Oleh: Sumiati (Praktisi Pendidikan dan Member Akademi Menulis Kreatif )
Hati adalah segumpal daging berwarna merah, dengan hati seseorang bisa menjadi sabar, penyayang, lembut, peka, empati dan lain-lain. Jika hati dipenuhi kebaikan karena wahyu menjaganya dan membimbingnya hingga tetap lurus.
Allaah SWT berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ ﴿١٥٩﴾
"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."
(Q.S.3:159)
Jika hati sudah terpaut kepada Allaah SWT maka seluruh aktivitas akan ringan dijalani.
Namun sebagai manusia adakalanya dihadapkan dengan orang yang tidak peka dan tidak ada empati, hingga banyak ditemuka hati yang terluka karena sikap atau perkataan orang lain yang tidak tepat. Hingga menyinggung sampai menyakiti. Dan ini cukup sering terjadi ditengah masyarakat yang kurang peka. Menyakiti yang tidak disadari walaupun rasa sakit itu tidak selalu membuat orang lain marah, namun ada luka tergores dihatinya, dan jika hati sudah terluka agak sulit baginya berhubungan dengan orang yang telah menyakiti. Biar dekat hanya fisiknya saja, dan hatinya jauh, interaksipun sekedarnya. Contoh: mengabaikan, ada orang lain bicara tidak direspon karena dianggap bicaranya tidak cocok dengan pendapatnya, merendahkan, idenya tidak direspon bahkan lebih ke dianggap "apa sih tidak bermutu" yang akhirnya adanya orang tersebut seperti tidak ada, menyepelekan, kerja keras orang lain dianggap tidak baik dan tidak berhasil padahal sudah bekerja keras, namun tetap saja dianggap salah. Dan ketika orang tidak peka, dia pandai menilai orang tapi tidak pandai menilai diri sendiri. Senangnya membuat orang lain berurai air mata.
Allaah SWT berfirman:
أَفَلَمْ يَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ أَوْ ءَاذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى ٱلْأَبْصَٰرُ وَلَٰكِن تَعْمَى ٱلْقُلُوبُ ٱلَّتِى فِى ٱلصُّدُورِ ﴿٤٦﴾
"Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. "
(Q.S.22:46)
Jangan sampai hati kita tidak peka karena kesombongan, hingga terkategori buta haqiqi sebagaimana ayat diatas. Sebagai umat Islam semestinya memiliki hati yang lembut penuh kasih sayang dan penghormatan kepada semua orang. Bukan hanya terhadap yang lebih tua namun terhadap anak sekalipun.
Allaah SWT berfirman:
وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ ﴿١٠﴾
"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anşar), mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang." "
(Q.S.59:10)
Semoga kita semua memiliki hati yang lembut hingga siapapun berada didekat kita, mereka nyaman tidak merasa terancam. Aamiin Yaa Rabbal'aalamiin.
Wallaahu a'lam bishawab.