Oleh: Ita Mumtaz
"Silahkan tentukan nasib saya di dunia, kelak saya akan bersaksi menentukan nasib Anda di Akhirat!"
Ucapan sarat makna nan menggentarkan lawan. Dari lisan seorang ulama yang begitu mendamba kebahagiaan hakiki. Bahagia yang akan didekap oleh sang kekasih Allah.
Ustaz Abu Bakar Ba'asyir kembali ditahan setelah sebelumnya dinyatakan dibebaskan. Sekian kali Ustaz Kharismatik ini harus merasakan kezaliman penguasa, setelah penahanannya berlangsung tanpa bukti kesalahan yang telah dilakukan. Pernah dituduh menjadi dalang dibalik meletusnya bom Bali tahun 2002. Kemudian tahun 2006 dibebaskan. Hingga akhirnya tuduhan mendanai teroris menjadi alasan untuk menjebloskan kembali ke balik jeruji tahun 2010 sampai saat ini.
Awalnya Presiden Jokowi melalui Yusril Ihza Mahendra telah menyampaikan pembebasannya karena pertimbangan kemanusiaan. Mengingat usia Ustaz sudah 81 tahun serta kondisi kesehatan yang menurun. Alangkah baiknya jika bersama keluarga merenda sisa usia, pun tentunya memberi kesempatan kepada keluarga untuk merawatnya.
Namun beberapa hari setelah itu, Menkopolhukam mengumumkan bahwa pembebasan Ustaz Ba'asyir masih dipertimbangkan. Bisa kita bayangkan bagaimana perasaan beliau menerima kenyataan pahit ini. Bagaimanapun beliau adalah seorang manusia yang memiliki kemaslahatan pribadi. Meskipun bagi Ustaz Ba'asyir, dunia memang penjara bagi orang mukmin, sedangkan buat orang kafir, semua yang ditawarkan dunia adalah surga.
Masa tahanan Ustaz memang harusnya telah berakhir. Menurut Mahendradatta, Ustaz telah telah mendapatkan remisi selama 36 bulan. Sedangkan berdasarkan hukum internasional tahanan yang berusia lanjut atau sakit berhak mendapatkan pembebasan dari masa tahanan. Selain itu, Yusril juga memastikan bahwa Ustaz Ba'asyir sudah menjalani 2/3 masa tahanan dari putusan 15 tahun penjara.
Isu Terorisme Kembali Bergulir
Sikap plin-plan para petinggi semakin membukakan mata hati kita, bahwa penguasa di negeri ini tidak memiliki kadaulatan. Adanya intervensi asing telah banyak mempengaruhi kebijakannya. Perdana Menteri Australia, Scott Morisson langsung mempertanyakan landasan dan skema pembebasan itu. Orang nomor satu di Australia telah menyatakan protesnya "Kami meminta pemerintah Indonesia menunjukkan rasa hormat yang besar kepada Australia dengan membuat Abu Bakar Ba'asyir menjalani hukumannya secara penuh."
Hal ini sejalan dengan isu terorisme yang senantiasa dihembuskan oleh musuh Islam. Sengaja, dibalik polemik pembebasan Ustaz, dimunculkan kekhawatiran tentang bibit terorisme yang masih ada. Bahkan tampak narasi jahat yang menyatakan bahwa orang-orang seperti Ustaz Ba'asyirlah yang membahayakan negara.
Padahal beliau adalah seorang Ulama yang ta'at syariat. Waktu beliau digunakan untuk beribadah, mencari dan mengajarkan ilmu, serta berdakwah menyampaikan kebenaran kepada umat.
Seperti yang disampaikan oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, "Terpidana kasus terorisme Abu Bakar Ba'asyir harus mengakui ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yakni Pancasila, jika ingin bebas." (Kompas.com, 22/01/2019). Seolah menyatakan bahwa Ustaz Ba'asyir memang layak membayar kesalahannya. Juga tersurat pesan yang disampaikan ke masyarakat, bahwa beginilah akibatnya jika seorang muslim berpegang teguh pada ideologi Islam.
Musuh Islam akan selalu berupaya meng-goal-kan proyek global War On Terorism yang dicanangkan. Bahkan melalui tangan-tangan tokoh muslim sendiri, ada upaya adu domba ke dalam tubuh kaum muslimin. Mereka yang sejalan dengan kepentingan Barat dielukan. Sebaliknya, yang berupaya menghalangi hegemoninya, dilibas habis.
Islam adalah ancaman terbesar saat ini bagi eksistensi ideologi kapitalisme. Tidak heran jikaSamuel P. Huntington dalam 'The Clash of Civilizations'-nya menempatkan Islam sebagai musuh peradaban Barat nomor wahid. Sebagai negara yang menghalalkan segala cara dalam meraih tujuannya, AS dan sekutunya merancang berbagai konspirasi. Segala tuduhan dan opini keji terhadap Islam dan pejuangnya dihunjamkan sedemikian. Syari’ah, jihad, dan Khilafah yang begitu mulia dikonotasikan negatif, merusak dan berbahaya. Para pengemban ideologi Islam diberi stempel teroris dan radikal.
Sedangkan para pejuang demokrasi, liberalisme, kapitalisme, sekulerisme diberikan penghargaan tinggi. Padahal sejatinya, semua adalah kehinaan di sisi Allah.
Fajar kebangkitan Islam telah tiba, tak akan pernah bisa dibendung dengan isu murahan terorisme ala Barat. Semoga kaum muslimin tetap teguh dalam perjuangan menyambut sinar gemilangnya.
Allah berfirman:
والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا وإن الله لمع المحسنين
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut 69).
Wallahu a'lam bish-shawwab.