Oleh : Shafiyyah AL Khansa (Penulis)
“ Manusia terkadang lalai bahwa ia hanya mahluk lemah dan terbatas” (Shafiyyah AL Khansa)
Hidup di dunia memang selalu penuh dengan cobaan juga ujian terkadang apa yang kita hadapi di dunia bisa menjadikan kita lebih dekat kepada Allah Swt namun juga bisa melalaikan kita dari perintah-Nya. Bisa kita dapati hari ini banyak orang-orang yang rugi karena tidak mampu memahami hakikat waktu yang ia miliki seolah kehidupan ini adalah tempat bermain abadi yang mengasyikkan sehingga ia lupa tujuan hidupnya di dunia.
Gemilangnya dunia memang bisa menutup mata juga hati kita dari sebuah cahaya kedamaian Ilahi Rabbi. Kakinya tak pernah lelah mengejar dunia seolah dunia menjadi akhir dari kehidupannya. Padahal kehidupan dunia hanya sementara. Bahkan diibaratkan kehidupan kita di dunia sebatas numpang minum.
Allah SWT juga berfirman :
مَّن كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَّدْحُورًا* وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS Al-Isra’: 18-19).
Maka, agar hati terus terjaga pada keimanan yang kokoh dan menyadari hakikat kehidupan dunia nan fana ini agar tidak terobsesi berlebihan pada kenikmatan dunia, perlu kita lakukan muhasabah/introspeksi diri agar hati kita senantiasa terpaut pada aturan Sang Pencipta.
//Mati adalah nasihat terbaik //
Mengingat mati dan kehidupan akhirat akan senantiasa menjadikan kita merasa miskin ilmu dan terus ingin belajar mencari ilmu untuk mengamalkan apa-apa yang disyariatkan oleh syara’.
Namun, yakin akan kematian tanpa beriman pada akhirat adalah suatu kesia-siaan. Orang yang beriman senantiasa merasa bahwa kematian adalah awal dari kehidupan abadi dengannya ia akan berupaya menyiapkan segala sesuatu agar tercukupi bekalnya menuju surga-Nya.
Rasulullah SAW bersabda :
“ Perbanyaklah oleh kalian mengingat penghancur kelewatan (kematian). “ (HR. At-Tumurdzi)
Bahkan menyadari dampak besar dari mengingat kematian ini Nabi memberitakan : “Andaikan saja hewan-hewan itu mengetahui kematian seperti yang diketahui oleh anak-anak Adam niscaya kalian tidak akan memakan dagingnya dalam keadaan gemuk. “ (HR. Al Baihaqi).
Begitu mulia dan kita bisa saksikan dari hadis tersebut bahwa mengingat kematian mampu membawa pengaruh bagi siapapun yang mau mengingatnya.
Bahkan Umar bin Khatab yang dikenal dengan sifat tegas dan teguhnya ia pada suatu kebenaran mampu menangis saat mendengarkan ayat-ayat atau peringatan tentang akhirat.
Dengan ini maka menjadikan kita sadar bahwa muhasabah terbaik dalam melangkahkan kaki pada ketaatan adalah senantiasa mengingat kematian juga kehidupan akhirat. Wallahu’alam.