudut pandang Islam, akan lebih bermakna. 


Dengan menulis apa yang kita sukai, akan menjadi hiburan yang menyenangkan hati. Dengan menulis yang kita ketahui akan menjadi muhasabah diri dan terus berproses untuk memperbaiki diri. Dengan menulis yang kita pahami, kita bisa menebarkan benih-benih kebaikan yang In syaa Allah tanpa kita sadari bisa bermanfaat bagi orang lain. 


Kalau begitu, kita tidak ada alasan untuk tidak menulis ya? Apalagi ada program OPEy (One Post Every day). Mungkin awalnya berat karena belum terbiasa. Dengan berjalannya waktu, akan berkurang bebannya, In syaa Allah lama kelamaan jadi ringan dan menjalani dengan enjoy. Sehingga suatu saat akan menjadi habits. 


Buktinya, percobaan pertama di OPEy part 2, telah berhasil. Bukan maksudnya, berhasil menjadi penulis lho. Tapi paling tidak komitmen untuk sepekan posting tulisan setiap hari, sudah berhasil diselesaikan. Berlanjut OPEy part 3, part 4, part 5, dan seterusnya. In syaa Allah.


Alhamdulillah. Dengan pertolongan Allah, buat kita yang masih belajar merangkai kata ini sudah cukup senang bisa menulis setiap hari.

Sekali lagi, orientasi utama menulis bukan untuk menjadi penulis. Kita menulis dari hati. Menulis tanpa beban target prestasi. Menulis karena memang senang menulis saja. Menulis untuk menyampaikan keindahan Islam agar bisa dirasakan semua orang. In syaa Allah. Semoga kita semua diberi kemudahan untuk menyampaikan kebenaran melalui tulisan. Aamiin.



#MenulisDariHati

#MenulisUntukMenebarKebaikan


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak