Oleh : Rosmita
Rangkaian peristiwa yang terjadi pada tahun 2018, telah membuka mata dan hati untuk melihat bagaimana kerusakan yang terjadi akibat perbuatan manusia.
Seperti di lansir dari Makassar.terkini.id - Sepanjang tahun 2018, isu stratejik nasional diwarnai berbagai peristiwa baik yang berdimensi sosial, ekonomi maupun politik, yang mana perlu menjadi perhatian dalam mengefektifkan kesinambungan pembangunan.
Kini, negara harus dipastikan bahwa isu menonjol seperti bencana alam, pemanfaatan sumber daya alam, dan stabilisasi politik penting untuk menjadi bahan “assessment”, sekaligus untuk menentukan opsi-opsi kebijakan akan datang yang bernilai tinggi bagi perbaikan kesejahteraan, keadilan dan keamanan nasional.
Dalam dimensi sosial, tantangan terbesar yang dihadapi selama 2018 adalah banyaknya bencana alam, seperti gempa bumi dan tsunami yang merenggut nyawa ribuan orang. Tahun ini seperti jadi tahun penuh duka bagi bangsa Indonesia mengingat banyaknya bencana massif mencakup kecelakaan transportasi udara dan laut yang menjadi catatan kelam sekaligus peristiwa yang sangat mematikan. (24/12/18)
Tahun 2018 adalah tahun kesedihan bagi umat Islam dimana kedzaliman demi kedzaliman, kedurhakaan demi kedurhakaan terjadi. Seperti penistaan terhadap agama Islam, pembakaran bendera tauhid, kriminalisasi ulama, pembubaran ormas Islam dan masih banyak lagi. Belum lagi kemaksiatan yang dilakukan secara terang-terangan semakin merajalela sehingga membuat Allah murka.
Sebagaimana firman Allah swt :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (Qs. Ar-Ruum :41)
Sesungguhnya berbagai musibah yang menimpa negeri ini berupa kesempitan, kekacauan, atau bencana adalah disebabkan manusia yang tidak mau taat kepada Allah. Mereka lalai dari perintah dan syari'at Allah sehingga mereka menggunakan hukum selain hukum Allah. Padahal Allah yang telah menciptakan manusia, maka Allah yang paling tahu hukum yang terbaik buat manusia.
Jadi sudah selayaknya di tahun 2019 umat fokus dan lebih giat berjuang mewujudkan perubahan hakiki. Yakni dengan mengajak umat mencampakkan sistem sekuler demokrasi dan menerapkan hukum Allah dalam naungan khilafah yang dijamin akan mengundang kebaikan dan keberkahan.
Rasulullah saw bersabda :
إِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ
فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
“Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (HR.BUKHARI)
Mari selamatkan Indonesia, bukan hanya mengganti pemimpinnya tapi juga mengganti sistem yang rusak dengan sistem islam.
Selamatkan Indonesia dengan memilih pemimpin yang beriman yang mau taat kepada Allah dan mau menegakkan syari'at islam. Indonesia akan selamat apabila syari'at islam dijalankan secara keseluruhan tidak setengah-setengah. Syari'at islam digunakan tidak hanya dalam ibadah tapi juga dalam muammalah, politik, dsb.
Apabila hukum-hukum Allah ditegakkan akan tercipta keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan.
Yang berzina dijilid atau dirajam.
Yang membunuh di hukum mati.
Yang mencuri dipotong tangan.
Maka tidak akan ada kejahatan. Sumber daya alam yang ada di kelola oleh negara dan digunakan untuk kemaslahatan rakyat, maka rakyat akan sejahtera. Indonesia akan menjadi baldatun thoyyibatun wa Robbun ghofur.