Oleh : Shita Ummu Bisyarah (Aktivis Dakwah Islam)
Februari memang bulan blunder politik. Saling serang, saling buli, saling sindir menjadi pemandangan yang bercuit setiap hari di layar sosial media. Para politisi mulai mengeluarkan senjata pamungkas mereka untuk memenangkan saembara di panggung sandiwara ini.
Termasuk aktivis politisi muda yang cantik jelita ini, Tsamara Amany dari partai PSI. Partai ini memang sangat konsen melambung tinggikan isu feminisme dengan dalih memperjuangkan hak perempuan. Isu poligami sudah diserangnya yang menghadirkan berbagai kontroversi dan membakar jenggot sebagian umat islam. Kali ini si mbak cantik ini mencibir para aktivis anti pacaran dan mengatakan bahwa orang yang anti pacaran itu kering bagai di gurun pasir
"Gimana sih loe sebagai orang, sebagai manusia itu tidak jatuh cinta?!” kata Tsamara dalam sebuah tayangan diskusi di kanal media sosial pada 7 Februari 2019.
Ia menilai orang yang anti pacaran seperti orang yang hidup di padang pasir.
“Loe bisa bayangin kekeringan hidup loe tanpa cinta. Kering. Kering. Kering. Keringnya gurun pasir,” ungkap dia.
Oke mari kita tanggapi.
Cinta dan mencintai itu adalah fitroh manusia. Allah lah yang menciptakan gharizah nau' ( naluri kasih sayang ) sehingga rasa itu ada dalam jiwa setiap manusia normal. Allah menciptakan gharizah ini tidak hanya pada manusia, tapi juga pada makhluq Allah yang lain seperti hewan, jin dsb. Misal sapi, pasti sapi jantan yang normal jika sudah waktunya maka dia akan tertarik dengan sapi betina, begitu pula dengan hewan lain.
Allah menciptakan naluri ini dengan visi tentunya, yakni untuk melestarikan jenis agar manusia tidak punah.
Nah karena manusia itu sebaik2 penciptaan, manusia itu istimewa. Selain memberikan naluri ini Allah menganugrahkan seperangkat aturan yg detail dan rinci bagaimana mengelola rasa itu dengan benar. Tentu saja bila dikelola dengan benar akan sesuai dengan visi penciptaannya dan menentramkan hati. Tapi bila tidak sesuai aturan ya pasti akan menimbulkan bencana.
Dalam hal ini Allah mengatur bagaimana batasan hubungan antara laki - laki dengan perempuan dimana tidak boleh kholwat, ikhtilat dan interaksi yang tidak sehat lainnya. Hukum asal interaksi mereka adalah terpisah kecuali ada kebutuhan syari seperti jual beli, pendidikan, kesehatan dll.
Lalu bagaimana bisa saling mengenal jika interaksinya terpisah?
Dalam syariat islam ada yang namanya ta'aruf yang oleh kaum liberal disamakan dengan pacaran, padahal prakteknya sangat berbeda jauh. Pacaran tidak melibatkan Allah dan menabrak batasan - batasan syariah seperti kholwat bahkan sampai zina.
Sedangkan ta'aruf dalam prakteknya selalu melibatkan Allah dan syara' mengaturnya dengan detail yang tidak bisa saya jabarkan disini karena cukup panjang.
Jadi bila mbak tamara mengatakan Aktivis anti pacaran adalah orang yang tidak pernah jatuh cinta, salah besar. Mereka hanya menjaga agar rasa ini selalu suci sesuai aturan sang pemilik hati. Menjaga diri untuk sang jodoh sejati. Mencari aktivitas yang bermanfaat untuk diri dan umat, menyibukkan diri di jalan dakwah hingga saatnya mereka pantas. Karena tujuan hidup mereka untuk beribadah.
Berbeda dengan aktivis pacaran, mereka sibuk mengurusi gejolak ghorizah nau yang sebenarnya bila tidak dipenuhi pun mereka tidak akan mati. Mengurusi jodoh orang lain yang ujung - ujungnya putus, zina, bikin depresi.
Sudah banyak fakta banyaknya problem akibat pacaran.
Angka bunuh diri tinggi, aborsi, zina yang menodai kesucian diri, perceraian tinggi, perselingkuhan, dll.
Sudah cukup semua ini, mari kembali kepada aturan ilahi yang pasti membawa visi dan menentramkan diri.