Uyghur Darurat Pertolongan

Oleh:  Rheiva Putri R Sanusi

(Alumni SMAN 1 Rancaekek)

Seperti yang kita ketahui penyiksaan terhadap kaum muslim dari dulu hingga kini tak ada habisnya. Mulai dari Palestina, Gaza, Myanmar dan masih banyak negara yang dimana kaum muslimnya mengalami penganiayaan, penyiksaan hingga genosia. Kini bertahbah lagi deretan kaum muslim yang menjadi korban kekerasan rezim yang benar-benar dzolim yaitu muslim Uyghur di XinJiang, Cina. 

Bentuk penindasan yang dialami muslim yang memiliki darah keturunan turki ini berbeda dengan yang dialami muslim di Palestina ataupun muslim Rohingya di Myanmar, yang mereka alami  adalah penelanjangan terhadap kemanusian. Muslim Uyghur dipaksa meninggalkan dan menanggalkan segala atribut yang berciri khas seorang muslim mulai dari nama, bahasa, pakaian, budaya dan agama. Jika tak mau melakukannya sendiri maka akan di renggut secara paksa.

Dan tak lain lagi penindasan ini selalu dilalukan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Tak ada alasan pasti mengapa hal ini dilakukan oleh pemerintah Cina. Jika alasannya karena islam itu radikal atau pun teroris, bisa kita lihat hingga detik ini yang selalu tertindas dan disiksa adalah kaum muslim. 

Banyak dukungan yang mengalir dari banyak pihak, baik itu sesama muslim atau pun non muslim. Namun tak sedikit pula yang acuh terhadap kasus ini, salah satunya adalah pemerintah Indonesia. Dimana rakyat meminta agar pemimpin kita membantu saudara muslim kita Ugyhur, namun tak di dengar sedikit pun.

Menurut salah satu sumber : Kemudahan utang luar negeri Indonesia kepada China diduga membuat pemeritahan Presiden Joko Widodo ogah menyuarakan protes atas kasus dugaan pelanggaran HAM  yang terjadi pada kelompok muslim Uighur di Xinjiang, China.

Ketua Majelis Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDem) Syafti Hidayat menduga, hubungan kedekatan antara kedua pemerintahan RI-China saat ini yang membuat Jokowi enggan melakukan protes.

“Karena kedekatan pemerintah Jokowi dengan China. Jokowi tak mau hubungannya terganggu dengan China gara-gara kelompok muslim Uighur,” ucapnya saat berbincang dengan redaksi, Jumat (14/12).

Diduga pula Jokowi tak mau ikut ambil pusing karena saat ini sudah menjelang ajang Pilpres tahun 2019.

Terlebih, selama empat tahun terakhir, utang luar negeri Indonesia terhadap China tidak bisa dibilang sedikit. Makanya, dia menilai sikap pemerintah tersebut hanya karena agar ke depannya tidak kesulitan dalam mengajukan utang lagi.

“Bisa jadi biar (Indonesia) ngutang ke China lancar terus,” tutup Syafti Hidayat.( Eramuslim.com)

Sunggu sangat miris ketika negara muslim terbesar dengan pemimpin yang juga seorang muslim tak mau membantu para muslim uyghur atau pun muslim yang lain. Tak ada belas kasihan, dimata mereka hanya ada keutungan saja. Padahal jika mereka takut untuk mengatas namakan Indonesia, mengapa atas nama pribadi mengecam yang dilakukan pemerintah cina tersebut? Jika malu jika mengatas namakan kemuslimannya, mengapa tak mengatas namakan kemanusiaan?

Memang disini kita perlu mengkaji Islam lebih dalam, agar bisa lenih memahami makna sesama muslim itu bersaudara. Hanya jika seluruh umat muslim bersatu dalam naungan Khilafah dan memiliki pemikiran dan pemahaman yang sama semua umat muslim dapat terbebas dari penyiksaan termasuk muslim Uyghur.

Salah satu contoh bentuk pembelaan yang pernah terjadi di kekhilafan dulu adalah ketika seorang wanita yang disingkapkan jilbabnya oleh beberapa orang, namun yang dilakukan pemerintah saat itu adalah mengirimkan pasukannya yang begitu banyak untuk membela wanita tersebut. Itu hanya satu  wanita yang di singkapkan jilbabnya, apalagi ini penyiksaan terhadap berjuta-juta orang. Semoga saja para pemimpin kaum muslim saat ini dibukakan hatinya untuk melihat kedzaliman yang terjadi saat ini. Karna jika hanya kita yang menyuarakan Islam pasti lebih sulit namun jika penguasa mendukung dan melakukan pergerakan maka perubahan akan terwujud.


Wallahu’alam Bi Shawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak