Peran Mulia Seorang Ibu


Oleh Tuti Rahmayani, dr


Bagi anak, ibu adalah segalanya. Sebab sosok ibu yang pertama dikenalnya. Mulai dari mengandung, melahirkan, menyusui, menyuapi, membesarkan. Tak hanya itu, ibu pula yang mengenalkan alam hingga sang Pencipta alam. Bahasa ibu menjadi bahasa keseharian anak. Sosok ibulah yang terdekat dengan anak. Ini sudah peran naluriah seorang perempuan. Untuk menjalankan fungsi inilah, Allah SWT telah menciptakan perempuan dengan bekal anatomi, psikis dan hormonal yang berbeda dengan laki-laki. 


Seiring dengan fungsi ini, ada tanggung jawab yang juga tidak ringan. Yakni menjaga fitrah sang anak. Anak adalah rezeki sekaligus amanah dari sang Khaliq. Ibu tak hanya mengasuh namun juga memberi bekal kehidupan. Sekolah sebagus apapun tak mampu mengganti peran emosional dan doa seorang ibu. Karenanya keberhasilan pendidikan seorang anak utamanya terletak pada peran sang ibu. 


Syaikh Bakr Abu Zaid, ketika menjelaskan pengaruh tingkah laku buruk seorang ibu dalam membentuk kepribadian buruk anaknya, beliau berkata,


“Jika seorang ibu tidak memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), tidak menjaga kehormatan dirinya, sering keluar rumah (tanpa ada alasan yang dibenarkan agama), suka berdandan dengan menampakkan (kecantikannya di luar rumah), senang bergaul dengan kaum lelaki yang bukan mahramnya, dan lain sebagainya, maka ini (secara tidak langsung) merupakan pendidikan (yang berupa) praktik (nyata) bagi anaknya, untuk (mengarahkannya kepada) penyimpangan (akhlak) dan memalingkannya dari pendidikan baik yang membuahkan hasil yang terpuji, berupa (kesadaran untuk) memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), menjaga kehormatan dan kesucian diri, serta (memiliki) rasa malu, inilah yang dinamakan dengan ‘pengajaran pada fitrah (manusia)’.[Kitab “Hirasatul fadhiilah” (hal. 127-128)]


Di era digital saat ini, mendidik anak menjadi berat bila lingkungan tidak mendukung. Karenanya perlu bagi para ibu untuk juga peduli dan mengambil peran dalam upaya memperbaiki masyarakat. Harapannya terjadi sinergi yang positif. Karenanya seorang ibu tak boleh cuek dan acuh dengan kondisi sekitar. Misal, maraknya pornografi, dampak buruk gawai, kriminalitas anak, dan lainnya. Sehingga memiliki bekal untuk mendidik dan menjauhkan anak dari hal-hal yang buruk. Sehingga anak tetap terjaga fitrahnya sebagai hamba yang taat. 


Tuti Rahmayani, dr (Praktisi kesehatan di Surabaya)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak