Oleh : Dewi Humairah
Mulai hari ini, PT Pertamina (Persero) menurunkan harga BBM nonsubsidi yakni Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Turbo, serta Dex dan Dexlite. Penurunan harga nya berkisar antara Rp 100 hingga Rp 250 per liter.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, seharusnya harga BBM nonsubsidi tersebut turun saat November atau Desember tahun lalu. Adapun saat ini patokan harga minyak mentah seperti Brent atau West Texas Intermediate (WTI) sudah mulai merangkak naik.
Di lansir Reutars, Sabtu (5/1), harga minyak mentah berjangka Brent LCOc1 naik USD 57,06 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 87 sen menjadi USD 47, 96 pr barel atau 1,85 per sen.
" Ini terlambat, seharusnya sudah dari November, " ujar Faisal kepada *Kumparan* , sabtu (5/1)
Di negara lain seperti Australia, kata dia harga BBM juga sudah turun sejak awal November 2018 Indonesia dinilai terlambat merespons harga minyak terhadap BBM.
"Di Australia sudah dari tahun lalu, turun nya juga lumayan banyak diikuti harga minyak dunia, " katanya.
Penurunan harga BBM nonsubsidi awal tahun ini di anggap telat di tengah harga minyak dunia yang mulai merangkak naik.
Begitulah ketika kebijakan yang tidak popular di saat yang tidak tepat rentan dengan segala pencitraan di tahun politik. BBM adalah kebutuhan dasar rakyat setiap hari untuk transportasi. Sangat tak layak di permainkan demi kepentingan penguasa melalui kebijakan politik.
Sungguh kenaikan BBM sangat mempengaruhi segala hal terutama untuk rakyat kecil. Kebutuhan pokok dan berbagai kebutuhan lainnya menjadi naik. Ongkos transportasi, harga suku cadang termasuk tarif angkutan umum pun menjadi naik. Jumlah orang miskin semakin banyak begitu pun anak yang butuh sekolah pun makin banyak dan masih banyak lagi dampak dari kenaikan BBM.
Sekalipun berbagai macam alasan dikemukakan oleh pemerintah,hal ini justru semakin membuktikan kepada kita bahwa sistem demokrasi yang diharapkan di negara ini tidak memberikan efek kemaslahatan pada umat yang ada.Justru keberpihakan kepada asing semakin terbuka lebar.Hal ini bisa kita lihat dengan adanya liberalisasi migas baik disektor hulu (niaga distribusi) atau pun hilir(explorasi dan exploitasi) dengan memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada swasta dalam (asing) dan perorangan. Peran negara yang notabene pemilik sumber daya alam .
Jelas ini menyalahi aturan syara' .Pasalnya Islam menetapkan migas dan SDA adalah untuk seluruh rakyat yang harus dikelola langsung oleh negara.
BBM Dalam Pandangan Islam
Di dalam Islam dikenal ada tiga macam kepemilikan:
1.Kepemilikan individu
2.Kepemilikan umum
3.Kepemilikan negara
Dalam hal ini BBM termasuk ke dalam kepemilikan umum yang termasuk barang tambang yang depositnya besar dan tentunya harus dikelola negara.
Abyad Bin Hammal RA bercerita ia pernah datang kepada Rasulullah SAW dan meminta diberi tambang garam,lalu beliau memberikannya. Ketika ia pergi seorang laki-laki yang ada dimajelis itu berkata "Tahukah anda apa yang anda berikan tidak lain anda memberinya laksana air yang terus mengalir. Rasul lalu menariknya dari Abyad Bin Hammal.(HR.Abu Daud,at-Tirmizi,Ibnu majah Ibn )
Karena itu, semua barang tambang yang cadangannya besar sekali termasuk dalam cakupan hadits diatas yaitu merupakan milik umum.
Islam adalah solusi yang haqiqi atas permasalahan yang melanda negeri ini termasuk masalah BBM. BBM adalah untuk umum bukan hanya di miliki per individu, di olah oleh negara kemudian rakyat yang nanti menikmati nya jika pun harus membeli itu hanya sebagai pengganti biaya explorasi dan distribusi saja bukan seperti sekarang harus membeli dengan harga mahal.
Walhasil, hanya dengan hukum islamlah masyarakat akan sejahtera. Hanya dengan mencampakkan demokarasi dan menggantinya dengan sistem Islam. Itulah satu-satunya jalan agar masyarakat aman dan bahagia.