Muhasabah dalam Musibah

Oleh: Mulyaningsih S. pt

Kembali lagi, rasa itu hadir menemui kita. Rasa yang sempat terukir dalam dada kita. Menusuk hingga membuat sesak dada. Rasa kehilangan itu kini mendera kita lagi. Innalillahi wainna ilaihi roji'un, setiap yang bernyawa pasti akan menemui ajalnya. Entah bagaimana caranya dan lewat apa akhirnya kita menemui waktu itu.


Baru-baru ini musibah tsunami kembali melanda saudara kita di wilayah Lampung Selatan, Pandeglang dan kabupaten Serang (sekitarnya). Setidaknya hampir 426 orang meninggal pada saat datangnya tsunami. Dari data yang dihimpun setidaknya 7.202 orang luka-luka dan kurang lebih 40.386 jiwa mengungsi (m.detik.com, 28/12/3018).


Lagi, Allah SWT masih sayang terhadap manusia. Kembali lagi, teguran itu datang kepada kita. Menimpa semua manusia yang berada disana. Ya, di Selat Sunda hampir seminggu yang lalu terjangan air laut menghantam wilayah disekitar Lampung Selatan, Kabupaten Serang dan sekitarnya.


Innaillahi, rasanya belum lama kejadian bencana alam datang pada kita. Masih segar di ingatan kita kejadian di Lombok dan Donggala. Rasanya, air mata ini terus dan terus akan mengalir dengan hebatnya. Torehan duka itu akan semakin mendalam, namun tentunya ada sesuatu yang harus kita jadikan pelajaran agar kita menjadi Muslim yang tangguh.

Berbagai kejadian di atas harusnya menjadi pelajaran yang berharga bagi manusia. Mungkin lewat sana Allah isyaratkan tanda cinta-Nya pada kita. Tanda bahwa manusia harus kembali pada jalanNya, kembali berhukum sesuai dengan Al-Qur’an dan hadist Nabi SAW. Pelajaran yang amat sangat berharga. Sebagai mana kejadian di Madinah. 


Sejarah Berbicara


Ketika Rasulullah menjadi pemimpin umat Islam, suatu waktu kota Madinah dilanda gempa bumi. Saat itu, Rasulullah SAW melakukan sesuatu. Beliau meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, “Tenanglah…belum datang saatnya bagimu.” Lalu beliau menoleh ke arah para sahabat kemudian berkta, “Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian…maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian).

Kemudian, ketika Umar bin Khattab ra menjadi seorang pemimpin (khalifah), Madinah pernah dilanda kejadian yang sama, gempa bumi. Saat itu, Umar berkata kepada rakyatnya, “Wahai manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiyat kepada Allah)? Andai kata, gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!”. Cerita yang sama terjadi pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz. Beliau tidak tinggal diam saat terjadi gempa. Dengan cepatnya beliau mengirimkan surat kepada seluruh wali (gubernur) yang ada. Isi dari surat tersebut adalah, Amma ba’du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran dari Allah kepada hamba-hambanya dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaknya bersedekah dengannya.”


Kemudian dalam firman Allah, ‘Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang.” (TQS Al-A’laa: 14-15).


Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan dalam kitab Al-Jawab Al-Kahfy bahwa, “Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Dikalangan salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, ‘Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian.”


Subhanallah, sungguh luar biasa yang telah dilakukan oleh kedua khalifah Umar tersebut. Beliau mampu menafsirkan kejadian alam (gempa) sebagai salah satu teguran sayang Allah pada manusia. Tak hanya sekedar fenomena alam belaka, namun syarat akan pondasi dasar manusia, itulah keimanan. Terbayang di mata kita apabila Allah sudah tidak peduli lagi, maka yang terjadi adalah kerusakan parah yang terjadi pada semua lini kehidupan. 


Jika kedua khalifah Umar ada bersama kita saat ini, maka mereka akan marah dan menegur dengan keras. Karena memang negeri kita sering kali dilanda gempa. Selayaknya sebagai seorang muslim maka patutlah kita sadar diri, intropeksi diri kita apakah selama ini sudah menjalankan segaka aktivitas sesuai dengan perintah Allah ataukah malah menjalankan yang Allah larang? Maka dari itu segeralah bertaubat agar berkah dapat dicapai dalam hidup ini. 


“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbutaan tangan kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (TQS. Asy-Syuura: 30).


Kemudian firman Allah yang lain: “Nikmat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allah, dan bencana apa saja yang menimpamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu sendiri.” (TQS. An-Nisaa: 79). 


Kewajiban Manusia


Manusia adalah makhluk yang mempunyai kelemahan, keterbatasan serta kekurangan dalam hal apapun. Dalam hal ini manusia wajib mengambil seluruh perintah Rabb-nya dan melaksanakannya. Karena sesungguhnya Allah tidak hanya sekedar menciptakannya namun dengan seperangkat aturan main dalam kehidupan ini. Tak sampai disitu, Allah juga telah memberikan buku pedoman bagi manusia, itulah Al Qur'an dan Hadist Nabi SAW. Dengan begitu harusnyaanusia mampu melakukan semua aktivitasnya sesuai dengan petunjuk tadi.


Kuncinya  adalah muhasabah, agar aktivitas kita selalu pada jalur yang benar. Tentulah ini aktivitas yang harus dilakukan manusia setiap harinya, agar nantinya tak salah langkah. Termasuk pula dengan rentetan kejadian yang mendera negeri kita ini. Mulai dari tahun 2004 yang melanda Meulaboh, Aceh dan sampai sekarang  y ditahan ini setidaknya tiga kejadian beruntun. Gempa yang terjadi di Lombok, gempa dan tsunami di Palu-Donggala serta yang baru terjadi adalah tsunami Selat Sunda. Sungguh, itu seharusnya kita jadikan sebagai  teguran dari Allah, tidak semata-mata karena bencana alam biasa. Allah menginginkan manusia  y berpikir dan bertindak sesuai dengan koridor yang telah ditentukanNya. Kembalilah pada aturanNya dan segeralah menerapkan dalam kancah kehidupan manusia. Agar kesejahteraan itu akan di rasakan oleh manusia dan makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Tentulah keberkahan akan turun dari langit dan akan muncul dari bumi.


Kemudian manusia juga perlu melakukan usaha maksimal terkait dengan deteksi dini terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam. Sebuah negara haruslah mempunyai alat yang canggih untuk mendeteksi berbagai kemungkinan bencana yang akan datang. Tentu ini adalah sebagai usaha manusia untuk meminimalisir korban yang berjatuhan. Namun kita tidak bisa pungkiri terkait dengan masalah ajal dan bencana karena itu semua adalah hak dari Allah SWT saja, manusia tidak bisa mencegahnya ataupun menundanya. Manusia hanya bisa mendeteksi sedini mungkin akan bencana yang akan hadir.

Sebelum Allah menegur kita lebih keras, maka saatnya menjawab teguran tersebut. Labbaika Ya Allah, kami akan kembali kepadaMu. Dan bersama-sama saling mengingatkan dalam hal kebaikan agar jalan yang Allah tentukan dapat kita lewati bersama, tanpa ada yang tersesat lagi. Wallahu A’lam. [ ]

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak