Oleh : Ummu Aqeela
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Ilham Saputra mengakui debat Pilpres 2019 edisi pertama tidak sesuai ekspetasi. Bahkan, bisa dibilang tidak seru karena peserta debat sudah terlebih dahulu mengetahui kisi-kisi pertanyaan. Meski begitu, KPU mengatakan pihaknya sudah bekerja semaximal mungkin agar debat berlangsung dengan baik. KPU berjanji akan mengikuti saran dari masyarakat untuk debat yang selanjutnya, (Liputan6.com 20/01/2019). Menelaah lebih jauh tentang debat tersebut, sedikitnya ada dua tujuan yang diharapkan sehingga debat tersebut dapat terlaksana. Tujuan yang pertama adalah agar publik atau rakyat dapat secara langsung mendengar dan melihat visi-misi kedua paslon dalam masa kepemimpinan negara Indonesia lima tahun kedepan. Yang kedua, menjadi salah satu cara untuk mempengaruhi pemilih pemula yang diharapkan jatuh hati untuk pertama kalinya dalam pemilu kepada salah satu paslon. Namun, tayangan yang diharapkan dapat membuka mata rakyat untuk melihat kesungguhan para calon membawa Indonesia kedepannya hanya hisapan jempol belaka. Kita hanya disuguhkan debat normatif yang mengedepankan ego dan dendam lama. Bahkan terkesan seperti obrolan yang tidak jelas juntrungannya namun dibiayai negara dengan sangat mahal.
Ini membuktikan bahwa masing-masing paslon masih mementingkan dan mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan diatas kepentingan rakyat. Janji-janji yang mereka suguhkan seperti taburan berlian yang menyilaukan, namun menyimpan banyak jebakan didalamnya. Beberapa kasus yang dipaparkan pun hanya sekedar menjadi bahan olokan kedua belah pihak tanpa memberi solusi penyelesaikan secara kongkrit. Aroma kapitalis dan liberalisme masih menyelimuti masing-masing kubu dalam visi misinya. Indonesia seperti terbagi menjadi dua kubu saja antara 01 dan 02. Harusnya rakyat butuh ketegasan dalam upaya-upaya pencegahan agar tindakan pelanggaran hukum dan kriminalisasi dalam masyarakat dapat terurai dari kekusutannya. Hal ini hanya dapat diwujudkan hanya dengan berkomitmen melepaskan diri dari sistem buatan manusia dan masuk secara secara sempurna dalam Syari’at Islam.
Pemimpin adalah seseorang yang dapat menggunakan kemampuannya,sikapnya, dan nalurinya serta mampu menciptakan keadaan sehingga orang lain yang dipimpinya dapat patuh dan bekerjasama mewujudkan suatu keadaan yang aman, nyaman, dengan tujuan meraih kesejahteraan umat atau rakyatnya. Dalam Islam adanya seorang pemimpin itu wajib hukumnya seperti tersirat dalam firman Allah : “ Dan jadikanlah kami sebagai pemimpin/imam bagi orang-orang yang bertaqwa “ (QS Al Furqon: 74). Kepemimpinan adalah sebuah amanah yang kelak akan dipertanggung jawabkan dihadapanNYA, bukan sesuatu yang diminta, dikejar, apalagi diperebutkan. Sebab sebuah kepemimpinan akan melahirkan kewenangan untuk kemaslahatan umat dalam pemenuhan segala kebutuhannya baik secara materil maupun spirituil. Semakin tinggi kekuasaan yang dipegang hendaknya semakin dapat meningkatkan kesejahteraan umat. Bukan sebaliknya, digunakan sebagai peluang memperkaya diri, bertindak dzalim dan sewenang-wenang. Balasan dan upah yang didapatkan pun hanya untuk mencari ridho Allah swt sebagai bekal di akhirat kelak bukan kekayaan dan kemewahan di dunia.
Dalam Islam seorang pemimpin disebut Khalifah, adalah orang yang bertugas untuk menegakkan Syariat Allah, memimpin kaum muslimin untuk menyempurnakan penyebaran Syari’at Islam dan melaksanakannya secara kaffah atau sempurna. Dalam pengertian diatas jelas bahwa pemimpin dalam pandangan Islam tidak hanya menjalankan roda pemerintahan, namun juga harus mewajibkan dan memfasilitasi segala kebutuhan rakyat mulai dari kebutuhan sandang,pangan,papan bahkan sampai kewajiban peribadahan terhadah RabNYA. Kepemimpinan dalam Islam untuk pertama kalinya dicontohkan oleh Rosullulah saw, pada masa kepemimpinan beliau tidak dapat dipisahkan antara pemimpin spritual maupun pemimpin masyarakat. Beliau lebih mengutamakan keteladanan atau pemberian contoh kepada para sahabat serta umat yang dipimpinnya. Kepribadian beliau sangatlah agung seperti yang tersirat dalam firman Allah : “ Dan sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar dalam akhlak yang agung “ (QS Al Qalam: 4). Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa Rasullulah adalah seorang pemimpin yang mempunya akhlak mulia dan menedepankan kepentingan umatnya. Memang berat bagi kita untuk meniru sepenuhnya, namun sebagai umat Islam kita harus berusaha meneladani kepemimpinannya.
Oleh karena itu sebagai rakyat harusnya kita tahu kriteria pemimpin yang wajib kita pilih untuk kedepannya. Yang utama adalah mengedepankan Syari’at Islam menjadi dasar hukumnya. Sebab pemimpin tidak hanya mempertanggung jawabkan secara horisontal sesama manusia saja namun juga secara vertikal kepada pemilik alam semesta Allah swt. Kepemimpinan sebenarnya bukanlah sesuatu yang menyenangkan, tapi merupakan tanggung jawab yang amat berat secara moral didunia maupun di akhirat kelak. Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah : “ Dan orang-orang yang memlihara amanah-amanah yang dipikulnya serta janji mereka dan orang-orang yang menjaga sholatnya, mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi surga Firdaus dan mereka kekal didalamnha “ ( QS Al Mu’minun : 11 )
Wallahu’alam bishowab.