KETIKA HAWA NAFSU MENJADI TUHAN DALAM DIRI



                                      





Oleh : Ummu Aqeela



Sejatinya manusia terpecah menjadi dua golongan, pertama adalah manusia yang dikuasai oleh hawa nafsunya dan kedua adalah manusia yang menguasai hawa nafsunya. Pada era liberalisme dan kapitalisme sekarang ini mayoritas umat dikuasai oleh nafsunya. Nafsu mengejar kekuasaan, nafsu mengejar materi dan semua itu hanya untuk memenuhi gaya hidup yang berlebihan. Sampai-sampai cara yang tidak halal pun dilakukan untuk memuaskan keinginannya tersebut. Tidak sedikit pula orang mengeluh tentang penghasilannya yang kurang dan tidak bisa menutupi kebutuhan hidupnya, padahal sebenarnya mereka tidak bisa mengatur keuangannya. Menurut hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2016 menyebutkan, keuangan 49% masyarakat Indonesia masih didominasi tujuan jangka pendek yaitu memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk mempertahankan hidup. 



Tidak ada satu makhluk melata pun melainkan Allah telah menanggung dan memberi rejeki kepadanya. Jadi sebagai umat beriman kita harus yakin akan rizki yang datangnya dari Allah. Bukan berarti kita berpangku tangan dan hanya duduk diam menunggu rizki itu datang, sebagai orang yang berakal kita diwajibkan untuk mengusahakan semampu kita agar rizki itu datang ke tangan kita. Tentu saja dengan jalan yang ma’ruf dan diridhoi oleh Allah. Baru-baru ini viral sekali berita tentang artis cantik yang diduga terjerat kasus prostitusi online, berita ini sangat membuat sesak dada. Bagaimana tidak? Sebagai orang tua yang mempunyai anak perempuan saya jadi terbayang wajah anak saya. Begitu beratnya beban orang tua saat ini dengan berbagai godaan yang ada sekeliling, seolah-olah memang siaga untuk merusak generasi penerus. Peran media sosial yang begitu besar hingga memudahkan berbagai hal baik itu positif, ataupun negatif merasuki pikiran-pikiran setiap insan. Tergantung bagaimana kita menangkap dan mengolah segala yang masuk dalam kepala kita. 



Disinilah peran berbagai pihak menentukan, keluarga, masyarakat bahkan negara sekalipun. Ini bukan menjadi masalah personal saja tapi sudah menjadi persoalan umat. Karena segala hal yang terpapar didepan mata sudah menjadi ancaman bersama. Hilangnya rasa takut akan azab sudah mulai terkikis di hati umat. Umat semakin dijauhkan dari penciptaNYA, melihat berbagai kemaksiatan didepan mata tidak sedikit insan menganggapnya hal yang lumrah dan biasa bahkan terkesan membela dan memujinya. Lama-lama kelamaan ketaatan kepada syari’at akan dianggap hal yang asing dan aneh di mata umat, karena terkalahkan dengan lebih banyaknya kemaksiatan. Naudzubillah.



Setiap manusia pasti memiliki keinginan akan sesuatu hal itulah yang disebut hawa nafsu, pada dasarnya manusia diperbolehkan memenuhi segala keinginannya selama keinginan itu benar menurut Allah dan Rasulnya. Namun kenyataannya begitu banyak manusia yang berusaha memenuhi segala keinginannya tanpa kendali meskipun hal-hal yang diingini itu bertentangan dengan syari’at. Oleh karena itu didalam Islam kita mengenal istilah berperang melawan hawa nafsu, bukan membunuh atau menghilangkan hawa nafsu itu tapi mengendalikan hawa nafsu, mana-mana yang dipenuhi secara syari dan mana-mana yang tidak. Orang yang dikuasai hawa nafsunya cenderung menyimpang dari kebenaran, baik perkataan, perbuatan ataupun kebijakan dan keputusan yang dipilihnya. Bahkan tidak jarang dia melanggar aturan yang dibuatnya sendiri untuk memuaskan keinginnya. Oleh karena itu sebagai muslim kita harus selalu berusaha berada diatas ketentuan yang sudah digariskan Allah Swt dalam menjalankan kehidupan didunia ini, dan berusaha tidak tergoda oleh keinginan hawa nafsu manusia yang memang akan menyimpangkan kita dari jalan hidup yang benar. Allah berfirman ku yang artinya Kemudian kami jadikan kamu berada diatas satu syari’at (peraturan) dari urusan itu, maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui (QS Al Jaathiyah. 45:18)




Wallahu’alam Bishowab


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak