Memekarkan Cinta Kepada Rasulullah.

Oleh : Masliati, S.Pd

(pengurus MT Al Munawwarah)


Bulan rabiul awwal memang telah berlalu, saat itu gegap gempita merayakan maulid Nabi, di segala penjuru wilayah,baik desa maupun kota, baik didalam dan luar negeri.  Rasa sukacita merayakan maulid Nabi, sebagai bentuk cinta dan rindu kepada Rasulullah.


Adalah yang semestinya bahkan wajib untuk mencintai Rasul, bahkan cinta ini adalah wujud iman akan apa yang dibawa Rasul adalah berasal dari Allah yang telah menurunkan aturan kehidupan untuk mengatur semua urusan manusia.


Bermacam-macam bentuk kegiatan maulid diadakan, mulai dari arak-arakkan hasil kekayaan alam, mencuci benda-benda pusaka, juga syair-syair maulid yang tak luput dari peringatan ini. Namun, apakah wujud cinta Nabi ini hanya terfokus saat bulan rabiul awwal saja, tentu hal ini tak dibenarkan, namun kenyataannya yang nampak seperti itu. Gegap gempita perayaan maulid, hanya pada saat acara itu saja, namun setelahnya masih banyak umat Islam yang meninggalkan aturan Islam, terlebih saat ini aturan yang berlaku memang tidak mendukung untuk semakin memupuk cinta kepada Rasul. Sehingga perlu pengorbanan yang penuh kesungguhan agar cinta kepada Rasul ini benar- benar terbukti.


Bukti kecintaan kepada Rasulullah harus selalu dipupuk, ibarat bunga yang ditanam tidak layu seiring waktu, tapi menjadi bunga yang selalu bermekaran dan harum mewangi sepanjang hari, bahkan semakin hari semakin mekar dan semakin indah dipandang.


Sepeninggal Rasul, beliau tidak meninggalkan kekuasaan dan harta. Yang beliau wariskan adalah cahaya ilmu , yang tercantum dalam hadits Rasul


اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: تَـرَكْتُ فِـيْكُمْ اَمـْرَيـْنِ لَنْ تَضِلُّـوْا مَا تَـمَسَّكْـتُمْ بِـهِمَا: كِـتَابَ اللهِ وَ سُنَّـةَ رَسُوْلـــِهِ. مالك


Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda : “Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduaya, yaitu : Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya”. [HR. Malik].


Nabi Muhammad Saw diutus dengan dengan dua keutamaan, dimana ini tidak diberikan kepada nabi sebelumnya, pertama, Agama Islam yang bersifat universal, berlaku bagi seluruh umat manusia. Kedua, risalah yang dibawa Rasul mengandung Rahmat bagi seluruh alam. 


Maka dari itu, kecintaan kepada Nabi Saw, tidak hanya ditujukan pada pribadi beliau, tetapi juga risalah yang beliau bawa. Kesempurnaan iman seorang muslim hanya bisa diraih dengan menundukkan hawa nafsunya pada syariah yang Rasulullah saw bawa.


إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ إِذَا دُعُوْا إِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَاۗ وَأُولٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ٥١

Ayat 51. Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka,-*1 mereka berkata, "Kami mendengar, dan kami taat." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.


Akhirul kalam, tentu cinta dan rindu kepada Rasulullah harus terus disemaikan agar bunga selalu mekar dan tak kan layu walau diterjang terik panas dan angin. Agar selalu tumbuh dan berkembang, tak hanya sebatas dalam perayaan peringatan seremonial belaka, namun yang jauh lebih penting adalah saat hukum-hukum Allah dicampakkan , maka membela risalah yang dibawa Rasulullah harus terwujud dalam visi sekaligus misi hidup seluruh umat Islam. 


Jika seluruh kaum Muslim memang mengklaim cinta dan rindu kepada Rasul dan mengharapkan syafa'atnya , maka tak ada aturan hukum yang wajib dilaksanakan selain aturan dan hukum Allah SWT, semua ini akan menjadikan bunga yang mekar , selalu mekar, yang layu akan hidup lagi karena tata aturan kehidupan mendukung dan menenangkan hati Umat dalam memekarkan selalu cinta kepada Rasul.


Wallahu'alam bis ashawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak