Opini Oleh Henyk Widaryanti
Tol adalah fasilitas umum yang dipakai oleh rakyat. Namun kini keberadaannya tak lagi merakyat. Pasalnya biaya masuk tol menjadi penghambat. Sehingga tidak bisa dinikmati oleh sembarang rakyat. Kini masalah tol menjadi perbincangan yang hangat. Pasca pidato wali kota Semarang Hendrar pada acara silaturahmi Jokowi dengan Paguyuban Pengusaha Jawa Tengah (PPJT di Semarang Town Square, Semarang, Sabtu (2/2). Pernyataan beliau dianggap tidak pada tempatnya.
"Disampaikan ke Saudaranya di luar sana. Kalau tidak mau dukung Jokowi, jangan pakai jalan tol," kata Hendrar. Setelah kejadian tersebut, Mendagri memanggil Pak wali kota. Kepala Pusat Penerangan Kemendagri, Bahtiar Baharuddin mengatakan "Infonya bahwa yang bersangkutan saat itu sedang cuti kampanye pemilu sesuai UU Pemilu," kata Bahtiar kepada CNNIndonesia.com, Selasa (12/2).
Namun terlepas dari itu, jalan tol diakui sebagai keberhasilan pemerintahan saat ini. Bahkan beberapa waktu yang lalu ada sebuah spanduk bertuliskan "Jalan Tol Jokowi". Prasarana transportasi ini dijadikan alat untuk memikat hati rakyat. Rakyat dibuai dengan adanya fasilitas ini.
Jalan tol adalah infrastruktur yang dibuat pemerintah demi melancarkan transportasi. Pengadaan infrastruktur adalah tugas negara. Infrastruktur termasuk jenis sarana umum untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Sehingga semua rakyat bisa menikmati. Sehingga tidak layak bagi seorang calon pemimpin menjadikan infrastruktur ini sebagai alat kampanye.
Kenyataannya infrastruktur kebanggaan tak bisa membanggakan. Karena tidak semua rakyat dapat memanfaatkan. Keinginan tiket masuk murah hanya tinggal impian. Pasalnya, tiket masuk jalan tol merogoh kocek secara signifikan. Bahkan kendaraan angkutan barang tak lagi melirik lintasan. Mereka lebih memilih kembali ke jalur pantura. Yang dinilai lebih murah. Biaya operasional tol bagi kendaraan truk barang lebih dari 1 juta, bahkan ada yang habis 2 juta.(detik.com) Hanya mereka yang berduit, yang bisa menikmati infrastruktur tersebut. Yang lain tinggal gigit jari. Kini jalan itu tersandera oleh harga yang menyiksa.
Pemimpin Adalah Pelayan Rakyat
Sebuah riwayat mengatakan "Yahya bin Aktsam berkata, “Pada suatu malam aku menginap di rumah Amirulmukminin al-Makmun. Aku terbangun di tengah malam karena rasa haus yang sangat, maka aku pun bangkit (mencari air). Tiba-tiba Amirulmukminin berkata, “Wahai Yahya, apa gerangan yang terjadi?” Aku menjawab, “Demi Allah, aku sangat haus wahai Amirulmukminin.”
Lalu, Khalifah Makmun bangun seraya membawa seteko air untukku. Aku berkata, “Wahai Amirulmukminin, mengapa tidak kau suruh pembantu atau budak saja?” Beliau menjawab, “Tidak.” Karena bapakku meriwayatkan hadist dari bapaknya dan dari kakeknya dari Uqbah bin ‘Amir ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.’” (HR Ibnu Asakir, Abu Nu’aim).
Seorang pemimpin adalah pelayan rakyat. Ia bertugas melayani kebutuhan rakyat. Termasuk infrastruktur, yang merupakan sarana umum. Sebagaimana rumah sakit, sekolah, rumah tepung, toilet dll. Semua itu merupakan kewajiban bagi pemerintah untuk mewujudkannya. Jalan tol adalah sarana untuk memudahkan transportasi, baik transportasi barang maupun penumpang. Sehingga selayaknya tidak ada pungutan kepada rakyat yang ingin memanfaatkannya.
Seorang pemimpin dalam hal ini adalah kepala negara, tugasnya untuk melayani rakyat. Sehingga ketika ia terpilih hendaknya memenuhi kewajiban tersebut. Bukan malah menjadi pelayan segelintir rakyat. Lebih parah jika mereka adalah konglomerat.