Indonesia Berduka, Saatnya Kembali Pada Syariat

Oleh : Nurul Rachmadhani

(Revowriter, Member WCWH)



Tahun 2018 Indonesia mengalami banyak bencana. Mulai dari puting beliung, banjir, longsor, gempa, dan tsunami. Tidak hanya di satu daerah, tapi di berbagai wilayah. Belum usai kesedihan warga yang tertimpa musibah di satu wilayah, musibah lain sudah menimpa di tempat lainnya. Musibah datang silih berganti menyisakan tangis dan pedih yang begitu menyayat hati.


Bukan kebetulan atau hanya fenomena alam semata. Semua yang terjadi karena ada sebab akibat. Alam rusak karena perbuatan manusia yang tak bisa menjaga dan melestarikan dengan baik. Begitu juga telah banyak manusia menentang perintah dari yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Bertindak semaunya tanpa merasa berdosa, yang penting hidup secara suka-suka. Tanpa berpikir kalau sebenarnya ada sang Khaliq, yang melihat semua tindakan dan perbuatan kita di dunia.


Belum lagi, saat ini banyak diberitakan tentang status gunung-gunung berapi yang sudah mulai mengkhawatirkan. Tinggal menunggu kapan dia akan mulai memuntahkan isi perutnya. Lalu kita sebagai manusia mau lari kemana?. Harta benda yang dipunya mau dibawa kemana?. Tidak ada yang bisa kita bawa, kita tidak bisa kemana-mana. Maka perbanyak istighfar dan berserah diri, kembali pada sang Maha Pemberi Kehidupan, agar kita dijauhkan dari segala marabahaya yang mencekam.


Tak heran, ini seperti menjadi tahun teguran. Allah memberikan banyak ujian dan cobaan. Indonesia banyak mengalami bencana di mana-mana, Indonesia sedang berduka. Tak ada yang bisa menghindar bila saatnya tiba, maka semua bisa binasa. Bila seperti ini kepada siapa lagi meminta perlindungan?. Hanya kepada-Nya kita memohon, meminta perlindungan dan mohon ampunan. Maka sudah seharusnya kita kembali pada apa yang telah Allah tentukan. Kembali pada jalan kebenaran, kepada apa yang sudah ditentukan dalam Alquran.


Manusia hanya makhluk lemah, maka tak pantas bila harus tetap menentang pada apa yang telah Allah janjikan. Jangan hanya mengejar kesenangan yang bersifat sementara, tapi kejarlah ridha Allah hingga membawa kita ke Jannah. Jangan sampai Allah murka, memberikan bencana yang lebih dahsyat sebelum diri insyaf bertobat. Maka sudah seharusnya kehidupan yang kita jalani harus sesuai dengan syariat.


Wallahu’alam bishowab.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak