Oleh: Sumiati
Praktisi Pendidikan dan Member AMK (Akademi Menulis Kreatif )
Dalam sejarah Indonesia Presiden RI Joko Widodo termasuk Presiden yang pemberani. Disebabkan baru Presiden sekarang saja yang sangat berani mengimami shalat, sementara Presiden sebelumnya semuanya lebih senang menjadi ma'mum para Ulama. Berulangkali pula di medsos diposting saat beliau shalat atau mengimami shalat, walaupun warganet terus-menerus mencelanya sebagai pencitraan, agar terlihat agamis hingga dipemilu mendatang dapat mendulang suara umat Islam. Berbagai aksi beliau lakukan, yang telah lalu Al fatekah, yang terbaru jainudin nachiro. Begitu percaya dirinya beliau sangat luar biasa.
Ibarat pribahasa biarkan anjing menggongong kafilah tetap berlalu. Mungkin itulah pepatah yang cocok untuk Presiden Indonesia saat ini. Sikap yang ditunjukkan seolah Islami inipun mengundang reaksi dari IDA ( Ikatan Dai Aceh ) yang hendak menguji kemampuan para calon presiden ini.
TRIBUNNEWS.COM - Ikatan Dai Aceh mengundang dua kandidat calon Presiden RI untuk uji baca Al Quran.
Salah satu alasannya karena dua Capres sama sama beragama Islam dan penting bagi umat Islam untuk tahu kualitas calon presidennya.
"Tes baca Al Quran bagi seorang calon pemimpin yang beragama Islam sangat wajar dan sangat demokratis. Justru publik makin tahu kualitas calonnya," ujar Ridlwan Habib peneliti radikalisme dan gerakan Islam di Jakarta.
"Membaca Al Quran adalah ibadah harian yang sangat lazim dilakukan oleh jutaan muslimin setiap hari di Indonesia.
Justru, kemampuan membaca Al Quran menambah trust atau rasa percaya dari masing masing voter atau kelompok pemilih. "Misalnya pak Prabowo diusung oleh ijtima ulama, tentu sangat wajar kalau ummat ingin tahu dan ingin mendengar bacaan Al Quran pak Prabowo,"
Lagipula, di Indonesia ada jutaan Taman Pendidikan Al Quran (TPA) yang setiap hari mendidik anak anak untuk bisa membaca Al Quran. "Tes baca Al Quran akan sangat memotivasi anak anak itu untuk bercita cita tinggi.
Tes baca Al Quran juga akan mengakhiri perdebatan soal kualitas beragama masing masing calon .
"Ini justru peluang emas bagi masing masing kubu untuk mendapatkan simpati dari kelompok pemilih Islam.
Namun bagaimana Islam menentukan calon pemimpin? Sudah jelas dalam al Quran, as Sunah menjelaskan bagaimana memilih calon pemimpin. Allaah SWT berfirman:
۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿٥١﴾
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
(Q.S.5:51)
Begitupun Syaikh Taqiyyuddin An nabhani menjelaskan dalam kitabnya tentang kriteria calon pemimpin ada tujuh.
1. Muslim
2. Laki-laki
3. Baligh
4. Mampu
5. Berakal
6. Merdeka
7. Adil
Begitulah Islam mengajarkan kepada kita bagaimana memilih pemimpin. Dan renungan bagi kita dengan apa yang terjadi saat ini jauh dari islam.
Wallaahu a'lam bishawab.