Oleh: SW. Retnani S. Pd. (Praktisi Pendidikan)
Indonesia pernah di gemparkan oleh seorang pejabat yang telah berani menghina kitab suci umat Islam, Al Qur'an. Dialah msntan gubernur DKI Jakarta, Ahok. Akibat dari ulahnya muncullah berbagai Aksi di lakukan umat Islam di seluruh penjuru Indonesia. Bahkan MUI pun mengeluarkan fatwa bahwa Ahok telah menghina Al Qur'an dan Ulama sehingga harus di hukum. Ribuan orang melakukan demontrasi, menuntut si penista Al Qur'an segera di hukum. Setelah dipenjara kurang lebih dua tahun, rencananya Ahok akan bebas pada hari kamis tanggal 20 Januari 2019.
Seperti dilansir dari m.tribunnews.com bahwa ada link saluran YouTube 'Panggil Saya BTP' untuk menyaksikan detik-detik kebebasan Basuki Tjahaja Purnama BTP atau Ahok.
Bebas dari penjara pada Kamis (24/1/2019) Ahok ingin dipanggil dengan nama BTP singkatan dari Basuki Tjahaja Purnama bukan Ahok.
BTP ditahan di Rutan Mako Brimob sejak Selasa, 9 Mei 2017 atas kasus penodaan agama.
Selama menjadi tahanan, BTP mendapatkan tiga kali remisi dengan total pengurangan masa tahanan 3 bulan 15 hari.
Hal ini berbanding terbalik dengan rencana Pembebasan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir. Beliau pendiri Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) yang telah ditahan di lembaga pemasyarakatan Gunung Sindur, Bogor. Beliau divonis kurang lebih 15 tahun penjara dalam kasus terorisme. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir pun dijadwalkan akan segera dibebaskan dengan alasan kemanusiaan yaitu umur yang sudah tua dan kondisi fisik yang sakit-sakitan.
Namun sayangnya, kebebasan Ulama ini tak semulus kebebasan si penista Al Qur'an.
Ternyata rezim mengumumkan untuk mempertimbangkan ulang rencana Pembebasan ulama ini.
Sungguh sistem kapitalis telah merusak moral dan adab manusia.
Lihatlah, kebebasan si penista Al Qur'an begitu dielukan dan ditunggu. Sampai diadakan rencana penyiaran langsung oleh media saat detik- detik kebebasannya.
Berbeda dengan kebebasan Ulama, rezim begitu sangat memperhitungkan segalanya. Apakah ada manfaat bagi dirinya atau kelompoknya menjadi sebuah pertimbangan yang sangat mendalam. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir hanya salah satu dari sekian ulama yang terdzalimi, masih ada sederet ulama yang merasakan ketidakadilan hukum di negeri ini. Sebagian dari mereka adalah Habib Riziq Shihab, Ustadz Abdul Shomad, Ustadz Bachtiar Nasyir, Ustadz Ismail Yusanto, Ustadz Felix Siaw dll. Melihat fakta diatas sangat menggambarkan rezim represif dan anti Islam.
Bobroknya sistem kapitalisme akan terus menjadikan ulama sebagai tertuduh, Al Qur'an hanya menjadi pajangan dan umat Islam akan terus dibelenggu oleh ketidakberdayaan, kemungkaran, kehinaan serta kedzaliman.
Maka umat harus mampu melepaskan diri dari sistem kapitalisme, membuangnya jauh dari kehidupan dan menggantinya dengan sistem Islam.
Sebab, hanya dengan sistem Islam ulama akan mulia dan terjaga sehingga tugasnya untuk menjadi penerang umat ke jalan yang diridhoi Alloh swt akan tertunaikan. Ulama akan tetap istiqomah mengemban predikat pewaris para nabi sehingga mampu menjalankan amanah dan fungsinya sebagai penjaga serta pengayom umat.
Rasululloh saw bersabda:
"Sungguh ulama itu adalah pewaris para Nabi ( HR. Abu Dawud dan Baihaqi).
Pentingnya keberadaan ulama ditengah- tengah umat adalah agar umat tidak mudah tergoda setan, baik dari jenis manusia maupun jin. Sebagaimana firman Alloh swt :
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ۙ الْخَـنَّاسِ
min syarril-waswaasil-khonnaas
"dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,"
الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِ
allazii yuwaswisu fii shuduurin-naas
"yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,"
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
minal-jinnati wan-naas
"dari (golongan) jin dan manusia."
(QS. An-Nas 114: Ayat 4-6)
Ulama adalah pondasi keimanan dan kekuatan umat. Mereka laksana bintang- bintang dilangit yang menerangi gelapnya dunia.
Rasululloh saw bersabda:
" Sungguh perumpamaan, para ulama di bumi seperti bintang- bintang di langit yang dengan cahayanya menerangi kegelapan di darat dan di laut (HR. Ahmad).
Inilah ulama pembela dan penjaga Islam, Ulama yang menjadikan Al Qur'an dan As-Sunnah sebagai tolok ukur perbuatannya sehingga senantiasa menyeru para penguasa untuk menerapkan sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan, ulama yang mencintai amar makruf nahi mungkar terutama kepada para penguasa, ulama yang berani menentang kedzaliman.
Tak hanya ulama yang mendapatkan kemuliaan dan keutamaan di dalam sistem Islam. Bahkan seluruh umat manusia dan alam sekitarnya akan mendapatkan keberkahan dari Sang Pencipta, Alloh azza wajalla. Allah SWT berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالْاَرْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
walau anna ahlal-qurooo aamanuu wattaqou lafatahnaa 'alaihim barokaatim minas-samaaa`i wal-ardhi wa laaking kazzabuu fa akhoznaahum bimaa kaanuu yaksibuun
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 96)
Wallohu a'lam bish showab