Oleh: Fina Restiar (Aktivis BMI Community BauBau)
Mulai Sabtu, 5 Januari 2019, PT Pertamina (Persero) menurunkan harga BBM nonsubsidi yakni Pertalite, Pertamax dan Pertamax Turbo, serta Dex dan Dexlite. Penurunan harganya berkisar antara Rp 100 hingga Rp 250 per liter.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon ikut angkat suara. Menurutnya, Pertamina lamban menyikapi harga minyak dunia. Seharusnya, Pertamina bisa menurunkan harga Pertamax Cs sejak dulu (sumber : detik.com,5/1/2019).
Penurunan harga BBM nonsubsidi awal tahun ini memang dianggap telat di tengah harga minyak dunia yang mulai merangkak naik.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, seharusnya harga BBM nonsubsidi tersebut turun saat November atau Desember tahun lalu. Adapun saat ini patokan harga minyak mentah seperti Brent atau West Texas Intermediate (WTI) sudah mulai merangkak naik.
Tak hanya itu, Faisal juga menilai penurunan harga BBM tersebut terlalu sedikit. Sebab, jika disesuaikan dengan harga minyak dunia, seharusnya bisa turun sampai dengan 30 persen atau sekitar Rp. 1000 sampai Rp. 2000 rupiah perliternya (sumber : kumparan.com,5/1/2019).
-Demokerasi Kapitalisme Dalangnya-
Semua hal di luar nalar, memang bisa saja terjadi di musim pencitraan seperti saat ini. Menurunkan harga BBM di tengah harga dunia mulai merangkak naik tentu merupakan perkara yang sangat mudah. Bahkan tiba-tiba menjadikan pihak lawan sebagai kawan juga perkara biasa dalam sistem demokerasi, terlebih dimusim pencitraan yang penuh dengan 'guyonan' ini.
Hal ini bisa kita lihat dengan kacamata 'waras' bagaimana ulama kita Al Ustadz Abu Bakar Al Baashir tiba-tiba dibebaskan oleh orang nomor satu di negeri ini. Alasanya, karena faktor 'kemanusiaan'. Tentu ini menjadikan kita berpikir lebih keras, kenapa tidak dari dulu saja dibebaskan? Kenapa nanti sekarang ketika detik-detik pemilihan umum itu sudah didepan mata?
Sama halnya dengan BBM. seperti yang dilansir dari beberapa sumber diatas, saat ini harga BBM dipasar dunia tengah merangkak naik. Sehingga, semestinya harga BBM di Indonesia saat ini juga ikut naik. Tapi anehnya, yang terjadi malah sebaliknya. Harga bahan bakar minyak saat ini sedang turun. Walhasil, publik kembali dibuat 'sadar' bahwa kebijakan-kebijakan yang dilakukan saat ini adalah effek dari 'pencitraan' di tahun politik.
Ditambah lagi dengan sistem yang dterapkan di negeri ini. Adalah Demokerasi dengan berasaskan paham kapitalismenya, menjadikan orang-orang yang berduit mampu untuk menguasai dunia, membeli kursi kekuasaan dengan menghalalkan segala cara, dengan memanfaatkan kedudukan demi melanggengkan kedudukannya, termasuk mengeluarkan kebijakan yang bertolak belakang dengan kondisi real gang tengah terjadi.
-BBM dalam Pandangan Islam-
Air dan Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan dua hal yang termasuk kekayaan alam yang mestinya dipergunakan untuk kepentingan masyarakat luas. Kedua hal itu termasuk kebutuhan pokok di tengah masyarakat sekarang. Kebutuhan terhadap air semakin tinggi ketika musim kemarau tiba. Begitu pula kebutuhan terhadap BBM semakin tinggi ketika banyak kegiatan-kegiatan di tengah masyarakat ditopang oleh alat-alat yang membutuhkan BBM. Kebutuhan tersebut semakin sulit dipenuhi ketika harga BBM tidak menentu.
Islam sendiri mengatur bahwa ada tiga yang hal yang tidak bisa dimiliki secara individu. Dengan kata lain, masyarakat secara luas memiliki hak yang sama untuk memperolehnya. Ketiga hal itu adalah rumput, air, dan api.Hal tersebut ditegaskan oleh Nabi Muhammad dengan sabda beliau: “Orang-orang Islam memiliki hak bersama terhadap tiga hal, yaitu: rumput, air, dan api.”
Dalam penjelasan hadis itu, para ulama menyimpulkan bahwa ketiga hal tersebut tidak boleh dimiliki oleh siapa pun dan tidak boleh dijualbelikan. Rumput atau tanaman yang dimaksud adalah rumput atau tanaman liar yang tumbuh di lahan tidur yang tidak dimiliki oleh siapa pun. Air yang dimaksud adalah air hujan atau air dan sumber mata air atau sungai yang memang tidak ada pemiliknya. Sedangkan api adalah tanaman tertentu yang dipergunakan oleh orang Arab saat itu untuk menyalakan api.
Konsep Islam yang diutarakan oleh Nabi Muhammad tersebut tentu perlu diberi pemahaman kontekstual agar bisa berlaku di zaman sekarang. Api yang dimaksud bisa saja dipahami secara kontekstual dengan bahan bakar minyak. Hal itu karena terdapat titik temu antara api dan bahan bakar minyak, yaitu pada segi bahwa keduanya mempunyai sifat membakar.
Di samping itu, keduanya merupakan salah satu kebutuhan pokok di masyarakat. Titik temu yang lain adalah bahwa api dan BBM yang berasal dari minyak bumi merupakan dua hal yang tidak bisa dikuasai oleh individu.
Oleh karena itu, tidak seharusnya penguasa bermain-main dengan kebijakan yang diambilnya, apalagi hanya demi menarik perhatian masyarakat, mengingat BBM adalah kebutuhan yang mendasar bagi masyarakat.
Wallahu A'lam Bisawwab