MEMINJAM ULAMA UNTUK MENJARING SUARA


(Ainun Mardiyah)

Pemerhati bangsa




Jika bukan untuk menjaring suara mungkin tidak akan ada agenda penguasa atau para elit politik untuk berkunjung ke pesantren-pesantren.


“Presiden Joko Widodo alias Jokowi, menghadiri acara Sarang berzikir untuk Indonesia maju di pondok pesantren Al-Anwar, Rembang, Jawa Tengah pada Jumat, 1 Februari 2019. Kehadiran calon presiden ini kumben di acara tersebut beredar dalam video yang viral di media sosial.” (nasional.tempo.co)


Sangat faham dengan situasi yang ada, bahwa mayoritas masyarakat begitu memulyakan para ulama, mendengarkan nasihat-nasihatnya, mengikuti arahan para ulama, maka jurus jitu yang masih laku meski sudah banyak orang tau adalah menjadikan para ulama itu seolah-olah guru bagi mereka, lalu meminta do’a restu dari para ulama lalu kemudian mereka menjadi mendadak tawadhu, tapi maaf ... rakyat tidak lagi mau ditipu.


Yang menonjol dari sistem demokrasi ini adalah ekonomi kapitalisnya, begitu sangat menonjol hingga mempengaruhi logika berfikir para penguasa dan juga sebagian besar rakyatnya.

Logika berfikir yang dibangun diatas satu landasan yaitu manfaat. Sehingga berbagai kebijakan sampai bagaimana cara mempertahankan dan meraih kekuasaan tidak lepas dari pertimbangan kemanfaatan. Meski manfaat yg dibangun itu sifatnya relatif dan tidak mewakili semua kalangan, (bermanfaat bagi penguasa dan pengusaha tapi merugikan rakyat), tapi tetap  saja dipertahankan demi sebuah kekuasaan.


Para Ulama kini yang menjadi sasaran, dinilai akan banyak mendatangkan manfaat untuk mendulang suara, ulama seolah begitu berharga dimata penguasa dan para elite politik.

Walau sebagian ulama mendapatkan perlakuan yang berbeda karena mereka tidak mau berjabat tangan dengan penguasa, di persekusi, di cekal dan di fitnah, bahkan para ulama yang hanif ini diposisikan seperti seorang penjahat yang berbahaya, gelar teroris tak tanggung-tanggung di sematkan oleh penguasa bagi ulama yang mengajak manusia ke jalan Tuhannya, yang mengajak manusia untuk taat dan takut hanya kepada Allah SWT saja.

Begitulah sistem demokrasi yang hanya menyediakan porsi yang sangat sedikit untuk para ulama, yang hanya di butuhkan ketika menjelang pemilu. Sementara keritik, saran, ajakan  dan seruannya dianggap sebagai teror bagi kekuasaannya.

Ulama hanya di jadikan sebagai sebuah jaring produktif untuk meraih kekuasaan. Setelah kekuasaan itu di raih maka jaring itu akan dilipat dan di simpan rapih di dalam jeruji besi.


Peran para ulama dalam sistem Islam


Kedudukan para Ulama di dalam Islam sangatlah jelas yaitu sebagai warosatul Ambiya (pewaris para Nabi), karena mereka menyeru kepada agama Allah SWT, seperti yang di lakukan oleh para Nabi terdahulu.

Al-Imam Abu Bakar Al-Ajurri Rohimahullah berkata “Para ulama lebih utama dibanding seluruh orang mukmin dalam setiap waktu dan kesempatan, mereka ditinggikan dengan ilmu dan dihiasi oleh hikmah, melalui mereka di ketahui halal-haram, haq-batil, dan keburukan dari sesuatu yang bermanfaat dan kebaikan dari sesuatu yang buruk.”


“katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui (TQS. Az Zumar : 9)


يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ


“Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kalian beberapa derajat, dan Dialah yang maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (tqs. Al-Mujadilah:11)


Ulama akan mendidik dan mencerdaskan umat, sehingga umat memiliki keyakinan yang kuat terhadap Syariat Islam yang kafah. Karena keyakinan yang kuat inilah yang akan dijadikan sebagai pondasi yang sangat kokoh bagi bangunan sebuah negara bahkan peradaban. 


Selain membangun sebuah pondasi peradaban  Ulama juga akan senantiasa memperhatikan dan memantau penguasa dalam menjalankan roda pemerintahannya. Ulama akan mengkritik kebijakan-kebijakan penguasa apabila menyimpang dari hukum syariat Islam.


Begitu pentingnya peran Ulama dalam sebuah negara sehingga ulama mendapat tempat yang mulia dalam sebuah peradaban Islam. Diantara tanda-tanda rusaknya seseorang adalah jauhnya dari para ulama yang berilmu, meninggalkan fatwa-fatwa para ulama yang berkompeten dan tidak percaya dengan para ahli fiqih yang ahli di bidangnya. Penguasa akan bersinergi dan mendengarkan nasihat-nasihat para Ulama dalam menjalankan pemerintahannya. Penguasa akan menjaga keyakinan dan kepentingan rakyatnya dengan di berlakukannya hukum syariat Islam yang tegas atas setiap pelanggaran dan tindak kejahatan.


Negara juga akan membangun kepercayaan warga negara non muslim bahwa ketika hukum Islam ditegakan maka akan membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia termasuk warga negara non muslim, bukan dengan cara di dogma tetapi dengan pembuktian secara langsung lewat periayahan (mengurusi dan mengayomi) kepentingan umat, memberikan hak yang sama terhadap semua warga negara termasuk warga negara yang non muslim, sehingga akan tumbuh kecintaan warga negara yg non muslim terhadap Daulah Khilafah Islam.


Wallahu’alam bisshowap

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak