Ketika Pemimpin Tidak Jujur


Oleh Nanik Farida Priatmaja, S.Pd


Capres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) menyebut tak ada lagi kebakaran hutan dan lahan dalam 3 tahun terakhir. Rupanya ada data berbeda menurut BNPB. "Kebakaran lahan gambut tidak terjadi lagi dan ini sudah bisa kita atasi. Dalam tiga tahun ini tidak terjadi kebakaran lahan, hutan, kebakaran lahan gambut dan itu adalah kerja keras kita semuanya," kata Jokowi di panggung debat kedua, di Hotel The Sultan, Senayan, Jakarta. (detikNews.com,17/2/2019).


Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) ‘blak-blakan’ telah bertindak tegas mengenai masalah kebakaran lahan di Indonesia. Menurut Jokowi, selama tiga tahun pemerintahannya, ia mengklaim sudah sangat tegas terhadap pelanggar hukum yang melakukan pembakaran hutan.

“Kenapa dalam tiga tahun ini kita bisa mengatasi kebakaran hutan, kebakaran lahan gambut, salah satunya adalah penegakan hukum yang tegas bagi siapapun,” ujar Jokowi di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2). Bahkan Jokowi mengungkapkan, sudah ada sebelas perusahaan yang diberikan sanksi dan denda. Sehingga saat ini niat perusahaan-perusahaan dalam membakar lahan sudah tidak ada lagi. Hal itu karena pemerintahannya sangat tegas. “Sampai saat ini sudah ada 11 perusahaan yang diberikan sanksi denda sebesar Rp 18,3 triliun. Kenapa semua takut kabakaran hutan, karena kita tegas. Penegakan hukum kita tegas. Pelanggar-pelanggar perusak lingkungan,” tegasnya. Sementara Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Green Peace Indonesia dalam akun Twitter resminya, @GreenpeaceID menyebut belum ada sebelas perusahaan itu yang membayar ganti rugi ke negara.(GeloraNews.com, 18/02/19)


Sungguh lucu ketika seorang pemimpin suatu negara memberikan pernyataan yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi di negaranya. Hal ini bisa jadi karena kurangnya penguasaan fakta lapangan, tidak mengetahui data yang valid, atau sengaja memberikan data yang tidak valid demi pencitraan. Peran seorang pemimpin negara seharusnya mengayomi rakyat bukan malah membuat kebohongan ataupun memberikan data yang tidak valid demi nama baik pribadi. Apalagi jika telah ada pihak terkait yang memberikan pernyataan yang berbeda. Jelaslah hal ini rakyat mampu melihat betapa pemimpinnya tak berkata benar atau tidak menguasai data. Rakyatlah yang kembali dirugikan, akibat ketidakpekaan atau ketidakjelian pemimpinnya dalam melihat fakta yang terjadi di tengah-tengah mereka serta tersebarnya kebohongan yang dilakukan oleh pemimpin yang telah dipercaya mampu mensolusi permasalahan rakyat.

Begitulah rupanya karakter pemimpin produk sistem buatan manusia, demi meraih simpati rakyat, menghalalkan segala cara tanpa takut dosa. Bermodal pencitraan tanpa kualitas, berebut kursi kekuasaan tanpa mampu mensejahterakan.


Rosulullah Muhammad SAW, seorang pemimpin agama dan negara yang merupakan suri tauladan bagi setiap manusia. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21)


Sebagai pemimpin teladan yang berkarakter, Rasulullah dikaruniai empat sifat utama, yaitu: Sidiq, Amanah, Tablig dan Fathonah. Sidiq berarti jujur dalam perkataan dan perbuatan, amanah berarti dapat dipercaya dalam menjaga tanggung jawab, Tablig berarti menyampaikan segala macam kebaikan kepada rakyatnya dan fathonah berarti cerdas dalam mengelola masyarakat.


1. Sidiq/Jujur

Kejujuran merupakan syarat utama bagi seorang pemimpin. Masyarakat akan menaruh kepercayaan kepada pemimpin jika beliau terbukti memiliki kwalitas kejujuran yang tinggi. Pemimpin yang memiliki prinsip kejujuran akan menjadi tumpuan harapan rakyat. Mereka sangat sadar bahwa kualitas kepemimpinannya ditentukan seberapa jauh dirinya memperoleh kepercayaan dari rakyat sehingga mudah diterima di hati rakyat. Sebaliknya jika pemimpin yang tidak jujur atau khianat akan dibenci oleh rakyatnya. Kejujuran seorang pemimpin dinilai dari perkaataan dan sikapnya. Sikap pemimpin yang jujur adalah manifestasi dari perkaatannya, dan perkatannya merupakan cerminan dari hatinya.

Imam Ibnu Katsir berkata, “Jujur merupakan karakter yang sangat terpuji, oleh karena itu sebagian besar sahabat tidak pernah coba-coba melakukan kedustaan baik pada masa jahiliyah maupun setelah masuk Islam. Kejujuran merupakan ciri keimanan, sebagaimana pula dusta adalah ciri kemunafikan, maka barang siapajujur dia akan beruntung.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/643)


Dalam Al-Qur’an surat At-taubah ayat 119, Allah SWT mengisyaratkan kepada muslimin untuk senantiasa bersama orang-orang yang jujur.

Rasulullah SAW bersabda mengenai pentingnya kejujuran.

“Jauhilah dusta karena dusta akan membawa kepada dosa dan dosa membawamu ke neraka. Biasakanlah berkata jujur karena jujur akan membawamu kepada kebajikan dan kebajikan membawamu ke surga” (HR Bukhari dan Muslim)


2. Amanah/Terpercaya

Rosulullah Muhammad SAW bahkan sebelum diangkat menjadi rasul telah menunjukkan kualitas pribadinya yang diakui oleh masyarakat Quraish. Beliau dikenal dengan gelar Al-Amien, yang terpercaya. Oleh karena itu ketika terjadi peristiwa sengketa antara para pemuka Quraish mengenai siapa yang akan meletakkan kembali hajar aswad setelah renovasi Ka’bah, meraka dengan senang hati menerima Muhammad sebagai arbitrer, padahal waktu itu Muhammad belum termasuk pembesar. Amanah merupakan kwalitas wajib yang harus dimiliki seorang pemimpin. Dengan memiliki sifat amanah, pemimpin akan senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat yang telah diserahkan di atas pundaknya. Kepercayaan maskarakat berupa penyerahan segala macam urusan kepada pemimpin agar dikelola dengan baik dan untuk kemaslahatan bersama. Terjadinya banyak kasus korupsi di negeri ini, merupakan bukti nyata bahwa bangsa Indonesia miskin pemimpin yang amanah. Para pemimpin dari mulai tingkat desa sampai negara telah terbiasa mengkhianati kepercayaan masyarakat dengan cara memanfaatkan jabatan sebagai jalan pintas untuk memperkaya diri. Pemimpin semacam ini sebenarnya tidak layak disebut sebagai pemimpin, mereka merupakan para perampok yang berkedok.


3. Tablig/Komunikatif

Kemampuan berkomunikasi merupakan kualitas yang harus dimiliki oleh pemimpi sejati. Pemimpin bukan berhadapan dengan benda mati yang bisa digerakkan dan dipindah-pindah sesuai dengan kemauannya sendiri, tetapi pemimpin berhadapan dengan rakyat manusia yang memiliki beragam kecenderungan. Oleh karena itu komunikasi merupakan kunci terjainnya hubungan yang baik antara pemimpin dan rakyat. Pemimpin dituntut untuk membuka diri kepada rakyatnya, sehingga mendapat simpati dan juga rasa cinta. Keterbukaan pemimpin kepada rakyatnya bukan berarti pemimpin harus sering curhat mengenai segala kendala yang sedang dihadapinya, akan tetapi pemimpin harus mampu membangun kepercayaan rakyatnya untuk melakukan komunikasi dengannya. Sebagai contoh, Rasulullah SAW pernah didatangi oleh seorang perempuan hamil yang mengaku telah berbuat zina. Si perempuan menyampaikan penyesalannya kepada Rasul dan berharap diberikan sanksi berupa hukum rajam. Hal ini terjadi karena sebagai seorang pemimpin Rasulullah membuka diri terhadap umatnya.


4. Fathonah/Cerdas

Pemimpin harus memiliki kecerdasan di atas rata-rata rakyatnya sehinga memiliki kepercayaan diri. Kecerdasan pemimpin akan membantu dalam memecahkan segala macam persoalan yang terjadi di negaranya. Pemimpin yang cerdas tidak akan membiarkan masalah berlangsung lama, karena ia selalu tertantang untuk menyelesaikan masalah tepat waktu. Kecerdasan pemimpin pastinya ditopang dengan keilmuan yang mumpuni. Ilmu bagi pemimpin yang cerdas merupakan bahan bakar untuk terus melaju di atas roda kepemimpinannya. Pemimpin yang cerdas selalu haus akan ilmu, karena baginya hanya dengan keimanan dan keilmuan ia akan memiliki derajat tinggi di mata manusia dan juga Penciptanya. 


Karakter kepemimpinan dalam Islam yang dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW dan dilanjutkan Khulafaur Rasyidin hingga para Khalifah setelahnya telah terbukti membawa kemajuan dan keberkahan sepanjang sejarah peradaban Islam. Hal ini hanya mampu diwujudkan dalam negara yang menerapkan syariat Islam secara sempurna yaitu negara Khilafah.


Wallahu'alam bishowab


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak