Oleh: Dede Ummu Lulu (Ibu Rumah Tangga)
Sistem demokrasi yang kini banyak diemban oleh negara-negara merupakan basis kekuatan barat untuk mencengkeram musuh-musuhnya. Siapa saja yang berani melawan maka bersiaplah untuk dihancurkan, tak peduli apakah dia tua atau muda. Salah satu strategi yang kini dimainkan oleh rezim saat ini adalah ‘pemberian harapan palsu’ pada mereka yang berpengaruh.
Rezim menilai mereka yang berpengaruh mengantongi banyak suara dan simpati rakyat. Maka membidik mereka yang disenangi oleh umat Islam adalah strategi jitu, terlebih memang negara ini berpendudukan mayoritas muslim. Sebut saja sosok ustad Abu Bakar Ba’asyir, seorang ulama berusia sepuh dan telah dijebloskan dalam penjara akibat berseberangan dengan sistem.
Kebebasan ustad Abu Bakar Ba’asyir bagai angin segar bagi umat khususnya keluarga, tapi tidak lama kemudian berita kebebasan itu hanya angin lalu. Sikap inkonsisten rezim ini membuka mata rakyat, bahwa pembebasan Abu Bakar Ba’asyir bukan alasan kemanusiaan tapi demi menarik simpati umat.
Dalam bingkai rezim demokrasi hal seperti ini bisa saja terjadi, pertimbangan dengan dalih ideologi, pancasila, ataupun NKRI hanya pemanis. Selama itu berseberangan dengan penguasa dan rezim, jalan kebebasan ditutup. Setidaknya kekokohan seorang Abu Bakar Ba’asyir terhadap perjuangan yang diambilnya memberi pelajaran bagi kita. Idealisme tidak mudah dibayar dengan apapun, termasuk pada ketaatan selain daripada Islam. Selama Islam menjadi harga mati maka tak ada penawarnya.
Rezim boleh saja mempermainkan emosi ulama atau rakyat, tetapi sekali mereka bersatu di bawah idealisme, semangat untuk mengendorkan perjuangan mereka gagal. Demikianlah konsekuensi keimanan yang harus ditanggung di bawah payung demokrasi. Di mana Islam hanya diberi lahan sebatas agama ritual bukan politis, padahal Islam agama sempurna yang memiliki seperangkat aturan dan sistem.
Naasnya, bagaimanapun upaya penyembunyian yang mereka lakukan, cerita kegemilangan Islam masa silam kembali mencuat ke permukaan, dan tentu saja orang-orang telah mendengarnya sehingga saat ini mereka menginginkan kegemilangan itu kembali hadir. Kerinduan terhadap kegemilangan Islam mulai kembali diperjuangkan sehingga hasil penelitian yang dilakukan oleh badan National Intelligence Council mengabarkan bahwa pada tahun 2020 kepemimpinan baru (baca: Khilafah) akan muncul dan memengaruhi perpolitikan dunia.
Islam sebagai satu-satunya agama dengan seperangkat aturan paripurnanya telah berhasil memberikan pengaruh luar biasa kepada dunia hari ini. Sementara mereka yang membenci Islam semakin buas menenggelamkan pengaruh yang telah diberikan Islam. Ditambah lagi dengan kondisi Islam yang semakin sakit, makin memberikan kesempatan besar kepada mereka untuk meneruskan keterpurukan Islam.Kini umat islam harus segera bangkit untuk bahu-membahu memperjuangkan tegaknya kembali institusi yang haq yaitu daulah khilafah islam.
Wallahu’alam Bi Shawwab