Pemimpin Minus Visi Misi, Apa yang Dipilih?




Oleh: Saadah, S. Pd

Mengejutkan sebuah berita menyebutkan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU)  membatalkan atau tidak akan mempasilitasi penyelenggaraan sosialisasi penyampaian Visi dan Misi pasangan calon presiden, keputusan diambil berdasar kesepakatan KPU dan juga tim kampanye kedua pasangan calon dari hasil rapat yang digelar (4/1) malam (Kompas.com).

Meskipun sosialisasi tetep dilakukan namun, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyerahkan sosialisasi Visi dan Misi langsung kepada masing-masing tim kampanye.

“Sosialisasi visi-misi tadi malam juga sudah diputuskan, silakan dilaksanakan sendiri-sendiri tempat dan waktu yang mereka tentukan sendiri. Jadi, tidak lagi dipasilitasi oleh KPU” kata ketua KPU, saat ditemui di Hotel Mandarin, Jakarta Pusat, Sabtu (5/1) (Kompas.com).

Alasan yang disampaikan oleh KPU kenapa membatalkan untuk mempasilitasi penyampaian Visi dan Misi Capres karena kesulitan atau tidak bisa mengakomodir keinginan kedua tim kampanye yang berbeda-beda, yaitu tidak adanya titik temu terkait waktu penyelenggaraan dan pihak (siapa) yang akan menyampaikan sosialisasi Visi dan Misi tersebut.

Alasan KPU dalam pembatalan penyampaian Visi dan Misi calon presiden dinilai oleh pengamat lemah. Karena seharusnya penyampian visi misi calon presiden mendapatkan porsi paling penting untuk diketahui oleh rakyat agar tidak salah memilih dan mengetahui arah pembangunan yang akan dilaksanakan pada 5 tahun ke depan.

“Penyampaian visi misi justru sangat subtansial dan penting dalam pertarungan politik modern. karenanya penyampaian visi misi seharusnya mendapat porsi terbesar dalam tahapan pemilu,” tegas Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI), Minggu (6/1) (Tribunnews.com).


Kriteria Pemimpin dalam Islam

Masyarakat harus cerdas. Cerdas dalam memilih pilihan terbaiknya. Janganlah berkontribusi menciptakan Rezim yang zalim. Karena pilihan kalian akan menentukan nasib negara 5 tahun kedepan. Bahkan lebih dari itu juga akan menentukan hidup dan mati kita.

Perubahan sesuatu keniscayaan. Kondisi saat ini masyarakat sedang menghadapi kezaliman. Rezim gagal dan sekuler, yaitu gagal, ingkar janji, refresif anti Islam dan antek Asing. Solusi yang harus ada tidak boleh parsial, tapi harus solusi yang dari akar persoalannya.

Kita sudah pernah dipimpin oleh tokoh nasionalis, kiayi, perempuan, dan hingga yang merakyat. Namun janji perubahan jauh panggang dari api.

Sikap kita saat ini seharusnya jangan sampai terpalingkan sebagiamana dalam terjemah al-Quran surah al- Maidah ayat 49.

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.”

Jangan sampai terpalingkan dengan tawaran harta, dan jabatan hingga akhirnya meninggalkan hukum Allah. Musibah begitu banyak menimpa kita yang diturunkan Allah, gempa di Lombok, Palu, tsunami di Banten, hingga lampung, harus menjadikan itu semua muhasabah bagi kita untuk menjadi lebih baik. karena tidaklah suatu musibah menimpa suatu kaum kecuali disebabkan tangan manusia dan kezaliman yang dilakukan para penguasa dengan menerapkan sistem yang batil yang bukan dari Sang Pencipta.

Perubahan yang kita ambil bukan sebatas ganti rezim namun juga ganti sistem yang berasal dari yang Maha Benar yaitu Allah SWT, agar berkah yang dijanjikan oleh Allah meliputi langit dan bumi terwujud.


Syarat Sistem dan Pemimpin Islam

Pertama, wilayah teroterial akan selalu berkembang. kedua, kreteria pemimpin terpenuhi yaitu Islam, laki-laki, baligh, berakal, adil, merdeka dan mampu (kapabel). ketiga, aturan yang diterapkan Islam. Keempat, Keamanan di bawah Islam.

Pemimpin adalah orang yang mewakili umat dalam menjalankan pemerintahan, kekuasaan, dan penerapan hukum-hukum syariah. Maka dari itu pemimpin yang diinginkan adalah yang menepati janji, mampu melaksanakan amanah yang diberikan, bertanggung jawab dalam menjalankan kedaulatan dan kemandirian negara. Artinya pribadi yang kuat (Nafsiyah Islamiyah), takwa atau memiliki kesadaran ruhiyah tinggi, cinta rakyat (memudahkan urusan rakyat) dalam hal melindungi rakyat, menjaga harta rakyat, dan menerapkan syariat.

Pemimpin dalam Islam amanah dan bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan dan tentu perlu penyampaian Visi dan Misi sebelum ia dipilih. Agar rakyat bisa untuk memuhasabah. Visi misinya juga terpenting harus bertujuan untuk menjalankan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan, agar mewujudkan keberkahan meliputi dilangit dan bumi, dunia hingga akhirat.[]



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak