(Yani, Ibu Rumah Tangga)
Sedih, pedih,perih, itulah kata-kata yang mewakili setiap duka musibah yang bertubi-tubi melanda wilayah di Indonesia,dari mulai gempa, tsunami, longsor di Sukabumi menjadi penutup di akhir tahun 2018. Sebagai Muslim, kita tentu harus menyikapi berbagai musibah secara benar sesuai tuntunan syariah, karena itu hakikat musibah ini harus betul betul kita pahami.
Secara umum musibah ada dua macam,
Pertama: Musibah karena faktor alam yang merupakan bagian dari sunatullah atau merupakan qadha (ketentuan) dari Allah SWT yang tidak mungkin ditolak, diantara adab dalam menyikapi qadha adalah sikap ridha dan sabat bagi korban ataupun keluarga.
Seperti yang tercantum dalam QS al-Baqarah [2]: 155) "Sungguh kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut dan kelaparan.juga berkurangnya harta,jiwa dan buah-buahan.Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar".
Kedua: Musibah yang merupakan akibat dari berbagai kemaksiatan manusia dan pelanggaran mereka terhadap Allah SWT terutama yang dilakukan oleh para penguasa dalam wujud berbagai tindakan zhalim yang mereka lakukan seperti yang tercantum dalam firman Allah QS ar- Rum (30):41) "Telah tampak kerusakan di daratan dan dilautan akibat perbuatan tangan(kemaksiatan)manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagai akibat perbuatan (kemaksiatan)mereka itu agar mereka kembali(kejalan-Nya)" (TQS. Ar-Rum [30]: 41)
Dari paparan diatas juga sangat jelas, bahwa kunci keberkahan hidup adalah takwa kepada Allah SWT. dengan takwa yang sebenar-benarnya seperti yang tercantum dalam QS al-Anam [6]155) "Al-Quran itu adalah kitab yang kami turunkan yang diberkati.Karena itulah,ikutilah dia dan bertakwalah agar kalian diberi rahmat" TQS. al-Anam [6]: 155)
Alhasil agar hidup kita menjadi berkah dan jauh dari segala musibah kita harus berubah.Caranya dengan meninggalkan semua hukum jahiliah,yang terbukti mendatangkan ragam musibah.Lalu menegakkan syariah Islam secara kaffah.