Oleh : Imas Nurhayati (Ibu Rumah Tangga)
Memasuki tahun 2019 pertarungan para politisi tampak makin panas, saking panasnya hingga ada politisi berlaku aneh yang mengusik akal sehat. Misalnya ada politisi yang tega datang ke lokasi bencana tsunami sekedar untuk di shooting sebagai alat pencitraan. Itu sangat naif,datang ke lokasi bencana utuk membantu namun sekedar berburu predikat agar di anggap sebagai sosok yang peduli pada penderitaan rakyat. Dalam sistem Demokrasi memilih pemimpin seperti ajang pemilihan artis idol dan ceremonial, padahal kepemimpinan ini diperebutkan hanya untuk melanjutkan kerusakan sistem sekuler. Didalam sistem Demokrasi juga, kemimpinan hanya bernilai duniawi semata dan memperebutkan kekuasaan .
Liputan 6.com, Jakarta Badan Pemenangan Nasional [BPN] Prabowo-Sandiaga menyambut baik langkah komisi pemilihan [KPU] yang mengubah format debat kedua tanpa ada kisi-kisi. Tim prabowo berharap debat kedua dengan tema energi,pangan,sumber daya alam, dan lingkungan hidup akan lebih baik dan kerkualitas untuk rakyat, karena debat adalah salah satu metode kampaye yang difasilitasi KPU agar pasangan calon dapat menyampaikan visi misi dan performa pasangan calon. D debat ini jadi referensi penting masyarakat pemilih untuk menggunakan hak politiknya pada pemilu mendatang.
Di dalam Islam,mekanisme pemilihan pemimpin sangatlah simpel namun esensial. Pemimpin dipilih berdasarkan kesanggupannya menerapkan syariah secara kaffah dan kapabelitasnya dalam mengurus urusan rakyat dan juga kepemimpinannya berdimensi dunia akhirat.
Agar terhidar dari racun pencitraan politik demokrasi, maka kepedulian seseorang pada Islam perlu diukur dari sikapnya, sebagai solusi terhadap berbagai problem yang membelit negeri ini. Mulai dari problem akhlak, pendidikan,ekonomi, sosial, keamanaan hingga problem politik.Karenanya seseorang yang bermandikan citra namun terbukti berupaya mengkriminalisasi dakwah semacam itu, maka sejatinya dia tidak layak menjadi pemimpin.
Wallahua'lambishawab.