Kekayaan Material vs Kekayaan Pemikiran

Oleh : Vivin Indriani(Member Komunitas Revowriter)


Sebuah peradaban atau sebuah bangsa yang memiliki kekayaan material tinggi seperti kemajuan industri, ragam penemuan ilmiah dan teknologi belum tentu akan bertahan lama jikalau tidak memiliki keunggulan kekayaan pemikiran.


Pemikiran bagi peradaban manapun adalah jantung kehidupan. Kekayaan berharga yang merupakan peninggalan yang membentuk karakter bangsa dan generasi tetap maju, berkembang dan menghasilkan aneka kekayaan material.


Jika kekayaan material sebuah bangsa hancur, baik karena hilang maupun terlupakan oleh jaman masih akan tetap bisa di peroleh kembali selama bangsa tersebut masih memiliki kekayaan pemikiran yang tinggi. Dengan kekayaan pemikiran itulah, bangsa atau umat akan mampu membangun kembali kekayaan material semaju dan setinggi apapun dan mampu untuk terus melestarikannya.


Dari sini tergambar jelas, bahwa seandainya sebuah negeri telah hancur berkeping-keping, baik karena musibah, peperangan ataukah penjajahan oleh bangsa lain. Semua kekayaan materialnya mungkin telah musnah seketika. Namun selama bangsa tersebut memiliki metode berpikir untuk bisa mengembalikan kekayaan material itu seperti semula, dengan cepat hal itu bisa terwujud. Sebaliknya, jika bangsa atau umat tidak memiliki kekayaan pemikiran, dengan cepat kepunahan kekayaan material itu akan menimpanya dan akan kembali miskin.


Hal ini berlaku pada umat Islam hari ini. Kondisi terpuruk, kemiskinan struktural dalam belenggu sistem kapitalistik yang memaksa umat ini menyerahkan posisi umat terbaik kepada peradaban selain Islam. Ditambah dengan posisi negeri-negeri muslim yang sebagian besar telah hancur baik karena peperangan atau penjajahan dan perampokan besar-besaran kekayaan alam mereka oleh bangsa dan peradaban lain. Menjadi sebuah pertanyaan bagi kita sanggupkah predikat umat terbaik itu kita sandang kembali sebagaimana dahulu di era kejayaannya?


Jawaban atas pertanyaan itu adalah sangat sanggup dan cukup sanggup. Umat ini telah melewati rentang panjang peradaban hiduo sebagai penakluk dunia, salah satu negara adidaya terbesar yang di segani di masa lampau. Kekuatan pemikiran yang tinggi adalah bekal umat terdahulu membangun peradaban Islam menjadi besar. Sebaliknya, ketika mereka melepas pemikiran Islam, justru kehancuran demi kehancuran telah di alami oleh mereka sampai sejauh ini.


Maka syarat untuk kebangkitan kembali umat ini tyada lain adalah dengan membangun kekayaan pemikiran dalam diri umat. Melestarikan pemikiran di atas dasar metode berpikir yang produktif sehingga kekayaan material yang dulu pernah dimiliki itu akan kembali hadir ke tengah-tengah umat. Tanpa itu mustahil kebangkitan akan di peroleh. Sebaliknya, semakin lama umat ini hidup tanpa pemikiran Islam pada dirinya, maka akan semakin lama pula dirinya berada dalam cengkeraman negara-negara kafir barat dengan aneka ragam hegemoninya yang memundurkan umat ini ke jurang keterbelakangan.



Hari ini mengembalikan kekayaan pemikiran itu bisa dilakukan dengan metode dakwah pemikiran. Orientasi dakwah Islam hari ini harus difokuskan untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam melalui tegaknya syariat Islam secara kaffah. Tanpa itu, akan sangat kesulitan bagi umat ini untuk meraih predikat umat terbaik bagi seluruh bangsa di dunia.

45Zahra

Ibu, Istri, Anak, Pribadi pembelajar yang sedang suka menulis.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak