Hanya Kepemimpinan Islam Tanpa Kebohongan dan Membawa Keberkahan

Oleh: Atina Sofiani (Aktivis Mahasiswa)


Kebohongan sesuatu yang sangat mudah untuk dilakukan oleh setiap manusia.  Baik berupa kebohongan kecil maupun kebohongan besar.  Sesuatu yang dimulai dari sebuah kebohongan pasti tidak akan membuahkan suatu hasil yang baik apalagi keberkahan yang diberikan kepada allah.  Banyak orang yang mengiyakan slogan dan menyetujui slogan  "Bohong demi kebaikan tidak masalah"  padahal sangat jelas kebohongan itu sebuah narkotika yang ketika melakukan sekali pasti akan menjadi candu.  Bahkan bisa jadi kita terus melakukannya untuk menutupi suatu kebohongan dengan kebohongan lainnya.  Seperti melakukan kebohongan untuk mendapatkan suatu kepercayaan seseorang. 

Hal ini juga terasa di zaman milenial yang sedang kita jalani saat ini,  ketika seorang pemimpin yang seharusnya memberikan sebuah fakta yang ada pada peristiwa yang sebenarnya terjadi malah melontarkan kalimat yang bertolak belakang pada kejadian yang sesungguhnya.  Seperti dilansir di beberapa media online.


Capres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) menyebut tak ada lagi kebakaran hutan dan lahan dalam 3 tahun terakhir. Rupanya ada data berbeda menurut BNPB.

"Kebakaran lahan gambut tidak terjadi lagi dan ini sudah bisa kita atasi. Dalam tiga tahun ini tidak terjadi kebakaran lahan, hutan, kebakaran lahan gambut dan itu adalah kerja keras kita semuanya," kata Jokowi di panggung debat kedua, di Hotel The Sultan, Senayan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Detiknews.com


BNPB atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana merekapitulasi bencana alam, termasuk kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Bahkan di tahun 2019 ini tercatat sudah terjadi beberapa kali karhutla.


Begini data karhutla di Indonesia menurut data BNPB:

- Tahun 2019 (hingga Februari): 5 kali kejadian karhutla, 1 orang hilang/meninggal dunia 

- Tahun 2018: 370 kali kejadian karhutla, 4 orang hilang/meninggal dunia

- Tahun 2017: 96 kali kejadian karhutla, tak ada korban jiwa/hilang

- Tahun 2016: 178 kali kejadian karhutla, 2 orang hilang/meninggal dunia


Kebohongan ini akan terus melekat dalam sebuah kepemimpinan jika mereka masih mempertahankan asas kemanfaatan atas suatu kepercayaan.  Asas kemanfaatan ini timbul karena sebuah sistem yang saat ini kita jalani dan negara kita anut yang hanya mementingkan kepentingan individu tanpa memperhatikan rakyat. 

Dengan sebuah kata kebohongan yang menjadi produknya dalam meraih kepercayaan rakyat, bahkan tidak segan-segan menghalalkan segala cara apapun agar rakyat percaya kepada kepemimpinan yang dijalankannya.  Mereka tidak memerhatikan dampak yang terjadi kerika rakyat mengetahui kebohongan tersebut.  Alih-alih untuk mengambil kepercayaan rakyat,  malah terjadi sebaliknya.  Belum lagi dapat menimbulkan kerusakan pada sebuah negara,  jika kepemimpinan yang dibangun berdasarkan suatu kebohongan tanpa ada keberkahan itu terus berlanjut.


Pada dasarnya kepemimpinan dalam sebuah negara itu melindungi negara dan rakyatnya, bukan melindungi harga diri seorang pemimpin dalam sebuah kepalsuan. Islam memaknai _rain_ (pemimpin) dalam hadis tersebut adalah penjaga dan yang diberi amanah atas bawahannya. Rasulullah saw memerintahkan mereka untuk memberi nasehat kepada setiap orang yang dipimpinnya dan memberi peringatan untuk tidak berkhianat. 


"Kullukum rain, wa kullukum masulun an-raiyyatih yang artinya setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban. (HR. Bukhari Muslim)


Karena itu menurut konsep Islam, semua orang adalah pemimpin, dan setiap orang harus mempertanggungjawabkan tindakannya kepada sesamanya di dunia dan kepada Allah kelak di akhirat. Tak heran jika sosok pemimpin amanah hanya tergambar dalam Islam. Mari kita tengok sosok Rasulullah saw.

Rasulullah saw, dikenal sosok dan figur pemimpin tak ada bandingannya di dunia ini. Ia menjadi uswatun hasanah (contoh teladan) bagi semua orang, sehingga ia dicintai oleh umatnya dan disegani oleh lawannya, disebabkan memiliki akhlak yang agung (QS. al-Qalam: 4), lemah lembut, tidak kasar (QS. Ali Imran: 159). Kepemimpinan Rasulullah saw, dikenal dengan empat ciri utama, yaitu: _shiddiq_ (jujur), _amanah_ (dapat dipercaya dan dihandalkan), _fathanah_ (cerdas berpengetahuan), dan _tabligh_ (berkomunikasi dan komunikatif). Sifat seperti ini telah pula diikuti oleh penerusnya seperti Abubakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, dan lainnya.


Abubakar ash-Shiddiq, ketika baru diangkat, ia mengatakan bahwa saya bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Lebih lanjut ia mengingatkan kaumnya agar menaatinya kalau dia lurus, dan mengingatkannya bila dia salah dalam memimpin. Hal yang sama dilakukan khalifah Umar bin Khattab selesai di-baiat rakyat dalam jabatannya. Umar dikenal juga khalifah yang merakyat, ia tidak diam di rumah/istananya di Madinah, tetapi selalu turun ke pelosok desa, melihat dan mendengar langsung keluhan dan derita rakyatnya yang hidup miskin dan membutuhkan bantuan pemerintah secara tepat dan cepat.


Tak kalah istimewa dengan sosok Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Setelah selesai di baiat umat Islam, sesampainya Ia di rumahnya dia menangis. Ketika ditanya isterinya mengapa menangis, dia menjawab, Saya takut kepada Allah Swt, karena sebagai khalifah, kalau ada seorang saja rakyat yang mati kelaparan, sayalah yang ditanya Tuhan.


Ketika kita melihat perbedaan yang sangat signifikan antara pemimpin saat ini dan dahulu, ketika Islam menjadi sistem kehidupan, begitu berbeda jauh. Dalam Islam ditegaskan hakikat kepemimpinan itu memberikan keteladanan dalam kesesuaian ucapan dan perbuatan yang akan dipertanggungjawabkan seperti Rasulullah dan para sahabatnya yang memimpin sebuah Daulah. Hal ini bisa terjadi hanya dengan satu kepemimpinan islam yang berpegang teguh pada Al-quran dan Al-hadis yakni Daulah Khilafah Islamiyah. 

Wallahualam bishawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak