Oleh: Tsani Tsabita Farouq
(Siswi Kelas X SMAN 1 Rancaekek)
Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) ‘blak-blakan’ telah bertindak tegas mengenai masalah kebakaran lahan di Indonesia. Menurut Jokowi, selama tiga tahun pemerintahannya, ia mengklaim sudah sangat tegas terhadap pelanggar hukum yang melakukan pembakaran hutan.
“Kenapa dalam tiga tahun ini kita bisa mengatasi kebakaran hutan, kebakaran lahan gambut, salah satunya adalah penegakan hukum yang tegas bagi siapapun,” ujar Jokowi di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2).
Bahkan Jokowi mengungkapkan, sudah ada sebelas perusahaan yang diberikan sanksi dan denda. Sehingga saat ini niat perusahaan-perusahaan dalam membakar lahan sudah tidak ada lagi. Hal itu karena pemerintahannya sangat tegas.
“Sampai saat ini sudah ada 11 perusahaan yang diberikan sanksi denda sebesar Rp 18,3 triliun. Kenapa semua takut kabakaran hutan, karena kita tegas. Penegakan hukum kita tegas. Pelanggar-pelanggar perusak lingkungan,” tegasnya
Sementara Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Green Peace Indonesia dalam akun Twitter resminya, @GreenpeaceID menyebut belum ada sebelas perusahaan itu yang membayar ganti rugi ke negara.
“Jokowi sebut telah memenangkan gugatan perdata terhadap 11 perusahaan yang harus membayar ganti rugi akibat kerusakan lingkungan dan kebakaran lebih 17 triliun. Namun belum ada yang membayar ganti rugi pada negara sepeserpun,” tulis Green Peace Indonesia dalam akun resminya.
Maka dilihat dari fakta, jika pemimpin sudah berdusta kepada rakyat dan itu jelas-jelas di depan mata kita, lantas apalagi yang diharapkan kepadanya?
Bohong atau dusta adalah sikap dan mental orang yang sudah tidak lagi stabil kepribadiannya. Dia telah mengalami gangguan yang akan berdampak pada ketidakpercayaan rakyat. Padahal kepemimpinan yang mahal adalah ketika kejujuran ditegakkan setegak-tegaknya.
Bila pemimpin sudah berdusta, maka akan dapat kita lihat masalah-masalah yang semakin rumit:
1. Dia akan berusaha menutupi kebohongan dengan berbohong lagi sebagai upaya menutupi kelemahan dirinya.
2. Dilanda ketakutan sebab secara naluriah manusia cenderung ingin berbuat jujur, maka tatkala dia berbohong sesungguhnya dia sedang berkelahi dengan hawa nafsunya sendiri.
3. Hidup tidak tenang. Boleh jadi kedudukan jabatan tetap masih ditangan, namun sesungguhnya dia dilanda ketidaktenangan jiwa sebab kebohongan itu telah menghantui dirinya, akibatnya dia merasa gelisah tidak menentu.
4. Kepribadian yang pecah. Ini adalah berbahaya sebab dengan cara apapun dia berusaha untuk tampil membangun citra positif namun rakyat sudah mencap sebagai pendusta, akibatnya terus dirongrong musuh-musuhnya
5. Lambat atau cepat kepemimpinannya Jatuh. Inilah sebagai akibat dari kebohongan yang dilakukan, secara perlahan namun pasti akan mengalami kehancuran. Lihat saja kepemimpinan yang dikelola dengan kebohongan publik maka tinggal menunggu akhir yang menyedihkan.
Rezim yang gagal ini tidak mampu menjalankan fungsi kepemimpinan karena tidak memiliki konsep yang kuat dan benar serta berbasis pada azas yang salah dan batil.
Dari paparan tersebut, rezim sekuler anti-Islam akan mendatangkan malapetaka berupa murkanya Allah. Sistem Islam yang harus menjadi pengganti dari sistem kapitalis, bukan yang lain.
“Khilafah adalah solusi tuntas” Kita wajib tunduk pada hukum Allah, sedangkan sistem pemerintahan yang mampu menerapkan seluruh hukum Islam adalah Khilafah. Sifat pemimpin menurut Islam adalah menepati janji, mampu melaksanakan tugas, dan menjaga kedaulatan dan kemandirian negara.
Realitas kemunduran peradaban di negeri ini telah tampak kasat mata, sehingga semakin jelas bahwa rezim ini harus diganti dengan Khalifah dan sistemnya diganti dengan sistem Islam yaitu Khilafah.
Allaahu a'lam bi ash-shawab.