RESOLUSI SEMU VS RESOLUSI AGUNG PENUH BERKAH

Oleh : Ainun Mardiyah

2018 berlalu sudah, meninggalkan kita tanpa merasa bersalah padahal rakyat dibebani berjuta masalah yang sekedar memikirkannya saja sudah bikin gerah, hingga mengakibatkan teriakan dan juga gerakan disetiap sudut negri tak bisa lagi dibendung. 

Berbagai peristiwa baik yang berdimensi sosial, ekonomi maupun polotik cukup menguras perhatian berbagai kalangan yang menginginkan perubahan. Dalam dimensi  sosial tantangan terbesar di tahun 2018 adalah banyaknya bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami yang banyak menelan korban jiwa, tercatat beberapa kali gempa terjadi di Lombok hingga menelan korban jiwa 468 0rang. Selanjutnya gempa bumi berkekuatan 7.7 dan tsunami setinggi 1.5-3 meter terjadi di Donggala pada September lalu yang juga banyak menelan korban jiwa dan lebih dari 330 ribu orang kehilangan tempat tinggal. Di akhir tahun 2018, tepatnya tanggal 2 Desember  tsunami kembali menerjang, kali ini terjadi di Banten dan Lampung, di informasikan 222 orang meninggal dunia, 843 luka-luka, 28 0rang hilang(BMPT 23/12). Akibat tsunami  tersebut sebanyak  558 rumah rusak, 9 hotel rusak berat, 60 warung kuliner dan 350 perahu rusak. (makasr.terkini.id)  

Dimensi ekonomi juga belum memperlihatkan tanda-tanda akan membaik. Terbukti dengan maraknya kemiskinan dan kesulitan hidup yang masih mendera masyarakat di negri ini.  Politik yang seharusnya berorientasi pada bagaimana  mengurusi kepentingan-kepentinga ummat, namun faktanya para elite politik lebih memfokuskan pada  bagaimana cara mempertahankan  atau meraih kekuasaan.

Mari menganalisa

Meski tidak menutup mata terhadap mereka yang menginginkan perubahan untuk negri ini, baik dari kalangan para ahli, ulama dan habain yang tulus dan ikhlas. Memberikan solusi yang pada umumnya memiliki arah yang sama yaitu mengganti kepemimpinan dan atau merombak sebagian dari aturan yang dinilai kurang pas dengan kepentingan dan keadaan. Ada juga sebagian yang menyadari bahwa perubahan bangsa ini harus diawali dengan perubahan individu termasuk para elite polotiknya. Di publikasikan tanggal 29 Desember 2018 mantan BPIP Yudi Latif yang juga seorang pengamat polotik  di hotel discovery Ancol  Jakarta Utara menyarankan para elite politik untuk refleksi diri menjelang akhir tahun 2018, tujuannya untuk introspeksi diri, karena setiap pilihan politik bisa berdampak panjang , hal ini di sampaikan terkait kegiatan politik yang menimbulkan perpecahan di akar rumput. (news.detik.com)

Keadaan perpolitikan di Negri ini menjadi sangat serius di fikirkan oleh para ulama, mereka berkumpul menyatukan pendapat  untuk menyelamatkan umat dengan berorientasi pada pergantian kekuasaan di negri ini. Turunnya para ulama dan habain dalam kancah perpolitikan ditahun ini semakin meyakinkan bahwa memang ada bahaya yang sangat mengancam negri ini, namun sayang perubahan yang digagas oleh para ulama hanya berorientasi pada resolusi semu. Perubahan yang mereka usung sangat mungkin terjadi dalam waktu yang sangat singkat, tapi apakah itu akan membawa perubahan yang signifikan terhadap bangsa dan  negara khususnya umat Islam sebagai mayoritas? Tidakkah kita semua melihat sejarah bangsa ini, sudah berapa kali kita berganti rezim ? sudah berapa kali kita berganti sistem pemerintahan ? namun hasilnya seperti apa yang kita rasakan kini. Semua sistem yang pernah diterapkan di negri ini tidak pernah keluar dari bingkai sistem kapitalis demokrasi sekuler.

Mencari solusi Islam

Permasalahan di negri ini khususnya yang menimpa umat Islam secara keseluruhan sangatlah kompleks dan saling terkait satu sama lain. Ketika kita akan membahas bagaimana cara mengentaskan kemiskinan, maka secara otomatis kita juga harus berbicara masalah kepemilikan umum yang dikelola oleh negara, pendistribusian, jalur nafkah dalam keluarga, ketenaga kerjaan, jual beli/perdagangan dalam dan luar negri,  pendidikan dan kesehatan, juga aturan terkait dengan pengembangan harta seperti sirkah dan lain-lain. Kemiskinan sangat dekat dengan perilaku kejahatan, seperti  mecuri, perampokan bahkan pembunuhan dan perzinahan, maka kita juga harus berbicara masalah sangsi bagi para pelaku kejahatan tersebut. Kita juga harus berbicara aturan terkait utang piutang juga perbankan. Bahkan kita juga harus membahas  peraturan yang terkait dengan telekomunikasi dan sosial media. Artinya setiap masalah tidak berdiri sendiri, semua saling terkait satu sama lain, sehingga kita tidak bisa menyelesaikannya secara parsial, untuk itu dalam mencari solusi yang komprehensif dan menyeluruh haruslah dicari dulu akar permasalahannya, sehingga permasalahan-permasalahan turunan seperti kemiskinan, kriminal, pengangguran, kerusakan moral, korupsi dan lain-lain bisa di selesaikan dengan tuntas. 

Akar dari setiap permasalahan di negri ini adalah diterapkannya sistem kehidupan yang jauh dari nilai-nilai agama, sistem Demokrasi sekuler (yang memisahkan agama dari kehidupan). Sistem kehidupan yang lahir dari hasil berfikir manusia yang tidak beriman kepada Allah SWT. Sistem yang rusak, yang fasad, yang haram di yakini, di ambil dan dijalankan oleh kaum muslim. Semua peraturan yang lahir dari sistem Demokrasi  di bangun di atas satu prinsip dasar yaitu maslahat / keuntungan, standar maslahat yang di pergunakan adalah perasaan  manusia. Jika perzinahan itu membawa keuntungan bagi sebagian manusia, maka akan dipertahankan keberadaannya, begitupun dengan riba sangat menguntungkan bagi para pengendali bangsa ini  maka jangan harap riba bisa hilang dari kehidupan masyarakat kita, maka pantas saja berbagai musibah terjadi di negri ini. 

“Jika zina dan riba telah merajalela di suatu negri  berarti mereka telah menghalkan azab Allah atas diri mereka sendiri (HR al-Hakim,  al-Mustadrak,2/42) 

Sistem demokrasi dipoles atau dibungkus dengan kebaikan seindah apapun, tetap saja wujud aslinya itu adalah keburukan yang tidak akan membawa kesejahteraan dan keberkahan bagi umat manusia. Kita bisa lihat negara-negara besar di dunia yang lebih dulu menerapkan sistem demokrasi, kini berada di ambang kehancuran. 

Sebagai seorang muslim terlebih lagi ulama yang sangat faham dengan konsekwensi aqidah Islam yaitu terikat dengan aturan Allah SWT secara keseluruhan, seharusnya mengedepankan aspek rohani dalam mensikapi dan mencari solusi permasalahan umat, artinya keimanan/keyakinan kita terhadap Al qur’an sebagai pedoman hidup harus dibuktikan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sudah sangat jelas bahwa Al qur’an menuntun kita untuk keluar dari semua permasalahan hidup,tidak layak bagi seorang muslim mengambil aturan hidup dari selainNya.

“Apakah hukum jahiliyah yang mereka  kehendaki dan hukum siapakah yang lebih baik dari hukum Allah bagi orang-orang yang yakin (QS Al Maidah (5) : 50).

Berbagai bencana yang mendera negri ini sudah sepatutnya membuat kita sadar bahwa ini akibat tidak di terapkannya hukum Allah SWT. Manusia bersifat sombong dengaan membuat aturan hidupnya sendiri, mereka merasa lebih tau apa yang terbaik bagi dirinya ketimbang Allah sang maha pencipta manusia, alam dunia dan seisinya. Jadi tidak ada cara lain untuk keluar dari semua permasalahan umat ini, kecuali kembali kepada hukum Allah SWT, menerapkan syari’ah Islam secara utuh dalam bingkai Daulah Khilafah yang sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW dan para shohabatnnya (khulafaurrosidin) di madinah. Tidak ada jaminan dari siapapun ketika kita masih mempertahankan sistem Demokrasi yang fasad (rusak)ini, tapi sebaliknya jaminan Allah SWT atas seluruh negri dan penduduknya ketika menerapkan aturan Allah yang maha Agung.

“Sekiranya penduduk negri-negri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu sehingga kami menyiksa mereka karena perbuatan yang mereka kerjakan. (QS al-A’raf (7) :96 ).

Kunci keberkahan hidup adalah taqwa kepada Allah SWT. Tentu dengan taqwa sebenar-benarnya taqwa yaitu dengan mengikuti seluruh petunjuk Allah SWT di dalam Al qur’an.

“Al qur’an itu adalah kitab yang kami turunkan, yang di berkati. Karena itulah ikutilah dia dan bertaqwalah agar kalian di beri rahmat. (QS al-An am (6) : 155).

وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ (49) أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (50)

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik [49]. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin? [50]” (QS Al Maidah (5) : 49-50 )

Kini umat menunggu para ulama dan habain...untuk bersatu dalam seruan penegakan Syari’ah dan Khilafah.....karena itulah yang umat butuhkan saat ini, resolusi agung penuh berkah.

Wallahu a’lam Bisshowab. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak