Ada Apa Di Balik 'Indonesia Negara Paling Santai Di Dunia?'

Oleh. Sari Isnawati 



Laporan terbaru dari agen perjalanan asal Inggris, Lastminute.com menyebut Indonesia sebagai Most Chilled Out Countries in The World, atau negara paling santai di seluruh dunia. Kata santai di sini dalam artian positif yang berhubungan dengan relaksasi dan cocok sebagai destinasi liburan. 


Laporan terbaru ini berdasarkan penelitian terhadap berbagai faktor di suatu negara. Misalnya banyaknya cuti tahunan, polusi suara dan cahaya (lingkungan), hak asasi manusia, budaya, dan banyaknya tempat spa atau retreat. 


Surga tropis Indonesia berada di posisi pertama, sebagian berkat spa dan pusat kebugarannya. Bahkan Indonesia mengalahkan Australia dan beberapa negara Eropa. (Kompas.com 25/1/2019).


Ada apa di balik pemberian gelar Indonesia negara paling santai di dunia ini? Sedangkan di sisi lain Indonesia adalah negeri muslim terbesar yang potensial menjadi benih awal kebangkitan Islam. Ada skenario global untuk memandulkan potensi tersebut dengan mempropagandakan Indonesia sebagai negara destinasi pariwisata terbaik yang berdampak masifnya proses liberalisasi dan sekulerisasi melalui pariwisata.


Banyak negara memanfaatkan bidang pariwisata sebagai salah satu sumber perekonomiannya, termasuk Indonesia yang memiliki keindahan alam dan pantainya yang terkenal tidak hanya di dalam negeri tetapi juga sampai manca negara.  


Dengan memanfaatkan potensi keindahan alam, dunia pariwisata dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan negara. Namun, di sisi lain pariwisata ini juga mempunyai dampak negatif kepada negara, khususnya masyarakat setempat. Dampak itu terlihat melalui invasi budaya di dalam negeri, khususnya masyarakat yang hidup di sekitar obyek wisata. 


Karena tidak bisa dipungkiri pariwisata adalah salah satu sektor yang mempunyai daya tarik tersendiri terutama untuk para wisatawan khususnya wisatawan asing. Mau tidak mau budaya asing pun akan diterima dan dimaklumi keberadaannya demi meningkatnya aset pariwisata.


Negara yang mengeksploitasi bidang ini untuk kepentingan ekonomi dan bisnis serta menjadikannya sebagai sumber perekonomian, maka apapun akan dilakukan demi kepentingan ekonomi dan bisnis. Meski untuk itu, harus mentolerir berbagai praktik kemaksiatan. 


Bukan menjadi rahasia umum lagi jika di tempat-tempat wisata kini sudah marak sarana maksiat mulai dari tempat wisata lokal bermunculan warung, pondok dan tenda sederhana, beratap rumbai atau beratap tenda plastik. Sampai dengan tempat wisata besar dengan sarana penginapan hotel, cafe. Bahkan tempat hiburan yang bercampur baur wanita dan laki-laki. Juga minuman keras yang dijual legal dengan dalih banyak wisata asing non muslim.


Sungguh sangat  jelas liberalisasi dan sekulerisasi yang dilancarkan melalui pariwisata. Dari segi etika bahkan nilai-nilai agama begitu dijauhkan. Perlahan tapi pasti paham kapitalis yang selalu mementingkan materi dan budaya asing telah mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Dengan ditunjuknya Indonesia sebagai negara tersantai di dunia maka semakin terbuka lebarnya pengaruh asing yang menanamkan paham-paham asing yang sangat bertentangan dengan syari’at. Upaya penjajahan negara barat dari segi moral kian meluas.


Umat harus waspada dan berupaya membangun kesadaran ideologis umat atas upaya penjajahan negara barat. Bukankah Allah telah memperingatkan kita berkali-kali. Aceh, Lombok, Palu, dan Banten, belum cukupkah? Hanya dalam sekejap mata, semesta bisa binasa. Ini isyarat yang Allah sampaikan untuk kita agar bermuhasabah diri, untuk negeri ini . Kembali tunduk pada syariat-Nya. Berbagai kemaksiatan, pembangkangan, kedurhakaan ditampakkan terang-benderang, seakan menantang azab Allah.


Indonesia negeri kaya raya berlimpah potensi kekayaan alam dan negeri muslim terbesar di dunia. Sangat berpotensi menjadi pemimpin dunia di akhir zaman. Hanya Islam yang mampu menyelamatkan negeri. Kita semua sadar kita berasal dari Allah, hidup di dunia untuk beribadah kepada Allah, dan nantinya kitapun akan kembali kepada Allah. Maka mengapa masih percaya kepada aturan hidup selain aturan Allah?


“Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al Maidah ayat 50). Wallahu 'alam.



*Penulis dari Tulungagung

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak