Ayu Oktaviani Kursia
(Mahasiswi FTI USN Kolaka)
Inikata.com- Panggung besar pertunjukan musisi Ahmad Dhani Prasetyo baru saja dimulai. Ahad pagi (3/20) Link Video Konser Dewa 19 di Stadion Malawati, Shah Alam, Kuala Lumpur beredar secara massif di berbagai platform medsos.
Konser yang berlangsung sabtu malam (2/2) semula dibuat sebagai ajang reuni Group Band legendaries Dewa 19 yang digawangi Ahmad Dhani. Dua mantan vokalis Ari Lasso dan Once Mekel direncanakan bergabung kembali.
Namun konser reuni itu berubah menjadi konser tribute to Ahmad Dhani. Konser penghormatan terhadap Ahmad Dhani. Musikus Bengal tapi jenius yang kini mendekam di LP Cipinang. Dia di jebloskan ke penjara karena tuduhan melakukan ujaran kebencian.
Tudingan pemerintah sebagai rezim represif bukan tanpa bukti. Nyaris banyak oposisi yang dijebloskan kepenjara hanya karena mereka menyampaikan kritik. Sementara banyak kawan sekubu yang lolos dari jerat hukum. Contoh kasus Victor Laiskodat, dll.
Demokrasi Hanyalah Ilusi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demokrasi adalah sebuah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya; pemerintahan rakyat. Dari definisi tersebut dapat kita pahami bahwa dalam demokrasi rakyat berhak menentukan arah nasibnya sendiri di masa depan melalui orang-orang yang telah dipilihnya sebagai wakildalam menyampaikan kepentingan-kepentingannya.
Sebagai sebuah sistem yang menjamin kebebasan berekspresi, demokrasi membuka kran suara selebar-lebarnya untuk siapa saja yang hendak menyampaikan isi hati. Dengan itu, demokrasi menjanjikan semua aspirasi rakyat dapat terakomodir tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan tertentu.
Demokrasi juga dianggap dapat mengantarkan rakyat pada kesejahteraan dan keadilan, sebab ia adalah satu-satunya sistem yang menjamin kesamaan hak. Namun pada faktanya ternyata semua teori yang demokrasi janjikan itu tak lebih dari sekedar ilusi belaka. Klaim demokrasi satu-satunya sistem yang menjamin kesamaan hak.Secara konseptual, demokrasi memang memberi hak yang sama kepada rakyatnya, namun faktanya hal itu tak berlaku buat umat Islam atau yang berseberangan dengan rezim ini.
Sikap anti kritik dan represif menunjukkan bahwa politik dalam demokrasi (catatan : partai penguasa adalah pengusung demokrasi) memang semata ditujukan untuk meraih dan melanggengkan kekuasaan, bukan untuk kepentingan rakyat. Jadi jangan harap bahwa pemerintahan demokrasi akan mampu melayani dan mengurusi rakyat.
Inilah buruknya sistem Demokrasi, yang telah dijajakan Barat yang kafir ke negeri-negeri Islam, sesungguhnya merupakan sistem kufur; tidak ada hubungannya dengan Islam sama sekali, baik secara langsung maupun tidak langsung. Demokrasi sangat bertentangan dengan hukum-hukum Islam, baik secara global (garis besar) maupun secara partikular (rinci). Kontra-diksi demokrasi dengan Islam tampak dalam sumber kemunculannya, akidah yang melahirkannya, asas yang mendasarinya, serta dalam berbagai ide dan aturan yang dihasilkannya. Oleh karena itu, kaum Muslim diharamkan secara mutlak untuk mengambil apalagi menerapkan dan menyebarluaskan demokrasi.
Islam Punya Solusi
Dalam demokrasi, kekuasaan akan selalu berkawan dengan pencitraan. Berbeda halnya dengan sistem Islam, dimana kekuasaan merupakan amanah yang amat berat dipikul. Karena mereka memahami bahwa ada bentuk pertanggungjawaban sekecil apapun saat berhadapan dengan Allah SWT kelak.
Mengingat seorang pemimpin juga merupakan manusia biasa yang tak luput dari khilaf. Maka, pemimpin dalam Islam justru sangat haus akan kritik dan saran atas kebijakannya. Membuka ruang koreksi seluas-luasnya. Menerima dengan lapang dada jika memang koreksi yang disampaikan benar-benar meluruskan kesalahannya.
Berbagai saran, kritik dan tuntutan tak akan dianggap sebagai sebuah penghinaan yang menghancurkan figur kehormatan. Islam sebagai aturan hidup manusia ketika diterapkan seluruh hukumnya telah menorehkan sejarah cermin karakter mulia seorang pemimpin. Para sahabat di masa itu sering mengkritik para khalifah secara terbuka.
Bilal bin Rabbah pernah mengkritik khalifah Umar bin Khattab karena tidak membagi tanah syam kepada para mujahidin dan akan mengambil tanah itu dengan pedang. Hukum yang ditimpakan khalifah Ali bin Abi Thalib kepada kaum Zindiq pun dikritik oleh Ibnu Abbas RA. Ia mengingatkan sabda Nabi Muhammad SAW:
"Janganlah kamu menyiksa dengan siksaan Allah (api)" maka bunuhlah dengan cara selainnya. Bahkan, Hamzah bin Abdul Muthalib mendapat gelar pemimpin para syuhada ketika terbunuh saat mengoreksi kepemimpinan seorang imam yang zhalim.
Menasehati atau mengkritik pemimpin merupakan ibadah yang sangat mulia. Bahkan Nabi Muhammad SAW ketika ditanya jihad apa yang paling utama? Beliau menjawab, "Kalimat yang benar yang disampaikan di sisi pemimpin yang zhalim" (HR. Imam Nasai, Ibnu Majah).
Islam menjadikan pemimpin membutuhkan kritik dan nasehat agar kepemimpinannya tersebut terhindar dari perbuatan yang tidak adil dan zhalim. Ketika melaksanakan amanahnya, ia mengurus dan menyejahterakan rakyatnya bukanlah sebagai pencitraan untuk mendapatkan simpati rakyat atau melanggengkan kekuasannya. Namun semata-mata ikhlas sebagai bentuk tanggung jawab dan kewajibannya.
Maka, sudah sewajarnya seorang pemimpin senantiasa membutuhkan kritik dari rakyatnya agar menjalankan amanahnya dengan hati-hati. Inilah karakter seorang pemimpin sejati yang hanya bisa lahir ketika islam diterapkan menjadi sistem kehidupan. Hanya sistem politik dan kepemimpinan Islam yang benar-benar tegak untuk mengurusi kepentingan umat, yakni dengan menegakkan hukum-hukum Allah secara kaffah dan membuka ruangan kepada umat untuk mengawal pelaksanaanya melalui mekanisme muhasabah mengkritisi penguasa sesuai tuntunan hukum-hukum syara.
Dengan demikian aktivitas muhasabah kepada penguasa oleh kaum muslimin adalah bagian dari hak mereka dan fardlu kifayah atas mereka dan bagi non muslimin mereka memilih hak untuk menyampaikan pengaduan atas kedzaliman penguasa atau buruknya penerapan hukum Islam atas mereka. Rasullulah SAW telah mendorong untuk melakukan muhasabah kepada penguasa jika mereka berbuat kedzaliman atau memakan hak-hak rakyat. Beliau bersabda : “Pemimpin para syuhadah adalah Hamzah bin Abdul Mutholid dan seorang laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa dzalim kemudian menesehatinya dan penguasa itu membunuhnya.”
Karena itu sesungguhnya kita telah lama dibohongi oleh demokrasi dan dijauhkan dari ideologi kita sendiri. Islam bukanlah sebatas agama ritual, namun ia juga merupakan ideologi yang dapat menyelamatkan kita dari bencana dunia. Penerapan sistem demokrasi adalah penjajahan atas kaum muslimin, sebab manakala demokrasi ada, saat itu pulalah syariat Islam tersandera.
Alhasil, kebobrokan demokrasi tidak bisa dibiarkan lebih lama. Sungguh Islam merupakan solusi utama. Tidak ada solusi lain selain Islam. Karena Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam. Tidak hanya untuk ummat Islam saja, juga untuk umat selain Islam. Bahkan ketika Islam bisa diterapkan secara kaffah pada masa Rasulullah, umat selain Islam pun merasakan kemaslahatan dari penerapan Islam di seluruh sendi kehidupan. Jadi mengapa masih ragu dengan Islam? Wallaahu a’lam.