Mengapa Ibu Harus Bekerja?


Oleh : Lilik Yani


Ketika beban hidup semakin berat. Biaya pendidikan dan kesehatan kian mahal. Bahkan untuk mencukupi kebutuhan pokok saja terkadang harus berhutang. Maka para ibu ikut mengambil peran. Untuk membantu kepala keluarga mencukupi kebutuhan. Lalu bagaimana kewajiban utama dijalankan? Anak-anak jadi terabaikan. 


*********


Bumi terus berputar. Waktu terus melaju. Orang bilang, sekarang masuk zaman yang semakin tua. Sudah mendekati akhir zaman. Dan hari kiamat sudah semakin dekat. 


Berganti-gantinya pemimpin negeri ini, tidak mengubah nasib rakyat kecil menjadi baik. Jangankan berfikir hidup sejahtera, untuk bisa hidup layak saja masih jauh dari harapan. 


Bekerja keras siang malam, membanting tulang hanya untuk memenuhi hajat hidup. Itupun seadanya. Asal bisa menegakkan tulang untuk bisa menjalankan aktivitas lainnya. 


Padahal anak-anak juga perlu sekolah. Tidak sempat bermimpi sekolah dengan fasilitas bagus, yang penting bisa sekolah saja. Karena untuk mendapat sekolah fasilitas lengkap, perlu biaya yang besar. 


Belum lagi kalau ada yang sakit. Tidak berfikir untuk periksa dokter yang layak sehingga bisa konsultasi tentang keluhan yang dirasakan. Tapi cukup dibelikan obat di warung atau pergi ke Puskesmas dengan menunggu antrian ratusan orang, sehingga membutuhkan kesabaran hati dan kesabaran menahan rasa sakit. 


Kondisi yang semakin sulit, memaksa para ibu untuk bekerja, demi membantu suami mencukupi kebutuhan keluarga. Sehingga para ibu harus membagi waktu dan perhatian antara anak-anak di rumah yang harus dibimbingnya dengan tanggung jawab pekerjaan yang diembannya. 


Tenaga ibu yang sudah cukup capek mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, ,masih harus dibebani dengan membantu mencari nafkah. Berpacu dengan hiruk pikuk kehidupan di luar.  


Waktu dan tenaga yang seharusnya untuk memenuhi kebutuhan ruhaninya ikut tersita. Kewajiban untuk menuntut ilmu, mengkaji Al Qur’an, menyampaikan kebenaran Islam ( dakwah ), menyiapkan generasi rabbani, beribadah yang nyaman untuk diri sendiri ( ibadah mahdhoh ), sudah tidak mendapat jatah yang memadai.  


Semua dikerjakan dengan terburu-buru, karena banyaknya amanah dan tugas yang harus ditunaikan. Dan hal itu, terulang setiap hari. Hingga dari hati terdalamnya bermimpi, kapan Islam menjadi Rahmatan lil alamiin ? Sehingga bisa menjalankan ibadah dengan tenang. 


Anak-anak bisa belajar dengan nyaman. Kalaupun harus menderita sakit, tidak harus repot mencari biaya pengobatan karena negara sudah menyiapkan fasilitas yang bagus buat pasien, sehingga bisa istirahat dengan tenang, bisa menerima ujian sakit dengan ikhlas, dan bisa memotivasi untuk segera sehat kembali. 


Ahh, ternyata itu masih jauh dari jangkauan. Karena pemimpin negeri masih sibuk dengan urusan sendiri. Mereka dekat dengan rakyat dan memperhatikan kondisi rakyat kecil hanya saat mau minta suara rakyat untuk dukungan Pemilu. 


Setelah tercapai tujuannya, mereka menjadi pemimpin negeri, maka nasib rakyat kembali terlupakan. Hidup bukannya makin membaik, tapi justru semakin menderita. Hidup rakyat terasa semakin susah. Beban yang ditanggung rakyat semakin berat. 


Yaa Allah, untuk semua yang kami rasakan. Kami bersyukur masih memiliki Engkau. Rabb yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sehingga kami bisa mengadukan semua beban hidup dan keluh kesah sampai lega dada kami. Untung ada Allah, tempat kami menumpahkan semua kesulitan dan kesusahan. 


Yaa Allah, kami yakin hanya dengan Islam maka seluruh masalah hidup ini bisa terselesaikan dengan indah. Lembutkan hati kami, dan hati pemimpin-pemimpin negeri ini untuk bisa ridlo menggunakan Islam sebagai solusi.  


Bimbinglah pemimpin-pemimpin negeri ini untuk memperhatikan rakyat yang menjadi amanahnya.

Yaa Allah, kami yakin bahwa hanya kebaikan yang Engkau harapkan untuk hamba-hambaMu ini. Kalaupun sekarang, kondisi rakyat di negeri kami masih merasakan beban berat dalam hidupnya, itu karena kami masih belum taat kepadaMu. Maka ampunilah kami Yaa Allah.



#HidupSemakinBerat

#ParaIbuDituntutBekerja

#UmatRinduPemimpinPeduli



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak