Emirza, M.Pd (Ibu Rumah Tangga)
Ketua DPP Partai Gerindra ini Ahmad Riza Patria berpendapat, alih-alih menuding kubu Prabowo-Sandi menyebar hoax justru yang banyak ditahan aparat penegak hukum itu karena kritis terhadap pemerintah.
"Di mana-mana di dunia ini yang menyebar hoax terbanyak ya penguasa. Karena dia punya kekuasaan punya segalanya," sambungnya. (Polotik.rmol.com/7/02/2019)
Kini seiiring tuduhan Jokowi bahwa Prabowo-Sandi menggunakan konsultan asing, dan Propaganda Rusia muncul permintaan klarifikasi dari anggota BPN Andre Rosiade. Benarkah justru Jokowi yang menggunakan konsultan asing?
Jokowi berkewajiban melakukan pembuktian terbalik. Bila Jokowi tidak bisa membuktikan sebaliknya, sulit untuk dihindari tudingan bahwa Jokowi menerapkan strategi name calling, “Maling teriak maling" (rmol.com/6/02/2019).
Politikus PDI Perjuangan, Ramond Dony Adam, menilai penyebaran hoaks 7 kontainer kertas suara tercoblos oleh Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief, polanya sama dengan hoaks Ratna Sarumpaet. Hoaks disebar berdasarkan kabar burung yang belum terklarifikasi kebenarannya, tapi kemudian sudah disebar ke publik.
"Kalau Andi Arief tidak diproses, maka akan ada banyak orang yang meniru menyebarkan hoaks dengan diawali 'mohon dicek, kabarnya' Padahal patut diduga kabar tersebut adalah bagian dari skenario hoaks yang sengaja mereka ciptakan sendiri,"tegasnya (merdeka.com)
Itulah beberapa kebohongan/hoax penguasa yang telah terungkap. Seperti itulah pelayan rakyat yang seharusnya jujur mengayomi rakyatnya bukan menciptakan kedustaan belaka.
Inilah penguasa buatan sistem sekuler yang memisahkan antara hukum Allah dengan kehidupan. Dalam aturan Allah (Islam) pemimpin bertugas untuk melindungi, mengayomi dan melayani rakyatnya dengan penuh kenyamanan, kejujuran dan keamanan. Pemerintah bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya, dan itu akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah. Sistem sekuler hanya melahirkan ketidak percayaan terhadap penguasa.
Sebagaimana diketahui, sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) yang dianut negeri inilah dasarnya. Paham sekularisme ini yang kemudian melahirkan ideologi Kapitalisme dan turunan-turunannya yang lain. Di bidang ekonomi lahir sistem ekonomi kapitalis, di bidang politik lahir sistem demokrasi, di bidang sosial-budaya lahir sistem sosial-budaya liberal, di bidang pendidikan lahir sistem pendidikan sekular, dst.
Harus diakui bahwa sistem Kapitalisme yang dianut negeri ini telah gagal menjamin kemakmuran dan kesejahteraan bagi umat manusia. SDA milik rakyat yang melimpah-ruah justru dikuasai dan dinikmati segelintir orang, terutama pihak asing. Wajarlah jika ekonomi kapitalis makin menambah jumlah orang miskin.
Dibidang politik, sistem demokrasi hanya melahirkan kekacauan politik, menyuburkan korupsi dan mencetak banyak koruptor. Dalam teori demokrasi, kedaulatan ada ditangan rakyat. Tapi nyatanya, Pemerintah justru memproduksi banyak kebijakan yang menzalimi dan menindas rakyat sekaligus memanjakan para pemilik modal. Alhasil, kedaulatan rakyat dalam demokrasi adalah bohong belaka.
Di bidang sosial-budaya, liberalisme (kebebasan) yang diusung malah membentuk masyarakat yang tak beradab. Maraknya seks bebas, aborsi, kasus perselingkuhan, pelacuran, pornografi-pornoaksi, KDRT, dll. Jelas sudah, paham sekularisme adalah paham dusta.
Benarlah firman Allah SWT "Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Qur'an), sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit" (TQS. Thaha : 124). Wajar jika Kapitalisme-Sekularisme hanya melahirkan kesempitan hidup bagi manusia di segala bidang, seperti kemiskinan, pengangguran, kebodohan, kriminalitas, tindak amoral, dll.
Maka sudah seharusnya kita mengganti sistem yang penuh kebohongan ini dengan menerapkan sistem yang lebih baik. Dengan aturan yang lebih tinggi yang berasal dari Allah SWT Dzat Yang Mahatahu, bukan aturan buatan manusia yang lemah dan serba terbatas. Kesejahteraan yang sejati itu benar-benar akan dirasakan oleh semua umat manusia hanya dengan menerapkan sistem yang lebih baik yang hanya akan tegak dalam institusi Daulah Khilafah. Firman Allah SWT "Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (TQS. al-Maidah : 50).
Wallahu'alam bi ash-shawab.