Oleh: Azma Nasira Sy
Benar kata Rasulullah. Kelak tempat-tempat ibadah itu semakin lama semakin sepi, sedang tempat hiburan semakin ramai. Itu salah satu tanda akhir zaman. Artinya? Ya, kita sedang hidup di akhir zaman.
Banyak ciri-ciri yang telah nampak. Seperti laki-laki yang menyerupai perempuan, begitupun sebaliknya. Tak tertinggal komunitas yang menyukai sesama jenis seperti kaum Nabi Luth. Anak yang durhaka kepada ibunya, maraknya penyanyi wanita, bencana alam di mana-mana, dan memegahkan bangunan masjid tapi justru semakin sepi.
Sebagaimana sabda Rasulullah: “Pada akhir zaman akan terjadi longsor, kerusuhan dan perubahan muka.” Ada yang bertanya kepada rasulullah: “Wahai Rasulullah, bilakah hal ini terjadi?” Beliau menjawab: “Apabila telah merajalela bunyian (musik) dan penyanyi-penyanyi wanita.”( H.R Ibnu Majah)
Dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda: “Di antara tanda-tanda telah dekatnya kiamat ialah manusia bermegahan dalam mendirikan masjid.” (H.R Nasai). Benar. Coba kita lihat di sepanjang jalan ketika kita bepergian. Tidak luput dari penglihatan kita masjid-masjid yang gagah lagi kokoh juga megah. Namun saat kita singgah untuk melakukan sholat, hanya sedikit sekali shaf yang terisi.
Seyogyanya, masjid yang indah lagi megah akan membuat kita menjadi senang untuk beribadah di dalamnya. Sebab kita lebih merasa nyaman. Berbeda jika kondisi masjid rapuh dan tidak layak.
Kemana umat Rasulullah yang banyak ini? Kemana pemudanya? Mengapa yang terlihat hanya para lansia? Bukankah masjid bukan hanya tempat ibadah bagi para lansia? Tidakkah menjadi suatu hal yang sangat disayangkan apabila masjid itu megah berdiri namun yang sholat di dalamnya hanya segelintir umat saja?
Come on. Mari kita kembali wahai para pemuda. Isi usia muda kita dengan aktivitas-aktivitas yang mendatangkan rida-Nya. Pautkan hati kita dengan masjid dan ringankan kaki mendatanginya. Sebab usia tak tahu sampai di mana.
Coba renungkan! Sangat rugi apabila ketika malaikat maut mencabut nyawa kita di usia muda, namun amal yang kita bawa tak mencukupi untuk mengetuk surga-Nya. Sudah siap masuk ke neraka?
Tentu tidak satupun manusia siap masuk neraka. Juga tak satupun manusia berani memastikan dirinya 100% akan masuk surga. Tapi yang bisa kita upayakan untuk bisa meraih surga-Nya adalah dengan mendapatkan rida pemilik surga, Allah Swt. Caranya, kita senantiasa menjaga diri kita untuk terus melakukan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang.
Kembali soal masjid tadi. Perlu kita tahu juga kenapa kok semakin hari masjid semakin sepi jamaah. Padahal dulu masjid adalah tempat yang paling semarak. Banyak jamaah datang dan pergi. Tidak hanya untuk salat saja. Tapi juga untuk menuntut ilmu dan berkumpulnya umat Islam untuk musyawarah atau merayakan hari raya.
Well, pemuda muslim harus tahu sejarah. Kita mesti tahu kenapa sekarang umat muslim tidak menuntut ilmu di dalam masjid lagi. Ada apa?
Ternyata, barat telah memasukkan pemahaman sekularisme di benak umat Islam saat akhir masa kekhalifahan Utsmani. Sehingga kegiatan ibadah mahdoh dipisah dengan ibadah lainnya. Jadi ketika salat (ibadah mahdoh) dilakukan di masjid, tapi ketika menuntut ilmu dilakukan di luar masjid. Alhasil, saat ini masjid kita dapati hanya sebagai tempat salat saja.
Pemikiran sekularisme buah pemikiran barat telah merasuk ke dalam benak umat Islam. Sehingga secara nyata kehidupan umat Islam mulai sedikit demi sedikit terjauhkan dari aturan Islam. Tak inginkah kita bangkit dari keterpurukan ini?
Kuy para pemuda muslim. Mulailah lakukan perubahan bersama. Mulai dengan meramaikan kembali masjid-masjid, ramaikan dengan aktivitas tadarus bersama, adakan kajian-kajian rutin bagi para pemuda, dan istiqomahlah. Karena masjid, bukan hanya tempat ibadahnya para lansia. Wallahu 'alam.
Rasulullah bersabda: “Satu dari tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata, yaitu seseorang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid.” (H.R Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031)
Ilustrasi Pinterest.com