Oleh : Lina Afriani, S. Pd
Berbicara tentang pemikiran tentunya tidak lepas dari yang namanya perubahan, karena perubahan itu sendiri adalah gerak, dan gerak itu adalah hidup, karenanya setiap umat dan individu harus memiliki pemikiran dan aktivitas untuk mengadakan suatu perubahan.
Lantas, Perubahan yang seperti apa yang di inginkan oleh umat ini? tentunya, perubahan yang menjadikan umat ini menemukan sebuah kebenaran.
Berfikir tentang Kebenaran adalah menjadikan suatu keputusan yang telah dikeluarkan oleh akal sesuai secara sempurna dengan fakta yang telah di transfer ke dalam otak melalui perantara penginderaan. Kesesuaian inilah yang akan menjadikan makna yang ditunjukkan oleh pemikiran sebagai suatu kebenaran. Dan pemikiran tersebut adalah suatu kebenaran jika ia sesuai secara alamiah dengan fitrah manusia.
Sebagai contoh, bahwa Agama Kristen merupakan pemikiran, adalah benar. Dan proses penyerapan telah mentransfer pemikiran bahwa Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus adalah satu, jadi tiga adalah satu dan satu adalah tiga. Ini sebagaimana matahari yang didalamnya terdapat cahaya, panas dan zat matahari itu sendiri, seluruhnya adalah satu, dan seluruhnya adalah tiga, begitu juga dengan Tuhan para orang Kristen. Pemikiran seperti itu telah memenuhi tuntutan fitrah yaitu naluri beragama, keyakinan ini merupakan pemikiran, tetapi yang menjadikannya sebagai kebenaran adalah sesuai atau tidaknya pemikiran tersebut dengan fakta, ketika ia dicocokkan dengan fakta, dapat disaksikan bahwa tiga itu bukan satu, dan satu itu bukan tiga. Tiga adalah tiga dan satu adalah satu.
Adapun matahari yang mempunyai cahaya, tidak menunjukkan matahari itu adalah tiga, tatepi tetap satu yaitu matahari, cahaya merupakan suatu sifat dari sifat-sifat matahari, bukan merupakan matahari yang kedua, demikian pula panas, ia hanya merupakan satu sifat dari sifat-sifat matahari bukan matahari yang ketiga. Menetapkan Tuhan itu satu atau tiga itu hanyalah akal belaka saja, bukan melalui fitrah, meskipun syarat pemikiran rasional tersebut harus memenuhi tuntutan fitrah. Jadi, pemikiran bahwa Tuhan itu tiga adalah tidak sesuai dengan fakta Tuhan, sehingga ia bukan suatu kebenaran. Maka agama Kristen bukan suatu kebenaran.
Demikianlah, seluruh pemikiran yang telah dan akan ada di dunia, keberadaannya sebagai pemikiran tidak berarti ia adalah kebenaran. Pemikiran harus sesuai dengan fakta sehingga menjadi suatu kebenaran. Jika sesuai berarti ia merupakan kebenaran, jika tidak berarti ia bukan kebenaran.
Jika suatu pemikiran telah sesuai dengan fakta yang ditunjukkan oleh pemikiran, haruslah kesesuaian ini bersifat pasti, sehingga ia bisa disebut sebagai suatu kebenaran. Karena itu, meski ada proses berfikir tentang Kebenaran, harus pula kebenaran itu dipegang teguh dan di genggam dengan sekuat-kuatnya.