Oleh: Fitria Miftasani, M.Si. (Dosen)
Tahun 2018 kemarin bisa dikatakan sebagai tahun kesedihan. Banyak bencana terjadi menimpa Indonesia silih berganti. Belum kering satu luka, muncul luka lain yang juga minim perawatan. Pun isu strategis nasional yang diwarnai berbagai peristiwa baik yang berdimensi sosial, ekonomi dan politik yang perlu menjadi perhatian.
Dalam dimensi bencana dan sosial, tantangan berat yang dihadapi bangsa ini adalah banyaknya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan erupsi gunung berapi. Ketiganya banyak memakan korban dari masyarakat. Belum lagi bencana yang muncul dari banyaknya kecelakaan transportasi darat, laut dan udara. Hal tersebut menjadi catatan kelam dan peristiwa yang mematikan. Bencana alam memang merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari, namun tetap bisa diantisipasi dengan baik agar tak banyak memakan korban jiwa. Salah satunya adalah mengefektifkan sistem peringatan dini, mengembangkan infrastruktur anti gempa, dan membudayakan langkah-langkah antisipatif, mitigasi, memperkuat sistem darurat kesehatan serta pemulihan pasca gempa.
Sayangnya banyaknya bencana tidak berbanding lurus dengan banyaknya anggaran yang disediakan, bahkan berbanding terbalik. Anggaran penanganan bencana yang tahun 2017 pernah mencapai 2T, tahun ini hanya sebesar 700 miliar rupiah. Anggaran yang semakin kecil ini berakibat pada penurunan kemampuan mitigasi bencana.
Dalam dimensi ekonomi dan politik, huru-hara pemilihan presiden masih menjadi topik yang ramai diperdebatkan. Hal ini pula patut menjadi introspeksi, betapa banyak hukum Allah yang dilanggar dalam prosesnya. Kedzaliman terhadap para ulama dan ummat Islam yang tertuduh, tekanan ekonomi yang semakin hari semakin berat dirasakan oleh masyarakat, serta agenda yang sarat akan kemusyrikan. Meski bencana adalah kausalitas yang disebabkan oleh banyak faktor, namun tetap sebagai seorang muslim kita patut membaca pesan Allah dalam setiap ayat alam semesta. Betapa banyak aturan-Nya yang dilanggar, betapa tidak sesuainya kebijakan negara terhadap apa yang digariskan dalam Al-Quran.
Tahun 2019 ini selayaknya kita sebagai muslim fokus untuk giat dan berjuang mewujudkan perubahan hakiki. Belum cukupkah bukti ketidakbecusan sistem demokrasi mengelola rakyat dan berbagai potensi di dalamnya? Belum cukupkah peringatan Allah atas kedurhakaan kita kepada firman-Nya?
Kita yang masih bisa bernafas dan hidup saat ini adalah kita yang diberikan kesempatan untuk melakukan perubahan. Perubahan yang akan mengarahkan kepada jalan kemenangan Islam yang diridhoi Allah. Upaya untuk menyelami isi Al-Quran sedalam mungkin harus dilakukan. Karena hal tersebut yang akan menjadi bekal kita dalam menyampaikan solusi. Upaya untuk menyadarkan ummat akan sistem yang rusak serta solusinya harus semakin giat. Karena dengan berubah bersama, perubahan itu akan semakin nyata di hadapan kita. Wallahualam bishowab.