Oleh: Iin Kurniawati (Ibu Rumah Tangga)
Catatan akhir tahun 2018 ini begitu menorehkan luka mendalam. Pasalnya berbagai bencana telah beruntun menimpa Negeri ini, mungkin sebagai teguran agar manusia kembali tunduk kepada syari'at Islam. Dan Allah telah menegur kembali dengan datangnya bencana di beberapa daerah. Penderitaan kian merenggut kebahagiaan rakyat.
Perayaan tahun baru telah dipahamkan bahwa itu merupakan ajaran diluar Islam, bahkan di beberapa daerah mengeluarkan Perda tentang pelarangan perayaan tersebut. Namun tetap saja ada segelintir orang termasuk calon wakil presiden mengusung bahwa ini adalah bentuk toleransi terhadap Agama yang lain. Mereka beranggapan bahwa apa yang mereka usung harus ikut serta dalam perayaan tersebut.
Apa yang menjadi dasar sehingga masyarakat masih ada sebagian yang beranggapan wujud toleransi adalah dengan mengikuti perayaan umat lain?
Nampaknya masyarakat masih belum sadar akan teguran-teguran yang beruntun, yang seharusnya mendorong manusia untuk berpikir, apa penyebab bencana itu diturunkan?
Keterkaitan bahwa manusia tidak mengambil hukum syara memiliki kaitan yang signifikan. Alam pun ikut murka dengan tindakan manusia yang menjauh dari ajaran Allah. Ajaran itu bukan mengekang manusia namun mengatur manusia dalam kehidupan agar tidak tersesat.
Hal seperti itu bisa terjadi akibat pemikiran dan perasaan kaum muslimin yang terpisah. Tak ada kesadaran untuk kembali kepada Islam.
Eksistensi Islam kaffah tidak akan terwujud tanpa ditegakkannya Daulah Khilafah Islamiyyah. Maka harus disadarkan bahwa Umat butuh Khilafah. Sehingga ada kesadaran untuk bangkit menegakkan hukum Allah di muka bumi ini.
Allaahu a'lam bi ash-shawab.