Oleh : Rasmawati Asri
Janji adalah hutang. Dan hutang harus dibayar. Tapi apa yang terjadi pada rezim saat ini hanya manis berjanji. Tanpa membuktikan janjinya. Sudah empat tahun ke belakang kita dibuat janji olehnya. Hingga berbunga-bunga penuh harap.
Atas ekonomi yang meroket. Tidak import. Membuka lapangan kerja. Dan banyak lagi. Tetapi kenyataannya. Malah sebaliknya. Janji yang hanya terucap tanpa tindakan apapun. Dody Budi Waluyo, Deputi Gurbernur BI, memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2018 akan sama seperti kuartal III, yaitu 5,17% (Tribunnews.com, 22/11/2018)
Dapat kicauannya melalui twitter pribadinya, Faisal Basri menyebut Indonesia duduk di urutan pertama dengan mengimpor sekitar 4,45 juta metrik ton gula selama periode 2017/2018. Volume ini melebihi impor gula China sebesar 4,2 juta metrik ton dan AS yang mencapai 3,11 juta metrik ton. (CNBC Indonesia, 12/01/2019).
Rezim sampai saat ini justru semakin membongkar dirinya yang sebenarnya. Sudah berapa kali rakyat dikhianati akan janji-janjinya. Padahal dalam Islam, penguasa diamanahi berbagai urusan kemaslahatan rakyat. Penguasa dimintai pertanggungjawaban atas kekuasaannya di hadapan Allah kelak.
Penguasa yang memahami atas amanah dan tanggungjawab pasti tidak hanya sekadar janji. Ia akan merealisasikannya dalam kehidupan atas janji dan amanah yang ditanggungnya. Karena ia takut akan balasan di akhirat yang membuatnya sengsara.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: Tidaklah seorang hamba, yang Allah minta untuk mengurus rakyat, mati pada hari di mana dia menipu rakyatnya, kecuali Allah mengharamkan bagi dia Surga (HR al-Bukhari dan Muslim).
Maka kesalahan besar bila kita masih memilih rezim saat ini yang justru tambah menyengsarakan rakyatnya. Sudah saatnya kita mencari penguasa yang amanah dan mau menerapkan Islam secara kaffah di bumi pertiwi ini.
Wallahu'alam bi ash-shawab.[]